Menolong Seorang Gadis

Latih tanding itu akhirnya selesai juga. Pemenangnya, tentu saja Pendekar Baju Putih sendiri.

Sekarang tokoh sakti itu telah menarik kembali 'senjatanya'. Ada rasa puas yang tergambar jelas di wajahnya.

"Bagus, akhirnya kau berhasil juga," pujinya sambil menepuk pundak Zhang Yi.

Pemuda itu tersenyum ketika mendapat pujian tersebut. Setelah itu, dia menjawab, "Tidak berani, ini semua berkat suhu. Kalau saja suhu tidak mau mengajari teecu, mana mungkin teecu bakal menjadi seperti sekarang?"

Zhang Yi bukanlah manusia yang suka melupakan orang lain. Lagi pula, dia pun sadar betul bahwa apa yang dicapainya sekarang, semua itu berkat Pendekar Baju Putih.

Kalau dulu tokoh sakti itu tidak mau menerima dirinya menjadi murid, niscaya Zhang Yi tidak akan menjadi seperti sekarang.

Jika benar hal itu terjadi, mungkin saat ini, Zhang Yi masih sama seperti lima tahun silam. Ilmu silatnya tidak akan ada kemajuan, begitu juga dengan lwekang (tenaga dalam) dan gwakang (tenaga luar)nya.

Meskipun pada dasarnya dia memang sudah mempunyai bekal dari mendiang ayahnya, namun jika dibandingkan dengan yang sekarang, perbedaannya tentu sangat jauh sekali.

Dulu, lwekangnya belum tinggi, bahkan Zhang Yi sendiri belum cukup mahir untuk mengendalikannya. Gwakang miliknya pun tidak sebesar saat ini.

Tapi sekarang, setelah melewati latihan keras siang dan malam selama lima tahun, lweekangnya sudah sangat tinggi dan dia pun sudah sangat mahir mengendalikannya. Zhang Yi bisa dengan bebas mengaturnya sesuka hati.

Gwakangnya yang sekarang, jauh lebih besar dan sempurna daripada lima tahun yang lalu.

Semua itu berkat Pendekar Baju Putih yang melatihnya dan mendidiknya siang malam tanpa kenal lelah. Belum lagi jika ditambah dengan ilmu-ilmu pedang pemberiannya.

Jasa sebesar itu, bagaimana mungkin bisa dilupakan olehnya?

"Hahaha, kau memang tidak mengecewakan Anak Yi. Nah sekarang, beristirahatlah," ucap Pek I Hiap kepada murid tunggalnya tersebut.

Zhang Yi mengangguk, dia segera berlalu dari sana. Pemuda itu tidak pergi ke goa, dia malah masuk ke dalam hutan. Kebisaan Zhang Yi adalah, ketika gurunya memperbolehkan istirahat, maka dia akan pergi ke dalam hutan.

Setelah sampai di sana, Zhang Yi pasti akan menceburkan dirinya ke sungai dan mencari ikan untuk dimakan nanti.

Sekarang pemuda itu telah berada di tengah hutan, dirinya langsung menggunakan ginkang hingga ke titik tertinggi.

Wushh!!!

Tubuhnya berkelebat secepat angin. Dedaunan pohon langsung rontok ketika Zhang Yi lewat di depannya.

Tidak berapa lama kemudian, dia telah tiba di tempat biasa dirinya berenang. Kebetulan saat itu, dirinya masih bertelanjang dada. Sehingga tanpa membuang waktu, dia langsung melompat ke sungai.

Byurr!!!

Air sungai beriak. Menciprat ke segala arah. Rasa dingin langsung menyusup ke seluruh tubuh pemuda itu.

Sambil berenang, tak lupa juga dirinya mencari ikan untuk dibakar. Begitu mendapat beberapa ekor ikan, dia langsung berniat naik ke darat.

Tapi baru saja kakinya melangkah keluar dari air, tiba-tiba telinganya yang tajam mendengar ada suara orang meminta tolong.

"Tolong … tolong …"

Suara itu sangat jelas dan terdengar nyaring. Tanpa perlu melihat pun, Zhang Yi tahu bahwa si pemilik suara pastinya adalah seorang wanita.

Karena suara tersebut tidak pernah berhenti, akhirnya dia memutuskan untuk menuju ke asal suara.

Wushh!!!

Tubuhnya kembali berkelebat sangat cepat. Beberapa kejap kemudian, Zhang Yi telah tiba di tempat tujuannya.

Di sana, dalam jarak sekitar dua tombak, tampak ada seorang gadis cantik yang sedang terpojok. Di depan gadis itu ada tiga orang pria kekar dan berwajah garang.

Tidak perlu waktu yang lama untuk mengetahui apa yang sudah terjadi, sebab sedikit banyaknya, anak dari Pendekar Pedang Tanpa Tanding itu sudah bisa membaca situasi.

Melihat tiga orang pria kekar yang sedang mendekati si gadis, tanpa sadar dirinya teringat akan kenangan lalu. Posisi gadis itu persis seperti posisi ibunya dulu.

Saat itu, keadaan ibu tercintanya sangat mirip seperti gadis tersebut. Terpojok dan tidak bisa berbuat apa-apa.

Darah dalam dadanya bergolak hebat. Kemarahannya langsung meluap saat itu juga. Tanpa membuang waktu lebih lama, tiba-tiba Zhang Yi membentak nyaring. Sedetik kemudian tubuhnya telah melesat ke arah tiga pria kekar itu.

Kedatangan Zhang Yi sangat tiba-tiba. Siapapun tidak ada yang menyangkanya.

Begitu jaraknya sudah terpaut sekitar satu langkah, pemuda itu langsung melancarkan sebuah tendangan keras yang mengincar tulang rusuk.

Wutt!!!

Kakinya terayun, menimbulkan hembusan angin yang cepat dan terasa tajam.

Tapi siapa sangka, ketika kakinya tinggal berjarak sejengkal dari sasaran, mendadak salah satu dari tiga pria kekar tersebut berkelit ke samping. Bersamaan dengan kejadian itu, satu tangannya diangkat untuk menangkis tendangan yang dilayangkan oleh Zhang Yi.

Bukk!!!

Benturan terjadi. Si pria kekar sedikit terkejut. Ternyata tenaga yang terkandung dalam tendangan itu sangat besar. Buktinya saja dia sampai terdorong satu langkah ke belakang.

Sementara di posisi lain, Zhang Yi tidak hanya bergerak sampai di situ saja. Setelah terjadinya benturan barusan, tubuhnya berputar lalu kembali melancarkan serangan susulan.

Dua pukulan keras melayang ke depan. Kecepatan pukulan ini lebih cepat daripada tendangan sebelumnya.

Bukk!!! Bukk!!!

Dua pria kekar lainnya terpelanting. Wajah mereka terkena pukulan Zhang Yi dengan telak.

"Keparat! Bocah dari mana yang berani mengganggu kami?" katanya sambil melotot ke arah Zhang Yi.

"Dan manusia dari mana pula yang berani mengacau di hutanku?" tanya balik pemuda itu.

"Apa katamu? Ini hutanmu? Hahaha … apakah kau sedang bermimpi? Ini hutan yang luas, tidak ada seorang pun yang berhak memilikinya. Hutan ini milik semua orang, bukan cuma milikmu saja," katanya sambil membentak.

"Yang merawat serta menjaga hutan ini adalah aku dan guruku. Jadi secara tidak langsung, hutan ini adalah milikku,"

"Ah, sudahlah. Persetan dengan ocehanmu. Sekarang lebih baik kau pergi saja sebelum aku menghajarmu," ujarnya sambil mengibaskan tangan.

"Aku akan pergi kalau kalian mau membebaskan gadis itu," jawab Zhang Yi sambil menunjuk ke arah si gadis.

"Kalau kami tidak mau?"

"Maka aku akan memaksa,"

"Hemm, kau pikir dirimu mampu?"

"Sangat mampu,"

"Aku tidak percaya," ejeknya sambil tersenyum dingin.

"Baik. Sekarang juga aku akan membuat kalian percaya,"

Zhang Yi langsung menyalurkan tenaga dalam kepada kedua lengannya. Begitu terkumpul, dia langsung berkata, "Lihat serangan!"

Wushh!!

Sebelum ucapannya selesai, tubuhnya malah sudah tiba di hadapan tiga pria kekar tersebut. Tanpa basa-basi lagi, dia segera melayangkan tujuh buah pukulan yang mengarah ke semua titik di tubuh tiga lawannya tersebut.

Wutt!!! Plakk!!! Bukk!!!

Tiga pria kekar itu tersentak kaget setengah mati. Mereka tidak percaya kalau pemuda asing itu ternyata benar-benar sanggup menghajarnya. Mereka ingin melawannya, namun sayangnya tidak ada kesempatan untuk hal tersebut.

Zhang Yi terus menyerang tanpa henti. Hingga beberapa saat kemudian, ketiga orang tersebut sudah terkapar di atas tanah. Masing-masing dari mereka mengalami luka luar. Walaupun tidak parah, tapi tidak juga terbilang ringan.