Masalah di Dunia Persilatan Tionggoan

"Ketahuilah, salah satu alasan kenapa mereka menyerang keluargamu, adalah karena mendiang Ayahmu mengetahui sedikit informasi tentang kitab pusaka,"

Pada awalnya Pek I Hiap tidak mengetahui akan hal tersebut. Dia baru mengetahui persoalan itu setelah beberapa tahun belakangan ini melakukan penyelidikan secara diam-diam.

Untunglah hasil penyelidikan itu tidak mengecewakan. Semuanya berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.

"Kitab pusaka? Kitab pusaka apalagi yang suhu maksudkan?"

Zhang Yi mengerutkan kening. Dia bingung, kenapa banyak sekali persoalan yang menyangkut kitab pusaka?

Apakah orang-orang persilatan sangat memandang tinggi terhadap setiap kitab pusaka? Apakah benda yang dianggap pusaka, selalu menarik perhatian orang-orang kang-ouw?

"Kitab Selaksa Tapak Dewa serta Kitab Seribu Obat dan Racun," jawab Pek I Hiap sungguh-sungguh.

"Apakah kitab tersebut begitu berarti, sehingga mereka rela melakukan perbuatan keji itu?"

"Asal kau tahu saja, Anak Yi. Kalau sampai dua kitab pusaka itu berhasil kau kuasai, maka dirimu akan menjadi seorang pendekar terhebat. Kitab Selaksa Tapak Dewa berisi tentang jurus-jurus tangan kosong yang sangat dahsyat. Sedangkan Kitab Seribu Obat dan Racun berisikan tentang macam-macam cara pengobatan. Mulai bagaimana cara mengobati racun yang tidak ganas, sampai racun paling ganas sekali pun, semuanya tersedia dalam kitab itu. Di sisi lain, kitab tersebut juga berisi tentang bagaimana cara membuat racun-racun tingkat tinggi," jelas Pendekar Baju Putih.

Mendengar penjelasan tersebut, mau tidak mau Zhang Yi dibuat tertegun juga. Antara kaget dan kagum, semuanya bercampur menjadi satu.

Tanpa sadar, pemuda itu pun membayangkan bagaimana jadinya kalau dia berhasil memiliki dua kitab pusaka tersebut? Belum lagi jika ditambah dengan Kitab Pedang Raja Naga.

Jika tiga kitab pusaka yang sakti itu berhasil dia miliki, bukankah itu artinya, dia bisa menjadi pendekar yang tidak terkalahkan?

"Aih, ternyata begitu. Pantas saja mereka rela melakukan perbuatan keji itu," keluhnya sambil menghela nafas panjang.

"Nah, apakah sekarang kau mengerti? Coba bayangkan, bagaimana jadinya kalau sampai kedua kitab itu jatuh ke tangan orang yang salah?"

"Kalau sampai hal itu terjadi, maka dunia persilatan Tionggoan pasti akan mengalami bencana besar," jawab Zhang Yi.

"Tepat sekali,"

"Kalau begitu, aku harus cepat-cepat menemukan dua kitab pusaka itu, suhu," ujarnya penuh tekad yang kuat.

Pendekar Baju Putih tersenyum kecut ketika mendengar ucapan tersebut.

Sedangkan di sisi lain, Zhang Yi menjadi heran ketika dirinya melihat ekspresi itu. Tidak biasanya sang guru memperlihatkan ekspresi seperti demikian.

"Suhu, apakah …"

Pemuda itu tidak bisa melanjutkan bicaranya. Sebab pada saat itu, Pek I Hiap telah memotong ucapannya, "Benar, Anak Yi. Kitab itu sudah berada di tangan musuh. Atas dasar itulah, kekhawatiran yang sebelumnya sempat kau takutkan, sebenarnya sudah terjadi," katanya penuh nada penyesalan.

"Jadi …"

"Ya, negeri kita sudah dilanda bencana besar. Kekacauan terjadi di mana-mana, pembunuhan dan tindak kejahatan lainnya juga berlangsung setiap saat,"

"Aih …" Zhang Yi menghela nafas panjang.

Apa yang didengarnya ini sungguh tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Dia tidak menyangka, dalam waktu lima tahun saja, ternyata keadaan negeri tercintanya sudah berubah total.

Negeri yang tadinya damai dan tenteram, sekarang telah berubah kacau? Apa yang menyebabkan semua ini? Apakah karena keserakahan para manusianya? Atukah masih ada alasan lainnya?

"Tapi suhu, bukankah di negeri kita juga terdapat partai-partai besar lainnya? Apakah mereka tidak pernah mengambil tindakan?"

Negeri Tionggoan sangat terkenal dengan ilmu silatnya. Dikarenakan hal tersebut, sudah pasti di negeri itu banyak berdiri partai-partai besar dan terkenal yang bahkan bisa menyebar sampai ke pelosok.

Lalu ke mana mereka? Apakah selama ini, mereka hanya diam dan berpangku tangan?

"Memang benar, apa yang kau katakan itu tidak salah. Beberapa partai besar telah berdiri di negeri kita. Bahkan sudah ada sejak puluhan atau bahkan ratusan tahun lalu. Mereka pun tidak tinggal diam. Namun sayangnya, meskipun sudah bersatu, usaha mereka masih belum juga menemukan titik terang. Malah sebaliknya, satu per satu dari partai-partai besar itu dibuat bungkam seribu bahasa," jelas Pendekar Baju Putih.

Zhang Yi langsung membungkam mulutnya. Dia tidak tahu lagi harus bicara apa. Yang jelas, dibalik semua ini pasti telah terjadi sesuatu. Suatu rahasia besar yang pastinya diluar dugaan semua orang.

"Hemm, aku merasa dibalik semua kejadian yang menimpa negeri kita, ada suatu rahasia yang harus dibongkar,"

"Tepat sekali. Karena itulah aku menyuruhmu turun gunung. Selain untuk membalaskan dendam kematian keluargamu, kau pun harus berusaha membongkar rahasia ini dan mengembalikan kedamaian di negeri tercinta kita,"

Pemuda itu tetap diam. Dia tetap tidak mau bicara. Entah apakah karena saat ini benaknya sedang diliputi oleh berbagai macam pertanyaan, atau juga karena pikirannya sedang melayang-layang meraba semua masalah.

Tiada yang mengetahui akan hal tersebut.

Namun berselang beberapa saat kemudian, pada akhirnya Zhang Yi membuka suaranya kembali, "Baiklah suhu. Meskipun tugas ini sangat berat, tapi karena guru sendiri yakin terhadap teecu, maka teecu berjanji akan melaksakannya dengan segenap tenaga dan kemampuan," ucapnya serius.

"Hahaha … bagus, bagus sekali. Itu baru namanya muridku,"

"Terimakasih, suhu," jawabnya sambil tersenyum getir.

Malam semakin larut. Udara bertambah dingin. Bulan sabit yang tadi sempat terlihat di atas langit, sekarang sudah hilang dan digantikan dengan gumpalan awan kelabu.

"Suhu, teecu masih mempunyai beberapa persoalan yang ingin ditanyakan, apakah boleh?" tanyanya dengan sopan.

"Silahkan ajukan saja, jangan sungkan muridku," jawab Pek I Hiap.

"Sebenarnya siapa yang sudah memiliki Kitab Selaksa Tapak Dewa dan Kitab Seribu Obat dan Racun?" tanyanya penasaran.

Ditanya demikian oleh muridnya, Pendekar Baju Putih nampak berpikir sebentar. Kemudian katanya, "Terkait pertanyaanmu ini, jujur saja aku sendiri tidak tahu jawabannya. Namun yang jelas, si pemilik kitab itu bukanlah orang sembarangan,"

Yang berhak memegang dua kitab pusaka itu hanyalah orang yang luar biasa. Kalau tidak, mana mungkin dia dapat memegangnya?

Sayang sekali, terkait siapakah orang yang dimaksud, sampai sekarang belum ada yang mengetahuinya secara pasti.

Kalau orang itu sendiri belum menunjukkan dirinya, bagaimana mungkin orang lain bisa tahu?

"Baiklah kalau begitu, suhu. Aku berjanji, aku akan membongkar dan menyelesaikan semua permasalahan ini,"

"Aku percaya kepadamu, Anak Yi,"

Zhang Yi menganggukkan kepalanya. Setelah itu dia berpamitan untuk pergi istirahat, sebab besok dirinya harus bangun pagi dan melakukan persiapan sebelum turun gunung untuk melakukan pengembaraannya.

Pendekar Baju Putih tidak menghalangi niat muridnya tersebut. Dia sendiri malah sudah punya niat menyuruhnya istirahat.

Kentongan kedua terdengar di kejauhan sana. Diluar, keadaan semakin sepi, semakin sunyi. Bintang-bintang yang tadi gemerlapan ternyata sudah lenyap pula. Keadaan seperti ini menjadikan seolah-olah di muka bumi sudah tiada kehidupan lagi.