Pendekar Naga Putih

Malam telah lewat. Pagi telah datang. Zhang Yi bangun ketika hari masih pagi-pagi buta. Sekarang pemuda itu sedang duduk di tempat biasanya. Di sisinya ada buntalan pakaian dan barang-barang keperluan lainnya.

Di depannya ada Pek I Hiap. Tokoh sakti dunia kang-ouw itu pun bangun sejak tadi.

Kebiasaan guru dan murid itu memang bangun pagi. Bahkan sebelum subuh tiba, mereka sudah terbangun dari tidurnya. Begitu bangun, keduanya tidak tidur lagi.

Melainkan malah berjalan keluar goa. Menghirup nafas di pagi hari yang sejuk dalam-dalam sampai paru-paru terasa sesak, lalu menghembuskannya secara perlahan. Keduanya selalu melakukan kegiatan seperti itu sebanyak tiga kali. Setiap hari, apapun yang terjadi, mereka pasti akan melakukan hal serupa.

Setelah selesai menghirup nafas, Pendekar Baju Putih dan Zhang Yi akan berlatih silat. Menurut penuturan tokoh sakti itu, berlatih silat di pagi hari, selain bisa menyehatkan badan, juga bisa membuat diri merasa lebih segar untuk menjalani aktivitas.

Ketika awal-awal dulu, Zhang Yi merasa sangat terbebani sekali. Biasanya, apabila mentari pagi belum mencorong menyinari bumi, pemuda itu pasti masih tidur di kasur yang empuk dengan selimut yang hangat.

Walaupun ayahnya menerapkan hidup disiplin sejak usia dini, tetapi karena dia merupakan anak tunggal, tak urung kedua orang tuanya sering memanjakan dirinya juga.

Sehingga sedikit banyaknya, sifat malas tumbuh cukup 'subur' di dalam jiwa pemuda bernama Zhang Yi tersebut.

Untunglah, setelah lima tahun berada dalam didikan Pek I Hiap, sifat-sifat tersebut telah hilang sepenuhnya. Sekarang Zhang Yi menjadi pemuda yang rajin dan sangat disiplin.

Apapun yang terjadi, dia tidak pernah melewatkan kebiasaannya di pagi hari tersebut. Meskipun pada awalnya terasa sangat berat, namun setelah terbiasa, semuanya justru terasa enteng. Malah kalau tidak melakukannya, pemuda itu akan merasa ada yang kurang.

Saat ini guru dan murid itu masih sama-sama diam. Mereka sedang mengatur nafas dan menenangkan pikirannya masing-masing.

Lewat beberapa saat kemudian, terdengar Pendekar Baju Putih bicara kepada muridnya, "Anak Yi, apakah semua perbekalanmu sudah siap?" tanyanya.

"Sudah, suhu. Teecu sudah mempersiapkan semuanya,"

"Bagus. Sebelum berangkat, aku akan memberikan Pedang Dewa Naga ini kepadamu, sesuai dengan janji semalam," ucapnya sambil menyodorkan pedang pusaka yang dibungkus oleh tongkat tersebut.

Zhang Yi menerima pusaka tersebut dengan perasaan campur aduk. Ada rasa bangga, sedih, dan lain sebagainya.

"Terimakasih, suhu," katanya sambil tetap menundukkan kepala.

Pendekar Baju Putih menganggukkan, kemudian dia berkata, "Tapi ingat, jika kondisinya tidak terdesak, kau jangan pernah mengeluarkan pusaka itu. Sebab kalau sampai orang-orang luar tahu, maka mereka akan berusaha merebutnya darimu. Meskipun Pedang Dewa Naga bukanlah senjata pusaka satu-satunya, namun menurut kabar yang beredar dalam dunia persilatan, pusaka tersebut berada pada urutan kedua,"

"Teecu mengerti," jawabnya.

Mulutnya bicara demikian, tapi hatinya justru terperanjat. Dia tidak menyangka bahwa di dunia ini, ternyata masih ada pusaka yang bahkan lebih hebat dari Pedang Dewa Naga milik gurunya.

Karena tidak kuasa menahan rasa penasaran, pada akhirnya pemuda itu bertanya juga. "Kalau Pedang Dewa Naga berada pada urutan kedua, lalu senjata apakah yang berada pada urutan pertama, suhu?"

"Senjata pusaka yang berada pada urutan pertama itu bernama Cakram Raja Akhirat,"

"Cakram Raja Akhirat?" tanyanya memastikan.

"Benar,"

"Apakah cakram itu lebih hebat daripada Pedang Dewa Naga?"

"Tergantung. Jika berada di tangan yang tepat, maka senjata itu akan jauh lebih dahsyat dari apa yang kau bayangkan. Tapi kalau berada di tangan yang salah, walaupun itu adalah senjata terhebat, hakikatnya tetap saja tidak ada gunanya,"

Meskipun berupa senjata pusaka, namun hakikatnya tetap saja bahwa itu adalah benda mati.

Masalah lebih hebat atau tidaknya, hal tersebut kembali lagi kepada siapa yang memegang dan mengendalikannya.

"Teecu mengerti, suhu. Tapi, apa saja kelebihan dari Cakram Raja Akhirat ini?" tanya Zhang Yi masih merasa penasaran.

"Aku tidak bisa menyebutkan semuanya kepadamu. Tapi salah satu kelebihan pusaka itu adalah bisa dikendalikan dari jarak jauh. Semakin sempurna tenaga dalam orang yang memegangnya, maka semakin jauh pula jaraknya,"

Zhang Yi melongo. Kalau benar demikian, itu artinya Cakram Raja Akhirat tersebut benar-benar mengerikan.

Untunglah cakram seperti itu hanya ada satu di dunia. Dia tidak bisa membayangkan kalau di dunia ada sepuluh cakram yang serupa.

Kalau benar ada sepuluh Cakram Raja Akhirat dan dipegang oleh orang yang salah, kira-kira bagaimana jadinya keadaan muka bumi ini?

"Tapi, suhu. Saat ini, Cakram Raja Akhirat itu berada di tangan siapa?"

"Untuk itu aku sendiri kurang tahu, Anak Yi. Apalagi sudah lama juga aku mengundurkan diri dari dunia persilatan,"

"Hemm, baiklah kalau begitu, suhu,"

Pendekar Baju Putih mengangguk, kemudian, tanyanya, "Apakah masih ada hal-hal yang ingin kau tanyakan?"

"Tidak ada, suhu," jawab Zhang Yi dengan cepat.

"Baik, sekarang giliran aku yang akan bicara kepadamu,"

Pek I Hiap menarik nafas, setelah menghembuskannya, kembali dia melanjutkan, "Karena sekarang kau adalah pemegang pusaka Pedang Dewa Naga, maka aku akan memberikan julukan kepadamu. Mulai saat ini, kau akan berjuluk Pendekar Naga Putih," ucapnya dengan tegas dan ekspresi wajah serius.

Zhang Yi sendiri cukup terkejut ketika gurunya memberikan julukan itu. Hal seperti ini sungguh diluar dugaannya. Dia benar-benar tidak menyangka kalau dirinya akan mendapatkan julukan.

"Dan ingat! Terkait hubungan kita ini, jangan pernah memberitahukannya kepada siapapun, kecuali kepada orang-orang yang sudah kau percayai. Dunia persilatan itu adalah dunia yang kejam, penuh intrik dan politik, di dalam dunia itu kau pun akan menemukan berbagai macam jenis manusia. Mulai dari yang terendah, hingga yang tertinggi, dari yang terlemah sampai yang terkuat. Bahkan dari yang lumrah sampai yang aneh sekalipun," ucap Pek I Hiap memberikan penjelasan kepada muridnya.

Terkait semua yang dikatakan olehnya memang benar demikian, dunia persilatan itu tempat segala macam. Mulai dari macam-macam manusia, macam-macam kejadian, bahkan macam-macam masalah pula.

Di dunia persilatan, kau akan menemukan hal-hal yang tidak mungkin kau temukan di dunia orang awam.

"Baik, suhu. Terimakasih sudah memberitahukan hal ini kepada teecu,"

"Dan ingat Anak Yi, gunakan ilmumu untuk kebaikan. Jangan pernah sekalipun kau gunakan untuk kejahatan. Kalau sampai kau melakukan kejahatan, maka sebelum orang lain memukulmu, aku akan menghukummu lebih dulu," tukasnya sambil memandang Zhang Yi dengan tatapan tajam.

Di tatap demikian oleh gurunya, tanpa sadar pemuda itu merasa takut juga. Tatapan mata gurunya seolah-olah mampu menembus jantung. Seperti sebatang pisau yang sangat tajam.

"Teecu mengerti," jawabnya tanpa berani mengangkat kepala.

Sementara itu, diluar sana, mentari pagi sudah mulai mencorong. Sinar keemasan menyeruak ke seluruh muka bumi. Suasana mulai ramai. Kehidupan dunia kembali dimulai.

"Bagus, aku percaya kepadamu," Pendekar Baju Putih berhenti sebentar sebelum dia melanjutkan. "Nah, waktunya sudah tiba. Kau berangkatlah sekarang juga,"