Si Golok Delapan Tangan

Tongkat berkepala naga itu terus bergerak secapt kilat. Dengan menggunakan jurus Cahaya Terang di Tengah Kegelapan, dua belas orang lawannya berhasil ditaklukkan hanya dalam waktu delapan jurus saja.

Mereka jatuh terduduk. Ada pula yang terkapar dengan berbagai luka di beberapa bagian tubuhnya. Dari mulutnya keluar darah segar. Mereka terluka dalam.

Semua kejadian itu berjalan cepat. Tiada seorang pun yang mampu menjelaskannya secara teliti.

Orang yang tadi membentak Zhang Yi saja terbengong. Dia seakan tidak percaya dengan apa yang dilihat oleh mata kepalanya sendiri.

Apakah ini mimpi?

Bukan, ini bukan mimpi!

Tapi sekali lagi, dia masih belum percaya!

Dua puluh orang anak buah pilihannya mampu dikalahkan hanya dalam beberapa jurus saja, bagaimana mungkin dia tidak terkejut?

Siapa anak muda itu? Apakah dia tokoh persilatan yang sedang menyamar? Ataukah dia memang pemuda berilmu tinggi?

Orang tersebut tidak mampu berkata apa-apa. Dia hanya diam berdiri di tempatnya. Tidak bergerak sedikit pun. Persis seperti sebuah patung.

"Apakah hanya segini saja kemampuan anak buahmu?" tanya Zhang Yi sambil tersenyum mengejek.

Dia sudah berada di posisi semula. Tongkatnya juga sama. Seolah-olah pemuda itu tidak pernah bergeser, apalagi bergerak dari tempatnya.

Mendengar ejekan tersebut, wajah orang itu langsung merah padam. Tubuhnya bergetar. Entah karena sedang menahan marah, atau karena sedang ketakutan. Tiada seorang pun yang mengetahui hal tersebut.

"Hemm, hebat juga kemampuanmu bocah. Siapa kau sebenarnya?"

"Bukankah aku sudah mengatakannya kepadamu?"

"Aku bukan tanya namamu. Tapi aku bertanya julukanmu,"

Dia tahu, pemuda itu pasti mempunyai julukan. Entah apakah julukan tersebut, namun dirinya yakin sangkaannya tidak akan salah.

Sebab menurut pengetahuannya, hanya orang yang mempunyai julukan saja yang mampu mengalahkan dua puluh orang anak buahnya.

Zhang Yi terdiam sebentar. Sebenarnya dia tidak mau memberitahukan julukannya kepada orang itu. Tapi di sisi lain, dia pun ingin agar orang-orang mengenalnya, sehingga dirinya bisa dengan mudah menemukan musuh-musuh besarnya.

Oleh sebab itulah, setelah terdiam sesaat, Zhang Yi segera menjawab, "Panggil saja aku Pendekar Naga Putih," katanya dengan nada dingin.

"Pendekar Naga Putih?" tanya orang itu menegaskan.

"Ya," jawabnya sambil menganggukkan kepala.

"Aku merasa baru mendengar julukan itu,"

"Aku memang baru terjun ke dalam dunia persilatan," jawabnya jujur.

Mendengar pengakuan itu, orang tersebut diam-diam tersenyum dingin. Setitik kegembiraan terpancar di kedua bola matanya. Sayang sekali, hal itu lepas dari pengawasan Zhang Yi.

Setelah sesaat kemudian, orang itu berkata lagi, "Pantas saja. Tapi aku tidak mengerti, kenapa orang baru sepertimu berani bertindak kurang ajar?"

"Kenapa tidak? Toh, bukan aku yang memulainya," ujarnya sambil menarik muka.

"Bagus, bagus sekali. Sekali lagi aku akui kemampuanmu memang hebat. Tapi, benarkah kau sanggup menandingi aku si Golok Delapan Tangan?" tanyanya sambil menyombongkan diri.

"Aku bahkan ingin mencoba sampai di mana kemampuanmu," ejeknya.

"Hahaha, baiklah. Siap-siap anak muda, lihat serangan!"

Orang berjuluk si Golok Delapan Tangan itu langsung bergerak. Tubuhnya meluncur deras ke depan, sembari demikian, tangannya segera mencabut sebilah golok pusaka yang terselip di pinggang sebelah kanan.

Wutt!!!

Bacokan golok tahu-tahu sudah mengancam tubuh Zhang Yi. Bacokan itu mengarah ke bagian dada. Datangnya sangat cepat. Bahkan tidak diduga sama sekali.

Pek Liong Hiap (Pendekar Naga Putih) sendiri sempat kaget. Dia tidak menyangka bahwa lawannya yang sekarang ternyata mempunyai kecepatan seperti itu.

Karena mengetahui lawan bukan orang sembarangan, maka dia memutuskan untuk langsung menggunakan tongkatnya kembali.

Wutt!!!

Tongkatnya segera diayunkan untuk menangkis serangan lawan. Walaupun serangannya cepat, tapi tangkisan Zhang Yi jauh lebih cepat lagi.

Trangg!!!

Benturan yang sangat keras seketika terdengar. Percikan bunga api membumbung tinggi ke angkasa. Si Golok Delapan Tangan tergetar, dia terdorong mundur empat langkah ke belakang. Sedangkan Zhang Yi masih tetap berdiri dengan kokoh di tempatnya.

Melihat kenyataan ini, si Golok Delapan Tangan semakin terperanjat. Meskipun dia belum bertarung lama, tapi dari sini saja, dirinya sudah dapat menduga kalau pemuda itu berada di atasnya.

Namun orang sepertinya mana mau mengalah begitu saja?

Meskipun sudah tahu bahwa lawan jauh lebih lihai darinya, dia tetap tidak mau mengaku kalah.

Apalagi si Golok Delapan Tangan itu merupakan wakil ketua dari Perkumpulan Macan Kumbang cabang Kota Man Ting. Desa ini termasuk ke dalam kota tersebut. Itu artinya, secara tidak langsung, desa ini pun masih merupakan wilayah kekuasaannya.

Lantas, bagaimana mungkin dia mau dikalahkan di wilayah kekuasaannya sendiri? Bagaimana pula seorang wakil ketua sepertinya mau mengaku kalah?

Tidak, hal itu tidak mungkin terjadi. Dia lebih baik mati daripada harus mengucapkan kata tersebut.

Oleh karena itulah, setelah terjadinya benturan barusan, si Golok Delapan Tangan tidak berhenti. Sesaat kemudian, dirinya segera melancarkan serangan berikutnya.

Bayangan goloknya seakan berubah menjadi banyak. Kecepatannya bertambah. Seolah-olah dia bukan manusia, melainkan anak panah yang dilepaskan dari tali busurnya dengan sekuat tenaga.

Itulah salah satu jurus yang dia andalkan. Namanya Anak Panah Melesat Menembus Jantung!

Zhang Yi kembali tercekat. Untunglah sesaat kemudian pemuda itu sudah bisa mengusai dirinya kembali.

Tongkat berkepala naga miliknya digerakkan. Kali ini, dia tidak hanya berniat menangkis serangan, melainkan berniat juga untuk langsung membalas serangan-serangan lawannya.

Wutt!!! Wutt!!!

Dua bayangan manusia bergerak secara bersamaan. Mereka bertemu di tengah jalan. Keduanya langsung melancarkan jurusnya masing-masing. Pertarungan sengit tidak bisa dihindarkan lagi

Golok lawan menebas dan menusuk. Tongkat milik Zhang Yi menghantam dan menyodok berbagai macam titik penting yang terdapat di tubuh si Golok Delapan Tangan.

Keduanya sama-sama menyerang. Masing-masing berharap jurusnya mampu menundukkan lawan.

Wushh!!!

Zhang Yi mengeluarkan juga salah satu jurus andalannya.

Bayangan tongkatnya tiba-tiba mengerubungi tubuh si Golok Delapan Tangan. Serangannya semakin gencar dan beruntun. Lawan pun dibuat kelabakan. Dia mencoba membalas serangan. Sayangnya, hal itu sia-sia saja.

Sebab ketika pertarungan mereka mencapai jurus kedua puluh empat, tongkat berkepala naga itu sudah berhasil menghantam pundak sebelah kanannya dengan keras.

Bukk!!!

Si Golok Delapan Tangan langsung jatuh terduduk. Dia merasakan pundaknya ditindih oleh sebuah batu besar. Keringat dingin sudah mengucur deras membasahi seluruh pakaiannya.

Rasa sakit yang teramat sangat menjalar mulai dari telapak kaki hingga ke ujung kepala.

Posiai si Golok Delapan Tangan benar-benar berada di ujung tanduk. Dia sudah tidak mampu melakukan apa-apa lagi.

Di sisi lain, Zhang Yi masih menekan pundak lawannya tersebut. Bahkan semakin lama, tenaga yang dia keluarkan malah makin besar.

Hoekk!!!

Si Golok Delapan Tangan sudah tidak tahan lagi. Ternyata tongkat itu telah disaluri oleh tenaga dalam besar. Karena pertahanan tubuhnya tidak kuat, akhirnya dia terluka dalam dan memuntahkan darah segar.

Sekujur tubuhnya langsung lemas tak bertenaga! Dia benar-benar mirip seperti orang mati.

Kalau saja Zhang Yi ingin membunuh, sebenarnya hal itu bisa dilakukan dengan mudah. Tapi sayangnya, pemuda itu tidak mau melakukannya.