Bab 22

"Kamu tak sedang memfitnah Benjamin kan?" Katherine sedikit marah dengan tuduhan pria yang ada di depannya. Selama ini apa yang dia lihat hanyalah kesan baik kepada Benjamin, tentu saja mereka berdua sangat dekat akan segera menjalin sebuah hubungan.

Mendengar hal buruk tentang pria yang dia taksir, tentu saja dia merasa tak terima.

"Ah... Jadi anda menyukai pria itu. Kalau begitu aku akan membuatmu melihat warna as- Lupakan saja, toh urusanmu bukan urusanku."

"Pokoknya aku hanya ingin menemuinya, kamu pikir seorang pencuri adalah seorang yang baik hati?"

"Hal yang telah aku kerjakan selama berbulan-bulan telah dicuri dari tanganku, disini kamu malah mengejekku. Apakah kamu tak punya hati?"

Eddie hanya bisa berkata dengan pertanyaan retoris.

Di sisi lain, Katherine menundukkan kepalanya, dia merasa sedikit bersalah, dalam hati dia berkata: 'Bagaimana jika Benjamin melakukan hal seperti yang dikatakan pria bernama Eddie ini?' Berbagai pertanyaan mulai muncul di kepalanya.

Dia sendiri adalah seorang lulusan Universitas ternama, tentu saja mencuri proyek orang lain merupakan hal yang sangat tercela.

"Aku menemukannmu dengan Benjamin. Tapi bagaimana jika kamu yang salah?"

"Jika aku yang salah, maka aku akan segera meminta maaf kepadanya, jika perlu aku akan memberikan kompensasi uang."

"Tapi bagaimana jika temanmulah yang salah?" Eddie bertanya balik.

Singkatnya, hal ini adalah perjudian. Tentu saja Eddie tak akan kalah, toh dia yang telah mengatur hal ini, kekeke...

Katherine mulai menggigit bibirnya. "Kalau begitu apa yang kamu inginkan?"

"Huh? Bukannya kamu sendiri yang menentukan hal ini? Tentunya kamu tak ingin menguntungkan dirimu sendiri kan?"

"J-jika memang benar Benjamin adalah orang seperti itu, m-maka aku tak akan berbicara kepadanya lagi!"

Katherine menyatakan idenya, tentu saja dia khawatir, bagaimana jika tebakannya salah?

"What? Apa gunannya taruhan seperti itu, tak berinteraksi dengannya lagi? Anda ingin terus berhubungan dengannya atau tidak itu bukan urusanku."

"Lupakan saja, bagaimana kalau kamu mentraktirku makanan? Mungkin Pizza, Burger, dan juga minuman soda."

Eddie menolak usulan Katherine, malahan dia membuat taruhan yang sangat lucu.

Di sisi lain Katherine terkejut, dia sedikit tertawa kecil setelah mendengar taruhan Eddie. Pizza? Burger? Apa-apaan ... "Baiklah, kalau kamu benar maka aku akan mentraktirmu makanan. Juga jangan lupakan janjimu."

***

Di dalam vila mewah dengan pertahanan penuh, Spencer duduk sambil mendengarkan laporan tentang Eddie.

Sebuah laporan lucu tentu saja. Pria bernama Eddie ini telah menyuap reporter benama Benjamin untuk merayu seorang gadis? Sungguh pria yang naif... Tapi tak masalah, Spencer tak terlalu mempermasalahkan tentang hal itu.

"Pria seperti ini telah ditakdirkan untuk menjadi seorang bawahan. Tidak ada ambisi tinggi yang mana sangat cocok dengan rencananya."

Tapi sedikit yang Spencer tahu. Semua hal gila tapi lucu ini telah direncanakan oleh Eddie, semua ini hanyalah permainan untuk melonggarkan penjagaan Spencer kepadanya.

Saat waktunya pas, maka kakak cantik bernama Alex akan melakukan sisa tugasnya.

Ketika lengah, tusuk dari belakang!

***

Kembali ke Eddie dan Katherine.

Eddie telah berbincang-bincang dengan Katherine selama lebih dari tiga puluh menit, saat ini mereka sedang berada di restoran.

Di atas meja, ada Pizza, Burger serta minuman bersoda yang sebelumnya Eddie inginkan.

Awalnya perbincangan mereka cukup canggung, toh Eddie memprofokasi Katherine dari awal. Tapi hal ini berubah ketika mereka mulai membahas hal-hal tentang virologi, kanker, dan hal kedokteran yang lain. Percakapan ini membuat Katherine terpesona, pandangannya yang sebelumnya buruk kepada Eddie mulai berubah.

Penjelasan Eddie bahkan lebih menyenangkan dari pada penjelasan yang dilakukan profesor di universitas. Dia bahkan tak merasa ngantuk atau bosan sedikitpun!

"Apakah kamu tahu bagaimana cara mengobati kanker?" Mata indah milik Katherine sedikit bersinar, dia memandang Eddie dengan antisipasi.

"Ahh... Temanmu telah datang, mari kita bahas hal ini lain kali." Eddie tersenyum, setelah itu dia memandang ke arah pria yang mengenakan rompi sambil merekok di kejauhan.

"Maaf Katherine, aku terlambat."

Pria itu menghampiri Katherine. Setelah itu dia terkejut, dia memandang ke arah Eddie dan bertanya dengan nada permusuhan.

"Hei, siapa kamu? Apa yang sedang kamu lakukan dengan Katherine!"

"Oh... Jadi begini sikapmu. Kamu lupa bahwa setengah tahun yang lalu kamu diam-diam memotret makalah milikku? Saat itu kamu juga mewawancaraiku!"

"Sekarang kamu berpura-pura tak mengenalku, apakah kamu tak punya rasa malu?" Eddie berkata dengan marah

Benjamin diam-diam memuji akting yang dilakukan Eddie. Jika sebelumnya mereka tak melakukan kesepakatan, mungkin saat ini dia berpikir bahwa Eddie benar-benar marah kepadanya.

Di saat yang sama, setelah mendengar pernyataan Eddie, Benjamin mundur beberapa langkah, seolah-olah dia telah dipergoki oleh Eddie!

Tindakan mencurigakan ini jelas tertangkap di mata Katherine. Saat ini perasaannya berubah menjadi tak enak, dia segera bertanya: "Benjamin, apakah kamu mengenal Eddie?"

Benjamin menundukkan kepalanya, dia menjawab: "Aku tak mengenalnya, aku hanya bertemu dengannya sekali" Akting yang dilakukan oleh Eddie dan Benjamin saat ini benar-benar luar biasa!

"Sebaiknya kamu mengatakan yang sebenarnya, Ben! Kamu tak sedang menipuku kan? Aku paling benci orang yang suka menipu!"

Katherine berkata dengan penuh amarah, semua perasaan baiknya kepada Benjamin mulai pupus. Dia merasa dirinya telah dihianati oleh sosok yang dia cintai...

"Apa yang membuatmu berpikir bahwa akulah pelakunya? Kamu tak memiliki bukti!" Benjamin mencoba bertahan.

"Karena waktu itu hanya kamulah yang mewawancaraiku! Sehari setelah itu makalah yang telah aku kerjakan telah ada di surat kabar."

"Di surat kabar tersebut, bahkan tidak menyebutkan namaku sedikitpun. Hal ini pasti sepenuhnya rencana anda, mengaku saja!"

Eddie menunjukkan bukti-bukti kuat atas tuduhan yang dilontarkan kepadanya.

Eddie mualai memutar bukti percakapan yang dia lakukan dengan Benjamin.

Melihat bukti ini, kaki Benjamin langsung lemas...

"Aku mengaku... Saat itu aku menerima sebuah komisi dari seseorang. Dia memintaku untuk berpura-pura mewawancarai anda. Saya salah, mohon jangan melaporkan ini kepada atasanku, jika tidak aku akan kehilangan pekerjaanku satu-satunya..."

Benjamin mengaku sambil menghela nafas sedih.

"Lihatlah, aku sudah membuktikannya kepada anda, memang benar pria ini bukanlah pria yang baik!"

Eddie menuangkan bensin kedalam api.

*Pa!!!*

Seketika terdengar sebuah suara tamparan yang sangat keras.

Benjamin menerima tamparan dari Katherine tepat di pipinya. "Dasar bajingan, aku salah menilaimu, aku benar-benar bodoh!"

"Kamu pembohong, jangan pernah menghubungiku lagi, aku tak ingin melihatmu!"

Kemudian Katherine berlari sambil terisak, dadanya terasa sakit, air matanya jatuh ke arah kedua pipinya.