Bab 46

"Hehe, kamu benar-benar menarik, Eddie. Aku akan memikirkan tawaranmu terlebih dahulu." Ada Wong menggelengkan kepalanya sambil tertawa pelan.

"Ada lagi yang ingin kamu tanyakan?" Eddie menghela nafas sedih karena Ada menolak tawarannya. Tapi semua ini sudah dia duga, jika Ada Wong sangat mudah direkrut, maka wanita itu bukanlah Ada Wong!

"Aku ingin mengambil sample G-Serum, apakah kamu tahu caranya?" Pertanyaan tajam lain dilontarkan oleh Ada. Pertanyaan yang satu ini tak lain adalah misi utamanya yang dia embat saat ini.

"Ingin sample G-Serum? William sendiri masih belum menyempurnakannya, kamu datang terlalu awal. Masakan yang kamu inginkan masih belum matang." Kata Eddie dengan sudut bibir yang melengkung.

"Aku datang terlalu cepat?" Ada Wong memiringkan kepalanya, apakah hal itu memang benar? Bukankah markas memberitahunya bahwa G-Serum telah sempurna? Tapi kenapa Eddie berkata lain.

"Ya, G-Serum masih belum jadi, bahkan jika kamu bersih keras untuk mengambilnya sekarang. G-Serum itu tak lebih dari produk setengah jadi."

"Tapi jika anda ingin T-Serum, maka anda bisa mencoba mengambilnya, produk itu sudah cukup matang. Tapi tak sekuat G-Serum."

"Setidaknya efek samping masih lebih minim daripada efek G-Serum yang tak terkendali." Eddie menjelaskan dengan ekspresi serius.

Ada Wong merenung, keningnya mengerut... Ternyata dia datang terlalu awal, produk yang ia inginkan bahkan masih belum jadi; "Kalau begitu aku ingin mendapatkan keduanya, bisakah kamu membantuku mendapat sampel T-Serum dan juga G-Serum?"

"Aku bisa membantumu, tapi bayaran apa yang akan aku dapatkan?" Eddie bertanya.

"Oh... Kamu menerima permintaanku dengan sangat mudah. Apakah kamu tak takut aku akan membongkar penyamaranmu kepada Spencer? Aku yakin pria tua itu akan sangat tertarik mengenai 'ceritamu' yang lain." Ada Wong berkata sambil tersenyum menawan.

"Aku percaya padamu, instingku cukup akurat. Maksudku kita berdua hampir sama, lebih baik menjadi teman daripada musuh, kan?" Eddie menggelengkan kepalanya.

"Kamu sangat naif, Eddie. Sangat bodoh untuk mempercayai wanita dengan mudah!" Ada Wong mengerutkan keningnya.

"Mungkin... Tapi aku mempercayai intuisiku. Nah, jika kamu menginginkan sampel T-Serum, maka aku bisa membantumu mendapatkannya, tapi G-Serum? Lupakan saja, aku sendiri kurang tertarik dengan Serum yang tidak sempurna."

"Juga, kamu harus berhati-hati dengan gerak-gerik militer, nampaknya mereka telah menghubungi William. Itu saja yang bisa aku katakan." Eddie bangkit dari tempat duduknya, setelah itu pergi ke arah kamar.

Meskipun Ada Wong cantik, tapi Eddie tahu bahwa wanita ulet yang satu ini tak bisa ditaklukan dalam satu malam. Sebagai seorang mata-mata, kewaspadaan Ada Wong sangatlah tinggi.

Lebih baik berkenalan terlebih dahulu, dimasa depan akan ada banyak kesempatan untuk bekerja sama.

Selama tiga hari, Ada Wong tetap tinggal di dalam Vila, sesekali dia keluar vila hanya untuk sekedar berjalan-jalan.

Tunggu, bukannya Eddie hanya mengijinkannya tinggal satu hari? Yah... Gadis itu sangat ngotot, jadi Eddie mengijinkannya tinggal dengan satu syarat. Dan syarat itu tak lain adalah menjadi tukang juru masak di dalam Vila, jadi selama tiga hari ini yang menyediakan makanan tak lain adalah Ada Wong.

Selama tiga hari itu Eddie selalu mengawasi gerak-gerik Ada.

Jujur saja, daerah di sekitar vila menjadi lebih berbahaya, nampaknya polusi virus telah menyebar cukup jauh. Bahkan Anjing Zombie mulai muncul sesekali di sekitar pekarangan vila Eddie.

"Apakah kamu mengetahui tempat dimana kebocoran uji coba ini terjadi?" Ada melihat ke arah beberapa Zombie yang berkumpul tak jauh dari posisi mereka. Matanya yang indah menyipit dengan kilatan serius.

"Aku tak terlalu yakin... Tapi pasti berhubungan erat dengan gedung kader yang telah ditinggalkan di sana." Eddie mengutarakan pendapatnya.

Saat ini dia sedang mencoba merakit sebuah senjata baru. Memasang kembali magasin ke dalam slot, setelah itu memasukkan amunisi.

"Apakah hal itu berhubungan erat akan peringatamu untuk tak menyuruhku pergi ke gedung pusat pelatihan kader itu? Apa yang sebenarnya kamu khawatirkan?" Ada Wong tiba-tiba tersenyum.

"Khawatir kamu akan mati, lebih baik jangan meremehkan monster-monster itu. Bahkan tentara terlatih akan mati secara tragis jika dihadapkan dengan mereka."

"Sepanjang jaman, tak pernah ada yang melihat senjata biokimia, ketakutan akan mencegah seseorang untuk menggunakan kemampuan terbaik mereka."

"Ketika mereka lengah, maka kematian adalah satu-satunya jawaban. Bahkan setelah mati mereka akan dibangkitkan lagi karena efek Virus!"

"Mereka akan berubah menjadi mayat hidup!" Eddie berkata dengan suara dalam.

Mata Ada Wong berkedip beberapa kali, senyumnya semakin melebar, dia ingin menggoda pria ini; "Kenapa kamu sangat peduli padaku? Bahkan sampai khawatir aku akan mati?" Senyum Ada Wong terlihat sangat menawan.

"Aku hanya tak ingin melihatmu mati ataupun terluka. Oke, jangan membahas hal ini lagi, kita harus segera kembali ke kota." Eddie melambaikan tangannya beberapa kali.

"Kenapa sangat tiba-tiba?" Ada Wong bertanya penasaran.

"Kamu ingin menunggu virus itu menyebar sampai ke vila ini? Atau kamu ingin berteman dengan monster-monster itu?" Eddie balas bertanya dengan nada retorik.

"Tidak." Kata Ada Wong singkat.

"Dengarkan hal ini baik-baik, Ada. Jangan pernah datang ke daerah sini lagi jika kamu benar-benar tak memiliki urusan yang sangat penting. Jika kamu ingin datang, setidaknya ajak seseorang lain, jangan pernah sendirian."

Setelah itu Eddie melambaikan tangannya. Dia ingin menjemput Suzuki terlebih dahulu, setelah itu keluar dari zona neraka ini.

"Jika aku ingin ke sini lagi, aku pasti akan memintamu untuk menemaniku." Sikap Ada Wong terhadap Eddie telah berubah cukup banyak, setidaknya lebih tulus dari pada saat pertemuan pertama mereka.

Selama dia menetap di vila ini, Eddie lah yang mengajari serta memberi tahunya cara untuk melawan senjata biologis tersebut. Zombie-Zombie itu sejujurnya memiliki kelemahan yang sangat fatal, ditembak tepat di kepala akan membuat mereka langsung mati.

Akan tetapi, rasa takut manusia akan hal yang tak diketahui lah yang membuat mereka menjadi sasaran empuk para Zombie.

-----

dukung saya di;

patréon.com/mizuki77

ko-fi.com/mizuki77