Bab 142

Saat Eddie masih linglung, Jessica mulai menyerang!

Wanita itu bergerak cepat sambil mengulurkan tangannya, berusaha untuk menerkam mangsa itu dengan mulutnya yang terbuka lebar.

Eddie kembali sadar, matanya menyipit saat memfokuskan seluruh konsentrasinya. Tangannya bergerak dan menggenggam lengan wanita itu, dengan anggun Eddie menjatuhkan tubuh lawan dengan gerakan melempar.

Mengeluarkan pisau kecil, Eddie menebaskan ujung tajam pisau itu tepat ke arah leher Jessica!

*Graah!*

Jessica melolong kesakitan sambil mencoba menutupi lukanya. Di sisi lain Eddie langsung memanggil Karen dan memintanya kembali untuk menjemput Jessica.

"Apakah ada omong kosong lain? Kenapa kamu membuatku bolak-balik, kamu tak sedang memainkanku kan?" Saat tiba di lokasi yang telah diberitahukan oleh Eddie, Mother Wolf mendatangi Eddie dan berkata dengan nada marah..

"Aku tidak sedang mencoba memainkanmu, alasan kenapa aku memanggilmu lagi karena wanita ini juga dapat digunakan, sama seperti Lisa. Mereka adalah ibu dan anak yang telah dijadikan eksperimen bertahun-tahun yang lalu."

"Sejujurnya aku tak menyangka bahwa Jessica masih hidup." Kata Eddie dengan tenang.

"Katakan dengan terus terang, kamu tak mencoba membantunya karena merasa kasihan kan? Apakah dia sama bergunanya seperti yang kamu katakan?" Karen tak mau mendengar cerita belas kasihan seperti itu, simpati ekstra tidak baik untuk pekerjaannya.

"Ya, dia sama bergunanya dengan Lisa." Eddie mengangguk.

"Oke, aku akan mengirimnya ke vila." Karen berkata sambil membantu Eddie merapikan pakaian serta rambut pria itu.

"Aku akan menunggumu di vila."

"Baiklah, urusanku di sini akan segera selesai" Eddie mengangguk setuju.

Kembali ke mansion, kali ini Eddie menemui Chimera yang lebih aneh. Monster itu memiliki bagian tubuh hewan serta manusia yang telah bergabung menjadi satu, menciptakan gambar mengerikan lain.

*Bang!*

Eddie menembak lawan tanpa banyak berpikir. Untuk monster-monster lemah yang bisa dikalahkan dengan cepat, Eddie tak mau menyia-nyiakan waktu dengan mereka. Lebih baik membunuhnya secepat mungkin!

Kembali ke kamar, Rebecca masih tertidur lelap, sepertinya masih sangat kelelahan.

Di sisi lain Svetlana masih membaca sebuah buku, "Sudah kembali? Aku baru saja mendengar suara Karen, apakah kamu baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja, hanya urusan kecil. Ngomong-ngomong, apa pendapatmu tentang monster bio yang berkeliaran di daerah ini?" Tanya Eddie secara tiba-tiba.

Svetlana menatap Eddie dengan ekspresi serius, "Jika insiden kebocoran yang terjadi di pegunungan Arklay tidak segera di atasi, kemungkinan besar hal ini akan menyebar dan menginfeksi seluruh benua."

"Sunggu tak kusangka bahwa kamu juga sangat berwawasan luas." Eddie tertawa.

"Huh? Apa maksudmu?" Svetlana mendengus jijik, jelas tidak senang dengan 'pujian' pria itu.

"Nanti aku pukul loh." Wanita itu menatap Eddie dengan tatapan intense.

Eddie segera melambaikan tangannya. "Jangan seperti itu, cantik, aku hanya bercanda. Pokoknya, aku sangat yakin bahwa kasus ini sama seperti kotak pandora, setelah kotak itu terbuka maka akan sulit untuk ditutup."

Jelas sekali bahwa jika virus ini menyebar ke seluruh benua, maka akan sulit untuk dihentikan.

Svetlana menatap pria itu dengan aneh, "Aku tau, tapi apakah kamu sangat perduli dengan hal-hal ini? Apa gunanya kamu memberitahuku kata-kata seperti itu, berbicaralah bahasa inggris, nak!"

Svetlana telah melihat karakter Eddie sejak awal, jelas sekali pria itu bukan orang baik ataupun orang jahat. Dia akan bertindak sesuai situasi, terkadang dia juga menggunakan beberapa trik licik.

Sungguh aneh mendengar pria itu berbicara seakan-akan perduli dengan rakyat jelata.

"Jangan berkata seperti itu, terkadang aku akan membantu wanita tua menyebrang jalan, tau. Jika kotak itu tidak bisa ditutup maka tidak masalah." Eddie mengangkat bahu.

"Aku pikir hal yang paling penting sekarang adalah mengumpulkan data secukupnya. Di masa depan kita dapat mempelajari data tersebut dan menggunakannya untuk menciptakan senjata bio yang lebih maju. Kita perlu melawan 'sihir' dengan sihir untuk bisa menang!" Eddie tertawa.

"Jadi apa rencanamu selanjutnya?" Svetlana juga tertarik, jika ada senjata bio yang lebih matang, maka dia dapat menggunakannya dalam konflik. Hal itu akan membawa manfaat yang besar.

"Jangan terlalu berharap, memang senjata bio nyaman untuk digunakan, tapi perawatannya sangat susah. Selain itu, menggunakan hal semacam itu secara publik sangat memalukan. Setidaknya gunakan secara diam-diam." Kata Eddie sambil mencoba menganalisis prospek masa depan.

"Aku tahu... Ngomong-ngomong, aku tak akan bertanggung jawab jika kesan baik wanita itu kepadamu anjlok. Percakapan kita mungkin telah didengar olehnya." Svetlana melirik ke arah Rebecca yang masih tertidur. Mungkin wanita itu telah bangun sejak tadi dan telah mendengar seluruh percakapan antara Eddie dan Svetlana, siapa tahu...

"Yah, dia akan tahu cepat atau lambat. Bagaimanapun T-Serum yang aku teliti juga terkait dengan senjata biokimia." Eddie tak mempermasalahkannya, hanya masalah waktu sampai Rebecca mengetahui hal ini.

"Hal semacam ini adalah pedang bermata dua, jika kita menggunakannya dengan baik, maka hasilnya akan sama seperti kamu dan aku. Jika digunakan dengan salah, jawabannya tentu saja menjadi monster." Kata Eddie dengan nada serius.

Svetlana membelai rambutnya, "Pokoknya kamu harus lebih berhati-hati, jangan sampai berubah menjadi monster saat mencoba mengembangkan obat semacam itu. Jika kamu berubah menjadi salah satu dari mereka, pada akhirnya akulah yang akan mengakhirimu."

"Bukankah kamu seharusnya mencoba menyelamatkanku saat itu terjadi?" Eddie memutar matanya, tampak tak terkesan dengan tindakan pencegahan wanita itu.

"Tentu, aku akan menyelamatkanmu dengan pistol yang aku pegang." Svetlana tersenyum menggoda. Gaya wanita dewasanya terpancar sekali lagi!

"Oke. Kamu juga, aku harap saat kita bertemu lagi kamu masih seorang manusia utuh, akan sangat mengecewakan jika kamu menjadi zombie." Kata Eddie dengan nada polos.

"Tidak akan, jangan khawatir, aku tidak sebodoh itu. Beberapa orang mengejar kekuatan yang lebih dan tidak mengontrol nafsu mereka, pada akhirnya berubah menjadi monster." Svetlana mencibir, tak perduli seberapa bodohnya dia, dia tak akan mencoba bermain-main dengan dirinya sendiri. Toh kekuatannya yang sekarang sudah cukup.

"Oke, kamu tetap di sini dulu, aku akan pergi ke lab. Mungki ada beberapa informasi yang bisa aku retas dan bawa kembali." Setelah selesai berbicara, Eddie siap untuk keluar dari ruangan.

"Jangan sampai mati!" Kata Svetlana secara tiba-tiba. Dalam hati hanya tuhan dan dirinya yang tahu apa yang sedang dia pikirkan saat ini.

***

Di dalam mansion, orang-orang dari tim Bravo terus bertarung, dibawah kepemimpinan Enrico mereka berhasil menyelinap lebih dalam.

Di sana mereka menemukan sejumlah besar senjata bio berbeda yang bahkan lebih menjijikkan dari pada apa yang ada di Rumah Sakit hutan Arklay.

Alasan kenapa Eddie masih belum bergabung dengan mereka tak lain karena misinya memang berbeda.

-----

baca bab 290 di;

patréon.com/mizuki77