Bab 154

Wesker yang malang masih perlu meminjam uang dari William, jika tidak, dia tidak akan mampu melaksanakan rencananya. Jelas sekali kondisi keuangannya saat ini sangat menyedihkan.

"Umbrella pasti meragukan kematianku sekarang. Kamu juga harus berhati-hati, aku tahu bahwa Spencer tidak akan pernah membiarkanmu pergi." Wesker mengingatkan temannya.

"Spencer? Tidak masalah, aku sudah siap bagaimanapun juga, tapi sekarang aku masih punya hal yang harus aku lakukan." William menutup telepon.

William telah menyewa unit U.B.C.S., tim ini terdiri dari terpidana mati, penjahat serta tentara bayaran. Selama ada uang, sangat mudah untuk menyewa layanan mereka.

Dengan tim yang terdiri dari tiga puluh orang ini, keselamatannya bisa terjamin.

Di sisi lain, Militer telah menyetujui persyaratan yang dia berikan kepada mereka.

Pada dasarnya Federasi Militer tersebut telah menerima William dan akan memposisikannya sebagai peneliti utama mereka. Tentu saja William perlu membawa G-Serum yang dia kembangkan, jika tidak dia tidak akan mendapat posisi yang telah dijanjikan tersebut.

Meskipun ada kemungkinan untuk memperkuat kinerja T-Serum, tapi William lebih fokus ke G-Serum yang secara pribadi dia kembangkan. Toh dia tidak terlalu memperhatikan T-Serum sejak awal.

Oleh karena itu William terus bekerja di Lab bawah tanah kota Raccoon. Ada beberapa hal yang tidak bisa dia dapat, tapi dengan bekerja di sini, dia mendapat apa yang dia inginkan.

***

Sejauh ini semua berjalan seperti biasa, satu-satunya yang berubah adalah, sekarang anggota tim taktis dipaksa untuk mengambil hari libur. Laporan demi laporan yang diterima Brian akan kasus eksperimen tidak manusiawi Umbrella membuatnya merasa tidak tahan.

Oleh sebab itu Brian memaksa orang-orangnya untuk berlibur dalam jangka panjang.

Di dalam apartemen baru, Eddie baru saja bangun. Tak jauh darinya Rebecca duduk sambil membaca sebuah buku kedokteran.

"Sudah bangun? Ada yang ingin kamu makan? Tak kusangka kamu bisa tidur seharian." Rebecca tersenyum, dia melanjutkan. "Aku menerima kabar baik dan buruk baru-baru ini, mau dengar yang mana?"

"Katakan kabar buruk terlebih dahulu." Eddie mengambil kopi yang telah diseduh oleh Rebecca. Kopi itu tidak buruk, sedikit manis yang mana sangat dia suka.

"Kabar buruknya, Chief Brian tidak mau menerima dan mengakui bukti yang telah kita kumpulkan. Dia berpikir bahwa kita berjuang terlalu jauh yang mana menghasilkan lelah mental yang membuat kita berhalusinasi."

"Sekarang dia meliburkan kita, tapi kita masih menerima gaji yang cukup besar." Kata Rebecca dengan ekspresi sedih.

"Setidaknya kita masih mendapat gaji, tapi memang sangat disayangkan."

"Kami telah mengumpulkan bukti yang konkrit, adapun yang telah menjadi korban kasus tersebut, mereka tidak akan pernah mendapat keadilan yang seharusnya mereka dapatkan. Bagaimana hal ini bisa diterima?" Kata Rebecca dengan nada sedikit marah.

Eddie duduk tepat di depan Rebecca, mereka saling menatap. "Kan aku sudah bilang sejak lama, Umbrella sangat sulit ditekan. Sekarang adalah kesempatan terbaik kita, kita bisa mencoba memanfaatkan hal-hal lain dari belakang layar." Kata Eddie.

"Hari ini kita akan berkumpul di bar. Mungkin tim kita akan dibubarkan sepenuhnya. Bagaimana pendapatmu tentang ini?" Rebecca mengerutkan kening.

Eddie menggelengkan kepalanya, "Aku tidak tahu. Tapi kita masih harus mengumpulkan bukti lebih yang dapat menggoyahkan umbrella. Jika tidak, maka akan sulit untuk menang."

"Nah, ada satu hal lagi yang ingin aku katakan padamu."

"Apa?" Rebecca memiringkan kepalanya.

"Kamu akan menjadi milikku selama lima belas tahun ke depan. Jadi buatkan steak untukku. Habis itu aku akan mengajakmu ke lab, Jill juga ada di sana." Kata Eddie dengan sopan.

"Huh? Aku bukan milik siapapun! Aku membencimu, hmph. Jika kamu berani menggertakku, aku akan melaporkannya ke kakak Jill!"

Rebecca mengepalkan tangan kecilnya, tapi tinju itu tidak terlihat terlalu mengancam sama sekali.

"Haha, tidak masalah. Kamu akan terbiasa nanti." Eddie mengedipkan satu matanya, hal ini membuat Rebecca yang pemalu merasa sedikit tertekan dalam artian khusus.

Keluar dari kamar, Svetlana duduk dengan tenang di sofa sambil memilah-milah senjata api pribadinya.

"Rekrut, kamu sangat lambat. Jika kamu terus tidur selama itu, kamu akan mati karena terlalu lengah."

Eddie tersenyum, "Kenapa aku harus takut saat ada kamu di sini? Denganmu keselamatanku terjamin."

"Hmph, teruslah memuji." Svetlana memalingkan wajahnya, diam-diam dia tersenyum tipis.

Setelah mengatur beberapa hal di apartemen, Eddie siap pergi ke vila yang ada di pegunungan Arklay untuk melakukan beberapa penelitian.

Di malam hari, di dalam bar kota Raccoon. Orang-orang yang ada di bar itu cukup padat. Eddie membawa dua gadisnya ke bar tersebut, dan kebetulan dia juga melihat sang reporter, Alyssa yang sedang minum bir di dalamnya.

Richard, Chris dan lainnya juga datang ke bar, nampaknya malam ini akan menjadi malam terakhir mereka sebagai seorang tim. Bahkan Enrico yang terluka juga muncul.

Semua orang duduk di tempat kesukaan mereka masing-masing, mereka minum sambil mengobrol. Meski begitu, suasana di dalam bar entah kenapa terasa lebih aneh dari biasanya.

Di sisi lain Barry juga datang bersama keluarganya, dia takut keluarganya akan diculik lagi.

"Eddie, izinkan aku memperkenalkanmu dengan istriku, namanya Kathy. Dan dua gadis ini adalah putriku, aku yakin kamu telah mengenalnya." Barry memperkenalkan keluarganya dengan senyum lebar.

"Halo, Eddie. Aku senang kamu telah menyelamatkan kita, aku bahkan belum sempat mengucapkan rasa terimakasihku kepadamu." Kathy tersenyum lembut, sosoknya sangat cantik. Tak heran putrinya, Moira juga sangat cantik.

"Eddie, caramu membunuh cacing itu sangat luarbiasa!" Kata Moira dengan senyum cerah.

-----

baca bab lanjutan di;

patréon.com/mizuki77