"Kenapa lama?" tanya Gyan ketika Lavina baru kembali dari toilet. "Kamu ketiduran?"
"Perut saya sakit," jawab Lavina bohong. Sebenarnya, Lavina merasa canggung jika Gyan tiba-tiba ditelepon seseorang, terlebih dia mendengar suara perempuan yang menelepon sang captain bar. Dugaan Reiki sepertinya salah. Gyan tetaplah lelaki memesona di mata wanita, tidak mungkin kalau dia masih melajang. Setidaknya Gyan pasti memiliki satu atau dua perempuan untuk menjadi gebetannya.
Di depan mereka berdua terdapat dua double rock glass berisi minuman berwarna kecokelatan yang diberi es batu dan hiasan kulit jeruk. Lavina mengangkatnya seraya mengernyitkan alis karena belum pernah menemukan cocktail yang disajikan hanya setengah gelas.
Dia mencium aroma yang didominasi bau jeruk segar. Kemudian diteguk sedikit minuman itu seraya menebak-nebak apa yang disajikan oleh Irvan. Lavina melirik Gyan yang justru tersenyum miring seakan sedang mengejek si bartender junior.