"Sayang ... sini-sini, my baby angry bird," panggil Lavina seraya melambaikan tangan kanan.
"Kenapa kamu?" tanya Gyan mengernyitkan alis mendengar ucapan Lavina. "Mabok ya?"
"Ih, Sayang kok gitu?"
Lavina masih meneruskan akting abal-abalnya dengan mengerjapkan mata memberikan kode kepada lelaki itu. Sayang, Gyan yang terlahir tidak peka dengan sandi morse ala perempuan, tidak kunjung paham. Alhasil, dia mencubit pipi kenyal bak kue mochi yang baru matang seraya berkata, "Jangan membuat saya merinding sama ucapan gila kamu, Lavina."
Bibir kemerahan Lavina mengerucut, menepuk tangan kanan Gyan yang masih Setia menarik pipinya. Lavina membungkuk mendekati wajah sang captain bar seraya berbisik, "Saya sedang melindungi Pak Gyan. Masa enggak bisa baca akting saya, sih!"
Lavina menunjuk dua gadis di belakangnya yang kini masih saja berbisik. Gyan melirik mereka sejenak lalu melempar senyum manis yang bikin dua kaum hawa itu girang. "Maafin, adek saya, Mbak. Rada gila dia."