Bab 23

Gyan mengambil paksa ponselnya dari genggaman tangan Lavina yang masih terdengar suara maminya yang terus memanggil Lavina. Lelaki itu menatap nyalang ke arah gadis yang kini terlihat merasa bersalah.

"Halo, Mami?" panggil Gyan. "Tadi, Gyan masih di toilet."

"Lavina itu siapa, Ko? Kok enggak dikenalin ke Mami?"

"Temen kerja, Mam. Udah ya, Gyan mau pulang," pamit Gyan kemudian mematikan sambungan telepon. "Kamu pernah diajari etika, kan?"

"Maaf, Pak. Tadi, hapenya bunyi terus. Saya sungkan sama orang-orang," ungkap Lavina menunduk tak berani menatap mata sipit Gyan yang menghunus dadanya.

Tak menimpali ucapan gadis itu, Gyan memilih beranjak dari tempat duduknya untuk membayar pesanan mereka. Lavina memukul kepalanya dengan kepalan tangan, merutuki diri sendiri betapa bodoh dirinya ini. Gyan dengan pasti akan murka jika ada yang mengusik teritorialnya.