Bab 43

"Maaf... "

Hanya kata itu yang bisa dilontarkan oleh Lavina seraya menundukkan wajah dan memilin ujung apron hitam hingga kusut. Insiden pecahnya botol champagne sudah pasti akan menjadi poin terkuat untuk menyingkirkan si gadis ceroboh dari D'amore bar. Dalam hati, Lavina merutuki nasib yang selalu tidak pasti membawa ke mana arah hidupnya, kadang dia bisa sangat beruntung hingga lolos kompetisi, tapi di sisi lain kesialan selalu saja mendera seperti saudara kembar.

"Saya sudah bilang apa, kan? Kamu terlalu sabar buat mempertahankan orang yang enggak becus, Fel!" tukas Gyan yang bersandar pada pinggiran meja kerjanya.