Seiring selesainya ucapan itu, Viona dengan ganas melahap pennis Bram. Kepalanya turun-naik agar mulutnya mampu memompa tanpa Bram merasa kesakitan. Bram tak tahan. Ia menyambar buah dada dari balik satin yang Viona kenakan dan melakukan remasan yang tak kalah kasar.
“Oh shit, Vionna. You’re such a slut!”
Viona menjilat ujung pennis. Tangannya mengocok, mengurut dengan tekanan sempurna. “Lakukan dan katakan apapun yang kamu mau, honey.”
“Yeah, lick it. You’re a cocksucker.”
Bram dan Viona saling tatap dengan sorot mata penuh nafsu birahi. Tatapan dilakukan Viona tatkala rongga mulutnya dipenuhi pennis.
“Dasar lonte lu.”
Kini scrotum Bram yang menjadi incaran Viona dengan jilatan-jilatan sebelum ia kembali melakukan aksi penguluman. Suara Viona terdengar merintih. Rintih bahagia seperti seorang bayi yang merintih bahagia bertemu air susu setelah dahaga sekian lama.
“Suck my dick you bitch!”