Jurus Terlarang

"Aku … aku tidak mengerti apa maksud guru," ucap Mei Lan sambil menggelengkan kepalanya perlahan.

"Suatu saat nanti kau pasti akan mengerti. Semuanya telah tersimpan dalam Cincin Ruang itu,

"Ta-tapi, guru …"

"Tidak ada kata tapi-tapian, waktunya sudah habis. Sebagai permintaan terakhir, guru hanya ingin kau berjanji akan hidup terus dan membereskan masalah ini, jika memang aku harus mati dalam pertempuran nanti,"

Mei Lan tidak langsung menjawab. Matanya tetap memandang dengan ekspresi bingung setengah mati.

"Lan'er, apakah kau mau berjanji?" tanya Dewi Bunga Hitam kembali menegaskan.

"Aku …"

"Benarkah kau tidak mau melaksanakan permintaan terkahir guru yang sudah mendidik dan merawatmu selama ini?"

Ekspresi wajah Dewi Bunga Hitam semakin serius. Sorot matanya juga bertambah tajam. Seumur hidupnya, belum pernah Mei Lan menyaksikan sorot mata seperti itu.

"Baiklah. Aku berjanji guru," kata Mei Lan sambil menganggukkan kepalanya.

"Bagus. Aku tahu kau tidak akan mengecewakanku," wanita tua itu berkata sambil mengelus-elus kepala muridnya.

"Dan satu lagi, nanti aku akan menciptakan portal untukmu. Kau masuklah ke dalam ketika aku menyuruhmu masuk,"

"Ehmm, baik, guru,"

Dewi Bunga Hitam tersenyum simpul. Kemudian katanya, "Nah, sekarang bersiaplah,"

Niat wanita itu sebenarnya ingin langsung menciptakan portal yang dimaksud. Tetapi sebelum itu, si Golok Malaikat Maut malah sudah menegurnya.

"Waktumu sudah habis. Sekarang bersiaplah menghadapi kematianmu sendiri," ujarnya dengan tegas.

Sebelum Dewi Bunga Hitam memberikan jawaban, tahu-tahu sepuluh pedang energi yang diciptakan oleh orang tersebut langsung melesat dengan cepat ke arahnya.

Wushh!!! Wushh!!!

Sepuluh pedang energi itu mengeluarkan cahaya terang. Kekuatan yang terkandung di dalamnya mampu menghancurkan batu sebesar rumah.

Karena tahu bahwa lawan sudah tidak sabar lagi, maka secara terpaksa Dewi Bunga Hitam segera melayaninya.

Kedua tangannya bergerak. Selapis energi pelindung langsung tercipta dan melindungi tubuhnya.

Blarr!!!

Benturan keras terdengar menggelegar. Dunia seakan dilanda oleh gempa bumi. Bebatuan dan pepohonan yang ada di sekitar sana segera berterbangan seolah-olah terbawa oleh angin tornado.

Ledakan yang tercipta sangat dahsyat. Untunglah Dewi Bunga Hitam dan Mei Lan tidak terluka.

Wushh!!! Wushh!!! Wushh!!!

Setelah terjadinya benturan barusan, sepuluh tokoh dunia persilatan itu langsung bergerak secara serempak. Mereka menerjang ke depan dengan senjata dan jurusnya masing-masing.

Dunia seakan dipenuhi oleh kekuatan tak kasat mata. Hawa terasa panas. Udara sangat sesak.

Dewi Bunga Hitam memandang tajam. Mulutnya tersenyum dingin. Walaupun dirinya tahu bahwa serangan gabungan lawan sangat berbahaya, tapi sebisa mungkin dia berlaku untuk tetap tenang seperti air di tengah danau.

Begitu serangan gabungan itu sudah dekat, tiba-tiba wanita tua tersebut melompat ke atas. Kepalanya menengadah ke langit yang kelam. Kedua tangannya direntangkan selebar mungkin.

"Hujan Bunga Hitam …"

Wushh!!! Wushh!!!

Ratusan ribu atau bahkan jutaan bunga hitam tiba-tiba turun dari langit. Persis seperti hujan deras.

Langit semakin kelam. Kegelapan makin mencekam.

Sekilas, bunga-bunga hitam itu memang tidak berbahaya. Tapi perlu diketahui, kalau sampai bunga tersebut mengenai tubuh seorang pendekar yang mempunyai kekuatan lemah, niscaya pendekar tersebut bakal mampus menjadi abu saat itu juga.

Bunga hitam itu mengandung hawa panas yang teramat sangat. Seolah-olah bunga itu berasal dari neraka.

Sepuluh tokoh dunia persilatan dibuat terkejut setengah mati. Serangan gabungan yang telah mereka lancarkan tadi, tiba-tiba ditarik kembali secara bersamaan.

Meskipun menarik serangan jauh lebih sulit daripada saat melancarkan serangan, tapi apa boleh buat, mereka tetap harus melakukannya. Sebab kalau tidak demikian, maka nyawa yang menjadi jaminannya.

Walaupun sepuluh tokoh dunia persilatan itu memiliki kekuatan yang sangat dahsyat, namun hakikatnya mereka tetaplah manusia. Dan selaku manusia, tentunya masih bisa mati.

Memangnya, di dunia ini ada manusia yang tidak bisa mati?

Pada saat itulah, Dewi Bunga Hitam melihat ada kesempatan untuknya melakukan sesuatu. Walaupun kesempatan itu mempunyai waktu sekejap, tapi terkadang yang sekejap itu justru mampu mengubah segalanya.

Wushh!!!

Tangan kanannya diayunkan. Bersamaan dengan itu, sebuah portal mendadak muncul dalam jarak sekitar lima tombak.

"Sekarang, Lin'er!!!" teriak Dewi Bunga Malam kepada muridnya.

Pada saat itu, Jiang Mei Lan tidak bisa berpikir apa-apa. Oleh karena itulah, tanpa berkata sepatah kata pun, gadis kecil tersebut segera melompat ke arah portal ciptaan gurunya.

Wushh!!!

Tubuhnya kemudian meluncur. Walaupun masih kecil, tapi ternyata ilmu meringankan tubuhnya cukup lumayan juga. Hanya dalam waktu singkat, Mei Lan sudah tiba di depan portal.

Dia berhenti sebentar lalu memandang ke arah Dewi Bunga Malam.

"Cepat masuk sekarang juga, waktunya tidak banyak!" tegasnya kepada Mei Lan.

Mei Lan mengangguk. Bersamaan dengan itu, dua tetes air mata mengalir membasahi pipinya.

Hatinya terasa hancur. Sekuat apapun dirinya, hakikatnya dia tetaplah seorang wanita. Dan selaku wanita, perasaannya tentu jauh lebih rapuh dibandingkan seorang pria.

"Cepat, Lan'er!!!" suara Dewi Bunga Hitam semakin menggelegar di telinga. Bahkan tanah pun dibuat bergetar karenanya.

Wushh!!!

Portal tersebut seketika lenyap ketika Mei Lan sudah memasukinya.

Sementara itu, setelah lenyapnya portal tadi, tanpa sadar sepuluh tokoh persilatan sudah berhasil menghindari serangan hujan bunga hitam tadi.

Sekarang mereka telah melanjutkan serangan gabungannya yang tadi sempat terhenti!

Wushh!!!

Sepuluh macam jurus hebat meluncur deras ke arah Dewi Bunga Hitam. Kecepatan jurus-jurus itu jauh lebih cepat daripada sebelumnya. Sepertinya, sepuluh tokoh itu sudah mengeluarkan seluruh kemampuannya, sehingga hasilnya benar-benar dahsyat.

Gelegar!!!

Dewi Bunga seketika terlempar sejauh puluhan tombak ketika dua buah sinar terang dengan telak menghantam tubuhnya. Wanita tua itu bergulingan beberapa puluh kali. Dia baru berhenti setelah berhasil menguasai dirinya kembali.

Hoekk!!!

Pendekar wanita tersebut muntah darah cukup banyak. Dia mengalami luka dalam. Bahkan luka dalam itu sangat parah sekali.

Tubuhnya seketika terasa lemas tak berdaya. Untuk beberapa saat, Dewi Bunga Hitam tidak mampu melakukan apapun. Dia hanya mampu terduduk di posisinya.

Pandangan matanya kabur. Dadanya juga terasa sesak. Untuk bernafas, rasanya sangat sulit sekali.

"Hemm, Lan'er sudah pergi dari sini. Sekarang sudah tiba waktunya. Aku harus menggunakan jurus itu sekarang juga," gumamnya sambil mengusut darah di mulutnya.

Begitu selesai bergumam, Dewi Bunga Hitam segera bangkit dari posisinya. Meskipun tubuhnya sudah lemas tak berdaya, tapi dia tetap memaksakan diri. Wanita itu memutuskan untuk mengeluarkan jurus terlarang miliknya.

Tiba-tiba perubahan terlihat di wajahnya. Wajah yang sudah tua itu, wajah yang sudah penuh dengan luka-luka itu, mendadak bercahaya.

Garis-garis hitam pekat tampak menghiasi wajah Dewi Bunga Hitam. Di tengah-tengah keningnya terdapat sebuah simbol bunga tengkorak.

"Kobaran Amarah Dewi Bunga Mawar Hitam!!!"

Pendekar wanita itu berteriak sekeras mungkin. Gelombang kejut yang menyapu segala benda di sekitar langsung tercipta dari teriakan itu.

Gelegar!!! Tarr!!!

Ledakan besar terdengar. Langit bergemuruh. Petir menyambar-nyambar seakan menjilati muka bumi.