Siluman Harimau Biru Hitam Berkepala Dua

Begitulah, semenjak kematian gurunya, Dewi Bunga Hitam, Jiang Mei Lan selalu hidup seorang diri. Dia tidak pernah keluar dari hutan tersebut, kecuali hanya untuk membeli bahan-bahan pokok saja. Gadis itu pun tidak mau tinggal di kota, dia lebih memilih tinggal di sana. Entah apa alasannya, yang jelas, Mei Lan tidak mau pindah 'rumah'.

Meskipun usianya masih kecil, tetapi karena kehidupannya tidak seberuntung gadis-gadis lain, pada akhirnya Mei Lan telah tumbuh menjadi seorang gadis yang mandiri.

Dia harus menjalani hari-hari sepinya. Mei Lan mau tak mau harus berjuang untuk meneruskan hidupnya. Dia tidak boleh mati. Terlebih lagi, dia tidak boleh menyia-nyiakan harapan mendiang gurunya.

Tanpa terasa, tujuh tahun telah lewat. Ya, tepat tujuh tahun. Tidak kurang dan tidak lebih.

Waktu tujuh tahun berlalu begitu saja. Bagi orang lain, tujuh adalah waktu yang lumayan lama. Tetapi bagi Mei Lan, tujuh tahun adalah waktu yang sangat sebentar.

Alasan kenapa dia beranggapan seperti itu adalah karena dirinya tidak pernah menunggu. Mei Lan tidak pernah menanti waktu untuk membalas dendam.

Selama tujuh tahun belakangan ini, dia hanya hidup mengikuti alur cerita yang sudah digariskan oleh langit. Mei Lan hanya melakukan apa yang menurutnya harus dilakukan.

Hari-harinya selalu dia lewati untuk terus melatih ilmu-ilmu warisan gurunya. Meskipun tidak ada orang yang membimbing atau mengajarinya dalam berlatih ilmu silat, namun karena kegigihan dan keteguhan hatinya, pada akhirnya Mei Lan telah berhasil menguasai jurus-jurus warisan Dewi Bunga Hitam.

Level pelatihannya juga sudah meningkat pesat. Dengan bekal segala sumber daya yang tersedia di dalam Cincin Ruang pemberian Dewi Bunga Hitam, dia telah berhasil meningkatkan tahap pelatihannya dengan sangat cepat.

Ketika berumur dua belas tahun dulu, Mei Lan berada pada tahapan Pendekar Langit tingkat Kedua. Dan sekarang, setelah tujuh tahun melatih diri dengan keras dan mengkonsumsi berbagai macam sumber daya, dia telah berada pada tahapan Pendekar Surgawi tingkat dua.

Sebuah pencapaian yang sangat-sangat luar biasa. Fenomen ini teramat sangat langka. Mungkin hanya akan terjadi sekali dalam kurun waktu seribu tahun.

Dalam dunia persilatan, untuk meningkatkan level pelatihan bukanlah suatu hal yang mudah. Jika tidak mempunyai tulang, tubuh dan bakat yang sangat bagus, rasanya untuk naik satu tahap saja sangatlah sulit. Bahkan kemungkinannya sangatlah kecil. Oleh karena itulah, dalam dunia persilatan banyak juga para pesilat yang gagal dalam meningkatkan level pelatihannya.

Karena selain harus mempunyai tiga hal tersebut, seorang pesilat yang ingin cepat naik tahapan juga harus mempunyai berbagai macam sumber daya yang sangat langka demi mempermudah proses kenaikan tahap tersebut.

Untunglah, Mei Lan termasuk ke dalam jajaran orang-orang yang sangat beruntung. Jika diibaratkan, mungkin di antara seribu orang, dialah orang yang paling beruntung.

Sebab selain gadis itu mempunyai tulang, tubuh dan bakat yang sangat bagus, dia pun mempunyai berbagai macam sumber daya langka yang sangat berguna dan sangat berpengaruh untuk menaikan tahapannya.

Saat ini siang hari. Matahari sangat terik sekali. Hawa panas menyebar ke seluruh jagat raya. Angin pegunungan yang biasanya berhembus, sekarang menghilang tanpa jejak.

Suasana sepi sunyi. Yang terdengar hanyalah suara binatang di kedalaman hutan sana.

Mei Lan sedang duduk bersimpuh di atas tanah. Dia baru saja selesai bersemedi, sekedar untuk mengumpulkan kembali tenaga langit dan bumi yang telah terbuang karena latihan tadi.

Peluh sebesar kacang kedelai menetes dari kedua pelipisnya. Karena hawa panas yang teramat sangat, kulit wajahnya berubah jadi sedikit memerah. Namun itu semua justru malah menambah daya kecantikannya yang alami.

Di pinggir gadis cantik itu terdapat sebilah pedang. Bukan pedang pusaka, melainkan pedang biasa yang biasa dia gunakan untuk berlatih.

Meskipun dalam Cincin Ruang warisan gurunya terdapat beberapa senjata pusaka, namun Mei Lan tidak pernah mau menggunakannya. Padahal kalau mau, dia bisa menggunakannya sesuka hati. Baik itu senjata pusaka, maupun kitab pusaka.

Apalagi, senjata dan kitab pusaka yang diperebutkan orang-orang persilatan, sekarang ini berada padanya.

Tapi, kenapa sampai sekarang gadis itu tidak mau melakukannya?

Jawabannya hanya satu.

Karena dia tahu dan paham betul bahwa waktunya belum tiba. Tapi jika waktunya sudah tiba, maka tanpa disuruh pun dia pasti akan segera menggunakannya.

Dan menurut perhitungan, dalam waktu dekat ini, Mei Lan baru berencana akan mencoba dua kitab pusaka yang dimaksud itu.

Sekarang dirinya sudah dewasa. Sudah tumbuh menjadi seorang pendekar yang cantik dan berilmu tinggi pula.

Di sisi lain, saat ini pun dia telah berumur dua puluh tahun. Bukankah itu sudah memenuhi syarat yang dimaksudkan oleh gurunya tempo hari?

Mei Lan bangkit berdiri. Pedangnya sudah berada dalam genggaman. Tangannya memegang gagang pedang itu dengan sangat erat. Sikapnya berubah menjadi waspada.

Alasan kenapa dia melakukannya adalah karena sepasang telinganya tiba-tiba mendengar suara ganjil yang berasal dari kedalaman hutan. Entah, apakah itu suara yang ditimbulkan oleh manusia, atapun oleh binatang. Yang jelas, firasatnya mengatakan sesuatu akan segera terjadi.

Sepasang matanya yang bening dan tajam itu memandang ke sekeliling tempat sekitar. Dia mengawasi setiap tempat dengan seksama.

Suara ganjil itu semakin lama malah makin jelas. Sebuah tekanan tiba-tiba dirasakan olehnya. Hawa pembunuh seketika menyelimuti tempat sekitar.

Wushh!!!

Satu sinar merah tiba-tiba melesat dengan cepat ke Mei Lan. Sinar itu sebesar kepala manusia dan langsung menyerang mengincar tubuhnya.

Melihat datangnya serangan tersebut, Jiang Mei Lan tiba-tiba mengibaskan tangan kirinya. Sebuah tenaga tak kasat mata tercipta lalu meluncur ke arah sinar merah tadi.

Blarr!!!

Ledakan yang lumayan keras terdengar. Ranting pohon dan dedaunan dibuat berterbangan ke segala arah.

Selepas terjadinya benturan barusan, tiba-tiba dari datangnya sinar tadi mendadak terdengar sebuah raungan yang membawa getara tenaga dahsyat.

Seekor siluman harimau biru hitam berkepala dua mendaak muncul!

Siluman harimau itu melompat dan menerjang ke arahnya. Dua diangkat dan bersiap untuk mencabik-cabik tubuh cantik tersebut.

Meli Lan bertindak cepat. Pedangnya diangkat ke atas. Cakar yang hampir saja mencabik-cabik wajahnya itu, sekarang telah tertahan oleh batang pedang.

Adu tenaga tenaga. Kedua belah pihak saling dorong satu sama lain.

"Enyah kau!!!" teriak Mei Lan sambil mendorong tubuh siluman harimau itu.

Siluman harimau biru hitam berkepala dua terdorong mundur sejauh sepuluh langkah. Wajahnya berubah menjadi lebih bengis. Dia membuka mulutnya. Seolah-olah ingin memamerkan taring yang panjang dan sangat tajam tersebut.

Setelah itu, siluman harimau tersebut kembali memberikan serangan kepadanya. Kedua kakinya menjejak tanah. Kaki depan dikibaskan menyilang. Gulungan sinar merah yang membentuk cakar segera nampak di tengah udara.

Wushh!!!

Serangan itu kembali mengincar tubuh Mei Lan. Kecepatannya lumayan cepat. Untunglah reaksi gadis cantik itu jauh lebih cepat lagi.

Dia melompat mundur ke belakang lalu segera mengirimkan serangan balasan.