Yong Tuoli menatap tajam pria dihadapannya. Ia mencekal kuat tangan pria tersebut sampai meringis kesakitan.
"Yong Tuoli, apa-apaan kamu ini, pergi kamu dari sini!" Qing Yu memasang wajah marahnya menatap Yong Tuoli, pahlawan kesiangan yang nyasar ke rumahnya.
Yong Tuoli tau maksud Qing Yu mengusirnya, ia yakin Qing Yu pasti menyuruhnya pergi agar ia tidak terkena masalah karenanya. "Aku temanmu, aku akan melindungimu saat kamu disakiti. Aku tidak peduli apa itu resikonya yang aku perdulikan kamu adalah temanku, aku tidak ingin melihat temanku terluka di depan mataku sendiri."
Hati Qing Yu tersentuh tapi ia juga tidak bisa tinggal diam kalau sampai Yong Tuoli kenapa-napa ia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri. Ia menggigit tangan Yong Tuoli sampai pemuda itu melepaskan cengkraman tangannya di tangan pria paru baya yang merupakan ayah Qing Yu sendiri.
"Pergi!"
Yong Tuoli terdiam. Ia menatap sekeliling terlihat banyak orang yang tengah memasang sikap waspada kepadanya siap akan menyerangnya sekarang juga. Yong Tuoli juga menatap pria yang merupakan ayah dari Qing Yu. "Aku kira kau pria yang baik karena sempat menyuruh putrimu jauh dari lelaki. Tapi sepertinya penilaian ku salah, tujuanmu menjauhkan putrimu dari kami itu karena kamu ingin menjodohkannya dengan seseorang yang bukan dicintai putrimu."
Yong Tuoli menunjuk Qing Yu. "Lihatlah wajah putrimu! Dia rela berburu padahal dia seorang wanita, dia rela mencari makan dengan segala cara hanya untuk memberikan makanan untukmu, dia bahkan rela berjuang hidup mati hanya demi dirimu agar tetap makan! Seharusnya sebagai seorang Ayah kaulah yang memberinya makanan, mencarinya makanan dengan nyawamu sendiri bukan dia! Lihat pak tua! Kau itu buta atau pura-pura buta?!"
Seorang pemuda tampan berambut kuning menatap tajam ke arah Yong Tuoli, bisa dipastikan itu adalah tunangannya. Yong Tuoli menunjuk wajahnya. "Dan kau tunangannya, aku lihat kau itu pria yang sudah dewasa, apa kamu tidak malu menikahi seorang gadis kecil sepertinya? Seharusnya kau itu punya malu?!"
Plak!
Tamparan keras dari Qing Yu terasa sangat panas di wajah dinginnya. Qing Yu menarik baju depan Yong Tuoli sampai mendekat ke arahnya. "Cukup Yong Tuoli. Aku tidak ingin mendengarkannya lagi, di sini tidak ada yang tau tentang diriku kecuali kamu seorang. Mereka itu bukan manusia melainkan iblis, mana ada seorang manusia seperti mereka rela menukarkan anaknya demi harta seperti anaknya adalah sebuah barang."
Qing Yu tersenyum miris. Tatapannya terlihat tajam namun dapat terlihat bahwa Qing Yu tengah menderita.
Yong Tuoli mendekap tubuh Qing Yu, ia memeluknya memberikannya rasa tenang. "Aku di sini Qing Yu, aku pasti akan melindungimu. Biarkan si sampah ini menunjukkan keahliannya."
"Siapa pemuda kecil itu paman? Aku tidak ingin calon istriku disentuh olehnya!"
Pria itu memandang kesal ke arah Yong Tuoli, ia kesal gadisnya dipeluk seenaknya oleh Qing Yu padahal ia sendiri belum pernah merasakan memeluknya.
"Yong Tuoli saya peringatkan kepadamu untuk pergi sekarang dan serahkan Qing Yu kepada saya atau terpaksa saya akan bertindak kasar kepada mu," ancam Ayah Qing Yu, Qing Tan.
Qing Tan kepala keluarga Qing di desa, Ayah Qing Yu yang paling ia sayangi meski sikapnya selalu kasar kepadanya dan lebih percaya kepada Ibu tirinya Huang Ran dan para kakak-kakak serta adik tirinya dari pada dengan Qing Yu sendiri yang merupakan putri kandungnya.
"Aku tidak akan pergi dan membiarkan temanku kembali di tanganmu, karena hanya penderitaan yang akan dia terima. Setelah tau semua ini aku tidak akan membiarkanmu mendapatkannya. Aku tidak akan melepaskannya!" Yong Tuoli menatap tajam dan melindungi Qing Yu dalam dekapannya tidak berniat menyerahkan gadis tersebut ke tangan Qing Tan di depannya yang siap menyambut tangan Qing Yu jika gadis itu dilepaskan, namun Yong Tuoli tidak membiarkan gadis itu lepas dalam dekapannya.
Wajah Qing Tan memerah marah, habis sudah kesabarannya menghadapi pemuda di depannya Yong Tuoli. "Karena kamu keponakan Yong Sheng bukan berarti aku tidak bisa sungkan untuk menyakitimu. Yong Tuoli aku berikan kamu kesempatan sekali ini saja atau jangan harap kamu bisa keluar dari kediaman rumah saya hidup-hidup!"
Yong Tuoli memasang wajah mengejek. "Kamu kira aku selama hidup ini selalu mengandalkan pamanku." Yong Tuoli menatap ke arah langit biru yang indah. "Hah ... itu lelucon. Meski Paman Yong Sheng berjasa kepadaku, tapi kamu tidak tau kehidupanku."
Qing Tan mengeluarkan senjatanya yang tersemat di pinggangnya. Sebuah pedang tipis dan terlihat tajam. Ia mengarahkannya ke arah Yong Tuoli berniat menebas kepala pemuda tersebut. Yong Tuoli menghindar dengan cepat, tebasan itu tidak mengenainya. Ia menggendong Qing Yu dan Qing Yu melingkari tangannya di leher Yong Tuoli menatap wajah tampan Yong Tuoli dari dekat ia berlirih, "Kali ini aku percaya kepadamu Yong Tuoli."
Yong Tuoli mendengarnya tidak menghiraukannya, ia fokus pada pandangannya ke depan. Kali ini bukan ayahnya saja yang menyerangnya, seluruh anggota keluarganya sampai bawahannya juga. Sedangkan untuk keluarga yang melamar Qing Yu mereka hanya memperhatikannya tidak berniat ikut campur sama sekali, namun mungkin merek akan bertindak jika suasana menjadi genting.
Para teman Yong Tuoli yang melihatnya dari pagar pembatas mereka ada yang melaporkan ke Paman dan Bibi Yong Tuoli dan ada juga yang siap-siap membantu Yong Tuoli bertarung. Zhuxiang membantu Yong Tuoli bertarung, mengerti temannya hanya bisa menghindar dan bukan menyerang karena tidak ada alat untuk menyerah dan hanya tangan kosong saja saat datang, Zhuxiang yang biasanya selalu membawa senjata secara sembunyi-sembunyi meski tubuhnya kurus, tapi diam-diam di tubuhnya dipenuhi senjata tajam tanpa banyak orang mengetahuinya. "Tangkap Yong Tuoli!"
Zhuxiang melemparkan belati ke arah Yong Tuoli, selain benda itu kecil saat dilempar, belati juga sangat mudah digunakan untuk menyerang jarak dekat dan bisa menimbulkan serangan yang lumayan parah jika terkena menggunakan energi yang besar.
Yan Kaibo pemuda bertubuh besar itu banyak mencekik dan mematahkan tulang orang-orang keluarga Qing ataupun bawahan keluarga Qing dengan mudahnya tanpa senjata, sebab tubuhnya sendiri saja sudah bisa meremukkan tulang mereka sekali serang walaupun tanpa energi besar sekalipun. Yan Kaibo menggoyangkan tangannya, menekuknya dan lehernya sampai berbunyi. Kedua jarinya naik turun. "Mari siapa lagi yang akan melawanku."
"Hiiyyaattt!"
Pertarungan di keluarga Qing melawan pemuda-pemuda kecil tidak sepadan itu terjadi cukup lama sampai Paman dan Bibi Yong Tuoli datang menghentikannya. Bibi Yong Tuoli menjewer telinga Yong Tuoli dan dua pemuda yang ikut bertarung membantu Yong Tuoli.
***
Mereka berempat berdiri menghadap tembok dengan satu kaki berdiri dan satu lagi diangkat sambil menerima omelan masing-masing orang tua mereka dan Yong Tuoli ia hanya diam karena bibinya tidak berbicara. Ini lebih menakutkan dibandingkan dengan ibu-ibu dari teman-temannya.
Sudah tidak tahan Yong Tuoli didiamin ia pun membuka suara sembari membalikkan tubuhnya menatap sang Bibi yang tengah duduk bersila menutup matanya. Merasakan Yong Tuoli membalikkan tubuhnya dan menatap ke arahnya. Xiao Ling membuka matanya dan menatap Yong Tuoli pemuda yang ia anggap keponakannya seperti anaknya sendiri. "Sudah sadar kesalahanmu?"
Yong Tuoli mengangguk. "Maafkan aku Bibi, kamu bisa menghukumku sepuas yang kamu mau, asalkan kamu mau berbicara dengan ku. Aku tidak bisa harus didiamin kamu Bibi." Yong Tuoli memegangi kedua telinganya. "Bibi ... "
Xiao Ling menghela napasnya. Bangkit dari duduknya dan berdiri menyentuh tangan Yong Tuoli agar tidak memegang telinganya lagi. Ia juga menyuruh Yong Tuoli berdiri tegap tanpa angkat kaki, sebenarnya Yong Tuoli tidak ia suruh mengangkat kaki, tapi itu kemauannya sendiri, ia juga tidak melarangnya. Melihat raut wajah Yong Tuoli semakin lama semakin pucat Xiao Ling bisa merasakan bahwa Yong Tuoli sedang menahan rasa sakit. Saat tanpa sengaja ia memegang pergelangan tangan Yong Tuoli, Yong Tuoli meringis. "Shit!"
Xiao Ling dengan cepat memeriksa tangan Yong Tuoli. Terlihat pergelangan tangan Yong Tuoli terluka cukup parah. Xiao Ling mengkoyak sedikit bajunya dan melilitkan koyakan itu di pergelangan tangan Yong Tuoli menutup lukanya. "Kenapa kamu begitu ceroboh?" tanya lirih Xiao Ling.
Yong Tuoli menggeleng pelan. "Ini hanya kuka kecil Bibi, aku tidak sengaja tadi salah pegang belati. Jadi begini deh."
"Huft ... lain kali kamu tidak usah memegang senjata tajam. Baru sekali pegang sudah seperti ini," sarannya dengan helaan napas beratnya.
Yong Tuoli mengangguk pelan tapi dalam hatinya ia berkata, "Tidak janji."
Xiao Ling segera membawa Yong Tuoli pergi dari kediaman keluarga Qing. Tatapan matanya menatap sang suami Yong Sheng bahwa ia sedang marah besar. Yong Sheng membalasnya dengan anggukan kepala.
***
"Bibi, Qing Yu bagaimana?" tanya Yong Tuoli. Ia tidak diizinkan membawa Qing Yu bersamanya padahal ia sudah memohon dengan segala cara.
Xiao Ling membersihkan tangan Yong Tuoli dengan kain yang sudah dicelupkan air hangat. Matanya tetap fokus pada kegiatannya merawat luka kecil Yong Tuoli. Saat mendengar Yong Tuoli bertanya kepadanya ia menjawab santai, "Jangan urusin dia." Bukan karena marah kepada Qing Yu karena Yong Tuoli terluka karenanya, tapi ia hanya tidak ingin mengajak gadis itu di rumahnya.
"Bibi dia tidak salah dia-"
"Paman kamu yang urus," tukas Xiao Ling. Ia membantu Yong Tuoli membuka bajunya. Terlihat balutan kain putih membalut tubuh Yong Tuoli. "Lukamu saja masih belum sembuh total, gini kamu sudah menambah luka lagi."
"Lukanya hanya di tangan saja Bibi. Tidak terlalu sakit kok." Yong Tuoli mencoba meyakinkan Xiao Ling, takut Xiao Ling akan melarang banyak hal untuknya.
Perlahan Xiao Ling membuka balutan kain putih yang melilit perut Yong Tuoli sampai bahunya. Luka yang terlihat sedikit kering namun masih bisa dirasakan sakitnya itu Xiao Ling beri salep yang sudah ia racik sebelumnya khusus untuk Yong Tuoli. Sentuhan lembut ia berikan untuk mempoleskan saleb di tubuh Yong Tuoli. Yong Tuoli memejamkan matanya dan menggigit bibirnya, rasa perih terasa sangat jelas dan begitu menyakitkan. Hal itu tidak berlangsung lama setelah Xiao Ling melilitkan kembali kain putih yang sudah ia ganti dengan yang lain ke tubuh Yong Tuoli sampai menutupi luka. Xiao Ling juga membantu Yong Tuoli memakaikan pakaiannya lalu membantuhnya merebahkan tubuh Yong Tuoli untuk tidur. Ia mengecup kening Yong Tuoli dan berkata lirih, "Tidurlah Yong Tuoli."
Yong Tuoli memejamkan matanya merasa dirinya tersihir dengan suara lembut Xiao Ling dan rasa hangat dari tungku pembakaran di dekatnya.
Setelah melihat Yong Tuoli tertidur Xiao Ling berjalan keluar dari rumahnya diikuti seringaian tipis di bibir merahnya. "Menyakiti orangku hanya ada satu hukuman yang pas, MATI!"