Sayup-sayup suara bising terdengar di indra pendengaran Yong Tuoli pemuda yang tengah tertidur lelap dalam balutan kain putih yang menutupi tubuhnya sampai hanya menyisakan wajahnya yang terlihat tanpa tutupan.
Perlahan matanya membuka memperlihatkan pupil mata merahnya yang terlihat redup. "Hoam!" Ia menguap pelan tangan satunya menutup mulutnya dan satunya lagi menyekat air matanya yang terjatuh secara tak sengaja biasa setelah bangun tidur ataupun saat rasa kantuk menguasainya. Ia angkat tangannya ke atas diikuti ia mengambil posisi menjadi duduk.
Yong Tuoli menatap ke sekitarnya, seperti ada yang tidak beres. Rumahnya terlihat begitu sepi dan juga di luar sepertinya sangat berisik. "Sebenarnya apa yang-"
"Yong Tuoli! Hah ... Hah ... Hah ... ternyata kau ada di sini." Qing Yu, gadis cantik berambut biru panjang sepinggang terikat kuda yang sempat Yong Tuoli tolong dari kejamnya keluarganya kepadanya masuk ke dalam ruamnya dengan tergesa-gesa sampai deru napasnya dapat terdengar jelas tak beraturan oleh Yong Tuoli sendiri.
Kening Yong Tuoli berkerut menatap bingung gadis yang ada di depannya. Sebelum akan bertanya tangan Yong Tuoli ditarik olehnya sampai membuat Yong Tuoli mau tak mau mengikutinya. Qing Yu mencari kesana-kemari sesuatu di kamar Yong Tuoli sampai pemuda itu dibuat semakin bingung oleh tingkahnya. "Sebenarnya apa yang kau cari?"
Qing Yu menatap Yong Tuoli, napasnya memburu tanpa ia netralkannya terlebih dahulu. "Dimana barang-barang berharga mu dan pakaianmu?" Bukannya menjawab Qing Yu malah bertanya cepat kepada Yong Tuoli.
"Mau kau apakan jika aku memberitahunya?"
Qing Yu mengatur napasnya perlahan. "Jangan banyak tanya Yong Tuoli, sekarang kondisi sangat mendesak."
Tanpa banyak tanya lagi Yong Tuoli segera mengambil semua pakaiannya yang tertata rapi di bawah kasurnya dan ia masukkan ke dalam cincin dimensi miliknya. Lalu kemudian ia berdiri menghadap Qing Yu.
Qing Yu melihatnya bertanya, "Cuman ini saja? Tidak ada yang lain kan?" Qing Yu menatap keseluruhan kamar Qing Yu sampai pandangannya terhenti pada kota besar, sebesar peti mati. "Itu apa?"
Yong Tuoli menepuk kepalanya pelan. Ia baru sadar bahwa ada pedang kembar yang sempat ia dapatkan belum ia masukkan ke dalam cincin dimensinya. Yong Tuoli menunjukkan dengan sekejap mata kotak yang berisi pedang itu masuk ke dalam cincin dimensinya. "Sudah, tidak ada lagi barang berharga ku, kalau Paman dan Bibi aku tidak tau."
Tanpa basa-basi lagi Qing Yu segera menarik tangan Yong Tuoli berjalan keluar. Yong Tuoli tidak membantahnya ataupun memberontak. Qing Yu memperingatinya dengan tatapan matanya terus menatap jalan. "Jangan menatap belakang."
"Kenapa si banyak tanya ini sekarang jadi pendiam?" pikir Qing Yu merasa aneh.
"Sebenarnya kita akan kemana, apa kita akan kabur dari rumah sembunyi-sembunyi?" tanya Yong Tuoli dalam lari mereka. Sudah terpikir Yong Tuoli pasti akan mengatakan sesuatu yang akan membuatnya kesal padahal baru saja ia senang tidak ditanya. "Jadi kamu tidak memikirkannya?"
"Memikirkannya?"
"Kamu tidak menyadari sesuatu di desa tadi?" tanya Qing Yu.
"Tidak, emang ada apa?"
"Masa kamu tidak mengetahui nya?" tanya Qing Yu sekali lagi.
"Tidak Qing Yu, kalau tau buat apa aku bertanya kepadamu." Perjelas Yong Tuoli.
Qing Yu mendengus. "Sepertinya benar kata mereka, selain kamu itu pemalas, kamu juga bodoh."
Mereka tetap berlari tidak ada berhenti sama sekali. "Tolong jangan memainkan teka-teki, aku lagi tidak ingin mikir ini."
Qing Yu masih terdiam dan tidak membalas sampai mereka bertemu dengan teman-temannya yang berada di atas bukit es, Zhuxiang si kurus, Lok Yelu si rambut ikal dan Yan Kaibo si gemuk.
"Akhirnya kalian datang," ucap Yan Kaibo yang tengah duduk sembari mengunyah makanan.
"Di tengah keadaan genting kenapa kamu malah makan?" Qing Yu menatapnya tajam.
"Qing Yu sayang, tolong yah jangan larang aku untuk makan, aku ini akan kehabisan energi jika tidak makan. Bisa repot kan kalau aku ini kehabisan energi dan jadi lemah."
Mereka semua menggeleng melihat kelakuan teman mereka yang satu ini kecuali Yong Tuoli yang sedang dalam keadaan bingung. "Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Yong Tuoli sampau membuat mereka semua menatapnya.
Yan Kaibo menghentikan mengunyah makanannya. Ia berjalan ke arah Yong Tuoli dan menyentuh punggung pemuda tersebut. "Kau tidak mengetahuinya?"
Yong Tuoli menggeleng pelan. "Tidak."
Yan Kaibo menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya. "Aku bingung harus mengatakannya atau tidak, tapi kamu juga berhak tau. Sebenarnya desa kita tadi di bantai. Kamu pasti sedikit menyadari sesuatu yang aneh."
"Suara keributan. Apa benar desa kita dibantai? Aku tidak yakin itu."
Yan Kaibo mengangguk pelan. "Aku juga tidak menyangkanya. Bagaimanapun ini terlalu mendadak. Awalnya aku kira ini masalah keluarga Qing soal pertunangan Qing Yu, ternyata berbeda, ada seseorang berjubah hitam dan sedikit bercorak merah datang ke tempat kita tiba-tiba mengacau dan berakhir mereka menghancurkan desa kita."
"Hanya kita saja yang bisa lari dengan selamat. Kedua orang tua kita menyuruh kita untuk menyelamatkan diri dulu. Sebenarnya aku tidak ingin meninggalkan mereka, tapi mereka bilang bahwa aku harus hidup demi mereka." Lok Yelu yang tengah duduk di pohon kayu besar yang tergeletak di tengah tumpukan salju ia berkata dengan helaan nafas.
Zhuxiang yang berdiri bersandar pada pohon dengan satu kakinya terangkat membentuk dorongan pada pohon ia menyahut, "Jadi hanya kita berlima saja yang diselamatkan. Kami tidak tau nasib yang lainnya."
Yong Tuoli menatap mata mereka satu persatu dengan teliti, ia dapat melihat tidak ada kebohongan diantara mereka dan juga dapat tersiratkan dari mata mereka terkandung kesedihan yang mendalam walaupun mereka tengah menyembunyikannya.
"Walaupun sedikit tidak bisa mempercayainya dengan yakin. Aku hanya bisa berkata kepada kalian, jangan bersedihlah. Itu tidak akan berguna kepada kita untuk berjalan maju. Sebenarnya aku sedikit bingung dengan apa yang terjadi, tapi aku akan berusaha mencerna situasi kali ini."
Yong Tuoli berjalan berniat beranjak pergi dan kemudian ia terhenti dan berbalik menatap mereka. "Kalian akan tetap di sini menunggu mereka datang mengambil nyawa kalian?" Yong Tuoli mengangkat satu alisnya.
Mereka berempat tersenyum tipis lalu kemudian mengikuti Yong Tuoli berdiri di sampingnya. Qing Yu menggandeng tangan Yong Tuoli. "Bolehkah aku menggandeng tanganmu?"
Yong Tuoli membalas, "Boleh, bahkan sebelum kamu meminta aku sudah memikirkan akan bergandengan tangan bersama." Ia menatap teman-temannya yang lain. "Mari kita berjalan bersama, saling bergandengan tangan."
Mereka melakukannya, Yan Kaibo menggandeng tangan Zhuxiang, Zhuxiang menggandeng tangan Qing Yu dan Lok Yelu ia menggandeng tangan dengan Yong Tuoli.
Mereka saling bertatapan dan kemudian bersorak bersama sambil mengangkat tangan mereka yang bergandeng. "Mari kita berjalan bersama menuju masa depan!"
"Paman, Bibi, aku yakin kalian masih hidup. Tolong jangan lupakan aku, aku pergi dulu," gumam Yong Tuoli dalam setiap langkahnya berjalan bersama teman-temannya.
***
"Apa kalian menemukannya?!" tanya seseorang pria yang tengah berdiri di antara tumpukan mayat kepada para bawahannya yang tengah bertarung.
Semua bawahannya menggeleng menatap pria berjubah hitam yang membawa sebuah kapak besar di tangannya.
"Ahhh! Ck, percuma kita datang ke sini membunuh mereka tapi tidak ada hasilnya!" erangnya penuh emosi. "Siapapun kamu, aku pastikan kita akan berjumpa!"