Sentuhan kecil terasa di pipi mulus pemuda berambut silver, berhidung mancung dan berbulu mata panjang sampai menutupi mata indahnya yang kini tengah tertidur pulas kebablasan. Niatnya ingin mengumpulkan energi malah berakhir ketiduran. Merasakan adanya sentuhan di pipinya pemuda itu bergeliat, namun tetap tertidur.
"Dia tetap tahan tidur, padahal sudah dua hari dia tertidur."
Dua hari? Benar sekali pemuda yang tak lain Yong Tuoli itu tertidur pulas merasakan kehangatan yang menyelimutinya. Tempat yang begitu lembut dengan banyaknya bulu-bulu dari beberapa hewan yang memiliki bulu lembut ditambah suasana hangat dan udara menenangkan serta aroma herbal alami yang memasuki indra penciumannya itu sudah bisa dipastikan membuatnya terlena dan terus menerus ingin tidur.
Pria berambut putih kebiruan itu serta memiliki sayap biru layaknya sebuah burung di tubuhnya itu duduk di antara para pemuda yang tengah asik makan di meja yang sudah tersedia berbagai jenis makanan, khususnya buah-buahan, paling banyak buah di meja makanan tersebut.
Gadis berambut biru yang duduk dekat dengan Yong Tuoli pemuda yang kini tengah tertidur pulas walaupun selalu ia gangguin namun tak kunjung bangun itu hanya bisa menghela nafasnya pelan. "Yong Tuoli dia kalau tidur itu sangat tahan berapa lama pun itu. Padahal bagiku tidur itu melelahkan."
Pria itu terkekeh pelan menatap Yong Tuoli yang terlelap dalam tidurnya. "Dia mirip beruang yang sedang berhibernasi."
"Paman, jangan heran lagi dengannya, dia itu memang pantas disebut beruang. Aku sampai berpikir mungkin saja Yong Tuoli itu keturunan beruang."
Mereka semua tertawa kecil.
"Kamu benar Yan Kaibo, dia memang cocok bersaudara dengan para beruang, tapi bagiku kamu lebih cocok."
Tawa mereka semakin pecah mendengar penuturan kata Lok Yelu. Pemuda berambut ikal ini selalu saja membalasnya dengan telak sampai ia hanya bisa mendengus kesal.
"Lok Yelu, kamu jangan mengganggunya, dia itu temanku, benarkan Yan Kaibo." Zhuxiang mengedipkan sebelah matanya.
Yan Kaibo membalasnya dengan kedipan mata juga dan senyuman genit. Lok Yelu melihatnya ia hampir muntah, temannya ini bisa-bisanya membuatnya ingin langsung menonjok wajah menjijikkan mereka. "Tolong jangan buat aku berpikir kotor, aku masih jernih."
"Aku tidak yakin otakmu sejernih itu," kata Yan Kaibo penuh selidik mendekat ke arahnya dan Zhuxiang ia menatapnya penuh curiga juga.
Lok Yelu menyingkirkan wajah mereka berdua dari hadapannya. "Apa-apaan sih kalian menjijikkan sekali!" kesal Lok Yelu lalu ia segera beranjak pergi keluar dari ruangan yang merupakan tempat tertinggi. Tempat ini terletak di atas pohon. Bisa dibilang ini rumah pohon, hanya saja rumahnya terletak di dalam pohon terbentuk sangat indah seperti pondok, namun di sebuah pohon.
Tempat ini lumayan cukup indah. Salju tidak terasa kali hanya beberapa karena tempatnya terletak di atas dan tak menyentuh tanah, yang menyentuh tanah itu pohonnya. Sebuah jalan kayu yang sengaja dibuat untuk saling berkaitan agar bisa digunakan untuk berjalan di atas dana da sebuah lapangan khusus bermain anak-anak yang sudah dirancang khusus dengan kayu kokoh agar tidak mudah lapuk ataupun rusak karena injakan keras mereka.
Lok Yelu menatap sekeliling tempat yang begitu indah, biasanya selama dua hari terakhir ini ia sering duduk menangkring di dahan kayu yang lumayan cukup besar. Dari tempat itu ia bisa melihat desanya yang terbantai. Melihat bangunan yang awalnya berdiri kokoh menjadi hancur berkeping-keping dan membuat desa seperti gundukan yang tertutup salju menutup puing-puing bangunan rumah warga desanya.
Lok Yelu menyandarkan tubuhnya dan membuat tumpuan satu tangan untuk memberikan rasa nyaman, ia lalu memajukan satu tangannya membentuk sebuah bulatan menyatu dengan kelima jarinya mengukur desanya dari kejauhan. "Desaku, tempat kelahiranku sekarang hanya tinggal kenangan yang bisa aku rasakan untuk mengingatmu. Hah ... andai saja semua ini tidak terjadi, mungkin aku dan yang lainnya bisa tumbuh di sana. Sekarang kami tidak tau arah akan kemana, hanya bisa mengikuti alur kehidupan tanpa memikirkannya lebih dalam." Lok Yelu memejamkan matanya ia menikmatkan semilir angin dingin yang menerpa wajah tampannya.
***
Yong Tuoli mendudukkan dirinya di kasur setelah ia terbangun dengan suara bising temannya, ia menatap para temannya yang tengah bercanda gurau. Ia bingung berada di tempat apa, ini sangat asing di matanya, tapi rasanya sangat nyaman dan ia ingin sekali lagi menutup matanya. Tapi sayangnya saat akan menutup matanya kembali teman-temannya sudah menyadarinya kalau ia telah terbangun.
"Yong Tuoli akhirnya kamu bangun, kami sudah menunggumu di sini sampai semua makanan habis ku makan, sayang sekali makanan di sini enak semua dan kamu tidak kebagian," ujar si gendut Yan Kaibo kepadanya sambil mencengir kuda.
Tidak pala dia bilang Yong Tuoli sudah tau itu, semua sisa piring di meja kalau bukan makanannya makanan siapa lagi? Tidak mungkin teman-temannya yang lain, mereka paling hanya akan makan porsi kecil saja tidak sepertinya.
Yong Tuoli memandang malas Yan Kaibo. "Di mana Lek Yelu?" tanyanya kepada mereka semua. Sedari tadi Yong Tuoli tidak melihat pemuda satu itu, bisanya saja dia pasti bersama-sama mereka menceritakan seseorang atau membanggakan diri sendiri dan pastinya selalu bersama-sama.
"Dia berada di luar, sepertinya dia sedang marah kepada kami," jawab Zhuxiang.
Yong Tuoli menaikkan satu alisnya. "Marah kepada kalian? Emang apa yang telah kalian lakukan kepadanya?"
Yan Kaibo si gendut menjawab sedikit gugup, "Ah i-itu biasalah. Hehehe."
Matilah, Yong Tuoli kalau sekali mengintrogasi mereka sudahlah mereka tak tau lagi harus menjawab apa.
Yong Tuoli menatap tajam mereka lalu ia membuang mukanya ke arah lain seraya mendengus pelan. "Kalian pasti menggodanya. Dia itu sensitif untuk digoda. Yan Kaibo, Zhuxiang, sebaiknya kalian jangan membuat candaan di situasi seperti ini, dia pasti sedang merasa terpukul."
"Mereka berdua itu memang keras kepala, sudah ku bilangin di awal tetap aja ngeyel, susah kalau bilangin mereka apalagi si gendut Yan. Aish ... sudahlah, aku tidak bisa menasehatinya." Qing Yu menimpalinya sambil ia menata semua piring yang kotor untuk di cuci.
"Sebaiknya kamu temui dia, nak," ujar pria berambut putih kebiruan yang sedang duduk menyesap teh hangat di sebuah kursi yang memiliki meja.
Yong Tuoli baru sadar ada pria itu di kamar ini. Ia tersenyum membalasnya. "Jika aku mengetahui tempatnya mungkin aku sudah mencarinya. Salahnya aku merasa sangat asing di tempat ini."
Pria itu tertawa kecil. Benar juga apa yang dikatakan pemuda berambut silver di depannya. Inikan rumahnya, dia juga baru sadar setelah beberapa hari tertidur pulas layaknya seorang beruang yang sedang berhibernasi. "Kalian berdua sebaiknya kalian menemaninya sekalian untuk meminta maaf atas apa yang kalian lakukan kepadanya."
Mereka mengangguk-angguk lalu berdiri. "Baiklah, mari ikut kami Yong Tuoli," ujar Zhuxiang.
Yong Tuoli membalas anggukan ringan lalu mengikutinya.
Ia cukup terpanah dengan keindahan di luar. Ini tidak sesuai ekspetasinya, tempat ini luar bisa indah, ia tak menyangka ada tempat seperti ini di dunia ini, surga dunia. Pohon yang lebat dan sangat besar dipenuhi dengan pondok-pondok tempat tinggal penduduk. Ramainya orang saling berjalan. Mereka semua memiliki sayap dan sayap itu sangat indah warna mereka juga sama semua. Dari rambut sampai kulit pun mereka sama, hanya dibedakan bentuk ukiran wajah mereka saja. Seorang wanita tua yang tengah berjalan di antara mereka tersenyum. "Nak Kerbau kamu sedang berjalan-jalan?"
Yan Kaibo merasa dikatakan seperti itu hanya tersenyum ringan. Ia sebenarnya malu, tapi apalah dayanya jika seorang wanita yang mengatakannya.
Setelah wanita itu berlalu pergi, Zhuxiang terkekeh pelan tapi tidak dengan Yong Tuoli. Pemuda itu tampak memasang raut wajah dinginnya yang bahkan membuat Yan Kaibo susah berkutik.
Sampai mereka di tempat Lok Yelu yang tengah menangkring di atas pohon menidurkan dirinya di sana. Yong Tuoli tersenyum tipis melihatnya. Lok Yelu tampak kelelahan, pemuda berambut ikal itu tertidur sangat lelap dengan wajah yabg terlihat sangat kelelahan. "Selama ini apa saja yang dia lakukan sampai kelelahan seperti ini?" tanya Yong Tuoli membuka suara kepada kedua temannya yang berada di sampingnya.
Zhuxiang menjelaskannya. Jadi di mulai saat pertama mereka sampai di sini mereka yang telah di tolong sosok pria ramah yang tampan memiliki sayap di punggungnya dan kekuatan yang luar biasa kuatnya yang merupakan pria yang tengah duduk sambil menyesap teh dengan santai. Lek Yelu pemuda itu sering kali ia membantu pria itu melakukan pekerjaannya, memotong kayu, memasak makanan, menjajahkan barang di pasar bahkan menjaga Yong Tuoli di saat Qing Yu tertidur. Ia juga sering membersihkan tubuh Yong Tuoli kala Qing Yu terkadang sibuk membantu pria itu. Lek Yelu dan Qing Yu mereka saling bekerjasama menjagamu ataupun membantu kegiatan pria itu sebagai pertanda terimakasih mereka karena telah dilindungi dan diberikan tempat tinggal yang aman dan nyaman. " ... Jadi seperti itulah."
Yong Tuoli mengerti sekarang kenapa pemuda berambut ikal itu merasa kelelahan. Ia juga cukup kecewa dengan kedua temannya kenapa tidak membantu dan malah bersenang-senang?
"Yong Tuoli kamu jangan mengira kami tidak membantu, kami juga selalu membantu warga di sini," ujar Yan Kaibo sejujurnya. Ia sudah merasakan bahwa Yong Tuoli memasang wajah kesal kepada mereka. Sebenarnya Yan Kaibo tidak ingin mengungkit kebaikannya, tapi demi ia selamat dari kemarahan Yong Tuoli ia akan melakukannya.
"Hm."
Yong Tuoli mencari dahan kayu yang cukuo besar dan tampak nyaman. Sambil menunggu Lek Yelu bangun ia akan menikmati kesejukan berada di atas walaupun akhirnya tertidur kembali. Mereka berdua tidak diam saja, mereka mengikuti Yong Tuoli menangkring di atas dahan juga. Yan Kaibo awalnya kesulitan tapi lama-lama menjadi mudah. Ia merasa takut dengan ketinggian tapi demi teman-temannya ia rela menahan rasa takutnya. Hanya demi teman yang ia anggap saudaranya sendiri yang ia anggap pengganti keluarganya sendiri. Mereka adalah teman, teman di saat ia duka maupun suka. Teman adalah segalanya, baginya hidup tanpa teman itu terasa hampa bagaikan kamu makan tanpa air, seperti itulah rasanya sangat-sangat hampa.