Balonku - Walking Jazz

Pada detik itu, ia masih belum bisa menyanyi karena tiga hal. Pertama, perih di kening yang masih terasa. Kedua, Arjun secara sengaja melonggar senar sehingga harus di-stem ulang. Terakhir, rasa malu, dan tawa serta riuh penonton belum juga reda. Arjun sendiri melihat hal itu dan terlihat ia malah berusaha agar keriuhan terjadi selama mungkin. Mungkin kalau perlu sampai acara berakhir walau tentu saja itu tak mungkin.

Saat sudah mereda dan Adri mulai menyetem gitar, Arjun kemudian menyambar mike dan berbicara lagi. Nadanya dibuat serius dan dalam.

“Para penonton sekalian, kita akan saksikan performer keren yang akan menyanyikan lagu…. BA-LON-KU.”

Suasana tenang yang tercipta mendadak ramai lagi. Tawa lagi-lagi terdengar di sana-sini. Adri berharap kali ini keriuhan terjadi tidak lama. Semoga. Adri memejam mata, menahan malu untuk perundungan yang terjadi berturut-turut sebagai ulah Arjun.

Dan kemudian, sesuatu timbul dalam dirinya. Sebuah gagasan. Gagasan untuk menggunakan situasi memalukan ini menjadi sebuah kesempatan dimana kesempatan itu adalah untuk balik mempermalukan Arjun. Ia merutuk dirinya sendiri karena kenaifan yang keterlaluan. Arjun itu sudah berulang-ulang melakukan ulah menyakiti hati. Dan Adri diam saja karena ia adalah seorang yang suka berpikir positif akan orang lain. Tapi ketika itu menjadi sebuah sikap yang ‘terlalu berpikir positif’ sebetulnya itu adalah suatu kebodohan. Ketika orang di samping sedang menginjak kaki Anda dan sudah pula menimbulkan pendarahan akibat lama menginjak, masih pantaskah menyebut orang itu menginjak kaki secara tidak sengaja? No way! Orang itu jelas bermaksud buruk dan perlu diberi pelajaran! Pikiran Adri berproses sangat cepat. Ia sudah lama menantikan momen pembalasan dan di situ, saat itu, bisa jadi ajang pembalasan yang tepat.

Ide untuk membalas kini berproses cepat di tengah deraan tawa para penonton yang belum juga berhenti. Ide ini terus dimatangkan dan rasanya ia perlu mempersiapkan dan melakukan sebuah pembalasan. Now is the time to strike back, kini adalah waktunya untuk menyerang balik.

Dan setelah benar-benar reda, Adri mempersiapkan diri. Kedua tangan beserta seluruh jari sudah di tempat yang tepat sampai kemudian ia benar-benar menyanyikan lagu tadi.

Dalam sepuluh detik, situasi berbalik 180 derajat. Seluruh penonton merinding bulu kuduknya. Ada yang membelalakkan mata. Ada yang pula yang tak bersuara namun mulut mereka terbuka lebar. Dan ini tanpa kecuali terjadi pada diri Arjun yang gagal menyembunyikan kekagumannya pada Adri dimana itu secara jelas ia tunjukan di sebuah panggung yang ditonton banyak orang.

Adri boleh saja hanya memainkan guitar cover dan lagu yang dinyanyikan pun ‘cemen’ karena hanya sebuah lagu kanak-kanak yang sederhana. Tapi yang di luar dugaan atau perkirakan banyak orang adalah bahwa lagu yang dimainkannya itu telah diaransemen secara seksama, canggih, dan penuh improviasi. Di-aransemen dengan genre musik Jazz, lagu itu jadi punya warna sangat berbeda. Jari-jarinya tak hanya bermain di fret tertentu melainkan lincah bergerak secara walking bass ke semua bagian mengiringi bagian jemari yang melakukan petik dan mendenting senar. Tidak berlebihan bahwa di event yang hanya level imut alias kecil ini, Adri sudah menunjukan performer mencengangkan dimana hanya gitaris elite kelas dunia seperti Sungha Jung yang bisa memainkannya.

Awalnya ia bermain di satu kunci tapi kemudian naik. Ini otomatis membuat lagu jadi seperti memiliki dimensi baru. Waktu yang dimainkan hanyalah tiga menit, tapi waktu itu ternyata merupakan waktu yang cukup untuk membuat para penonton terkesima. Dan bukan hanya terkesima, mereka juga melakukan standing ovation ketika lagu berakhir.

“We want more! We want more!”

Arjun terkaget. Tak percaya dengan reaksi dan pujian membahana serta request lagu tambahan yang diminta para penonton. Yang lebih bikin ia kesal adalah karena pacarnya pun ikut-ikutan berada di jajaran penyuka Adri.

Dari tempatnya berada, Dessy, gadis Arjun itu terlihat menaruh kedua telapak tangan di mulut dan meneriaki sesuatu: “Adriiiiii……. you rock!”

Entahlah apakah Adri mendengar atau tidak. Di atas panggung, sambil mendekatkan diri ke mike, Adri kini bertanya pada Arjun.

“Penonton minta tambahan lagu. Masih boleh aku mainkan satu lagu?”

Sebuah pertanyaan cerdik dan menjebak yang mau tak mau hanya diiyakan oleh Arjun karena permintaan Adri dilakukan di depan mike yang ditonton semua orang. Arjun sangat sadar bahwa tidak ada kemungkinan dirinya menolak atau ganti ia yang akan dibully para penonton. Di tahap itu ia berpikir, apakah Adri sedang melakukan serangan balasan? Jika kemungkinan itu benar, ini di luar dugaan karena selama ini Adri selalu diam saja saat diapa-apakan oleh dirinya.

Tak ada jalan lain. Persetujuan diberikan. Dan persetujuan ini seolah jadi tiket masuk untuk Adri jadi lebih bersinar. Adri tampil lagi dengan lagu lain dan kali ini ia lakukan sambil menyanyi. Dan penonton pun makin menggila. Arjun mendegut ludah, bingung, terkaget. Kekaguman para penonton pun terhadap Adri adalah pukulan balik atas perundungan yang ia lakukan pada bocah kampung itu. Betapa tidak, ternyata dari segi vokal pun Adri tak kalah keren. Di ending lagu, bocah kampung itu bagai memiliki paru-paru kembar tiga ketika menutup dengan lengking vokal terlama yang semua orang pernah dengar! Sadis.

Pentas seketika menyala. Terbakar, gara-gara seorang bocah kampung yang ternyata penuh bakat dan menghasilkan tontonan memanjakan telinga.

*

Disebut bopung alias bocah kampung tidak pernah jadi masalah besar buat Adri.Wajah lugunya yang ndeso apalagi dari Indonesia bagian timur, jadi membuatnya makin di bawah Arjun atau Nathan. Namun momen ketika ia didaulat paksa untuk tampil langsung di ajang Creative Event sekolah mengubah segalanya. Penampilan dahsyat Adri dengan gitar akustik pinjaman dari Arjun mulai membuka mata banyak orang mengenai keistimewaan bocah kampung ini. Kendati ada yang pernah didengar, ia memang tak pernah mendalami lagu-lagu hits dari One Direction, Maroon Five, Katty Perry, atau yang lainnya. Tapi itu tak berarti bahwa dirinya tidak bisa menjadi performer yang keren.

Sebelum peristiwa di atas panggung, hampir setahun ini benar-benar merupakan penderitaan berat bagi Adri. Sekeras apa pun ia berusaha, semua keterbatasan dan kelemahannya tadi tak mudah ia hilangkan. Makin ia berusaha makin sering pula ia dicap bopung, katro', kampungan, Tarzan. Walau banyak yang mengakui bahwa Adri adalah siswa yang layak jadi nominator sebagai siswa paling santun segedung sekolah, tetap tak banyak yang mau menemaninya. Kalau pun ada teman yang selalu setia menemaninya di jam istirahat, itu hanya dilakukan oleh satu individu saja.

Paw-paw.

Itu adalah nama seekor anak anjing kampung yang selama dua bulan terakhir ini dipelihara oleh ibu pengelola kantin, Ibu Prapti. Senasib seperti dirinya, anjing itu pun tidak memiliki kawan. Diambil dari tengah jalan dalam keadaan lecet-lecet dan kurus-kering karena kelaparan yang parah, tidak ada yang melirik dan berbelaskasihan pada makhluk itu. Anjing kampung itu belakangan dinamai Paw-paw oleh Adri dan kemudian menjadi teman baiknya sejak pertama kali mereka bertemu. Ia pulalah yang menitipkan sebagian dari uang sakunya pada bu Prapti untuk merawat makhluk tadi.