Gladys mau mengerti dan tak lama mereka pun berbaikan. Lagipula sebetulnya Gladys tak benar-benar marah. Tak pernah. Itu ditunjukkan semata sebagai sikap bahwa ia adalah tetap seorang wanita yang perlu mendapat sedikit penghormatan. Si pengintip berinisiatif dengan mengulurkan tangan melalui lubang yang kini ia perbesar demi agar tangannya bisa disodorkan keluar. Ketika bersalaman itulah Gladys baru sadar bahwa ada bekas luka bakar di tangan orang itu.
“Tangan lu kenapa?” tanyanya sedikit ingin tahu.
“Itu bekas kebakar…..waktu awal tahun ini.”
Gladys tercekat. Juga sedih. Kebakaran itu berarti adalah terbakarnya rumah tempat dirinya tinggal. Ia jadi makin malu karena si pengintip sudah berkorban begitu besar tapi orang bahkan tidak ia terimakasihi. Ia malah menjuteki orang itu!
Merasa uluran tangannya tak ditanggapi, si pengintip bertanya. “Koq uluran tangan gue dicuekin sih?”