"Ooukkhhss.. sshh.. sakiit, boss ..! Pelaann... pelaann.. aja,” Yunna menangis antara nikmat dan perih di vaginanya.
“Ini resiko, bitch. Hh. .. hhmm.. tempikmu.. niikmaat.. sekalii.. ukkhh...uukkhh.." Irwan mulai mengeluarkan kata kata vulgar dan terlihat Yunna agak canggung mendengarnya. Benar-benar tak ada lagi kata romantis keluar dari mulutnya. Kata-kata cumbuan kasar saja yang kini keluar dari mulutnya. Kata-kata yang menyatakan bahwa Yunna itu tak lebih dari pelacur murahan. Anehnya, hal itu tidak membuat Yunna marah. Kenikmatan yang dialami begitu tinggi sehingga ia mengabaikan semua.
Perlahan-lahan Irwan mulai aktif bergoyang menarik ulur batang kemaluannya yang besar itu, dinding vagina Yunna yang sudah dilumuri cairan vaginanya mulai terasa licin.Wajah Yunna semakin lepas mengekspresikan rasa sensasinya yang luar biasa yang ia tidak pernah perkirakan sebegitu nikmatnya bercinta dengan atasannya. Tanpa Yunna sa dari ia mulai berceloteh diluar kontrol.