Begitupun saat ia membungkuk dengan menungging untuk melihati label produk di rak bagian bawah. Itu benar-benar membuat kehebohan tersendiri. Ada seorang pria kulit hitam di sana. Sepertinya ia langganan di sana karena terdengar sang kasir memanggilnya “Mr. Smith.” Pada orang buruk rupa, tinggi besar, kulit hita, dan berkilat itu, Yunna memberikan penampilan terbaik. Penampilan yang merupakan pamungkas. Puncaknya itu adalah saat ia merenggangkan paha saat mencoba sepatu yang seolah hendak dibeli, dimana dari sudut tertentu mereka bisa melihat bahwa ia sudah tak lagi ber-panty.
Smith menyeringai. Menunjukkan gigi depannya yang bercelah. Yunna tersenyum, tanpa mau berusaha berkenalan. Tidak, ia merasa melakukan pertunjukan kecil seperti itu sudah cukup. Puas dengan pertunjukan nakal alias iseng tadi, ia kembali ke kamarnya. Tak terbersit sama sekali dalam benaknya bahwa keisengannya akan membuahkan sesuatu yang membuat hidupnya akan sangat berubah total.