Kupejamkan mata, pasrah. Namun, entah kenapa aku masih hidup hingga beberapa detik selanjutnya. Jadi, kubuka kembali mataku, kutatap setiap mayat yang malah meninggalkan truk ini.
Suara klakson terdengar nyaring, dan semakin menjauh.
Para mayat teralihkan, tidak semua memang, karena satu atau dua masih ada dan ingin meraih tubuhku. Tepat saat itu aku melihat beberapa orang di luar, menghabisi mayat.
Siapa mereka? Ah, aku tak mau tahu, kali ini aku harus keluar dan pergi.
Linggis itu coba kuraih dengan susah payah. Posisi badanku kini miring, sementara senjata satu-satunya ada di dekat mayat di jendela itu. Namun aku tak menyerah, dengan kakiku, kutendang wajahnya yang hancur menjadi semakin hancur. Beberapa kali hingga kepala lembek itu remuk dan tubuhnya menghalangi jalan masuk bagi satu mayat di belakangnya.
Kuambil linggis itu, kutancapkan pada kepala mayat yang kedua. Kemudian, kudorong dua mayat itu agar tak menghalangi jalan keluar, setelahnya aku bisa bebas.