Sampai didepan parkiran.
Aku melepaskan tanganku yang sedang digenggam Feri, lalu aku menatapnya dengan sinis.
"Kamu kenapa sih, kenapa kamu bersikap seperti itu sama Lauren!"
"Memang kenapa? Apa ada yang salah?" tanya Feri dengan wajah tanpa rasa bersalah.
Aku menghela nafas dan berkata. "Dulu kita sering main dengan Lauren dan James tapi kenapa sekarang sikap kamu seperti ini," jawabku sambil menjelaskan dan sedikit membuka hatinya Feri.
Saat itu. Kylie, Feri, Lauren dan James adalah teman baik bahkan sahabat yang baik. Kami sering sekali kemana-mana bersama-sama, namun entah kenapa sikap dan sifat Feri akhir-akhir ini sangat sombong dan angkuh. Feri seperti itu semenjak dirinya memiliki mobil sport yang mewah itu.
"Kamu mau pulang sama aku atau sama sahabat kamu?" tanya Feri yang mengalihkan pembicaraan.
"Sama kamu," jawabku dengan malas dan langsung masuk begitu saja kedalam mobilnya.
Feri juga langsung masuk kedalam mobilnya dan ingin segera mengemudi, namun tiba-tiba saja ponselnya berdering ada panggilan masuk.
"Siapa yang telepon?" tanyaku pada Feri dan tatapanku masih sinis.
"Tidak tau, belum juga aku lihat ponselku," jawab Feri yang langsung mengambil ponselnya dari saku celananya.
Sekilas Feri melihat ponselnya lalu menjawab telepon itu.
"Halo, aku baru mau keluar kampus," ucap Feri pada si penelepon itu dan suaranya terdengar sangat pelan seperti sengaja agar kekasihnya tidak mendengar.
Setelah itu, Feri langsung mematikan teleponnya dan kembali memasukkan ponselnya kedalam saku celananya lagi.
"Jalan sekarang?" Feri melirik kearah kekasihnya yang dari tadi masih menatap dirinya.
"Ya iya jalan sekarang," aku langsung menatap lurus kearah depan.
Feri langsung mencolek daguku dan berkata. "Enggak baik loh siang bolong begini marah-marah," celetuk Feri.
Kylie tidak menanggapi apa yang dikatakan Feri, dan Feri mulai mengemudi untuk mengantar kekasihnya pulang ke rumahnya.
***
Pukul 7 malam.
Dirumah mewah milik David Hernandez. Seorang ayah dan anaknya baru saja selesai makan malam tanpa sang ibu.
"Kenapa sih mommy akhir-akhir ini tidak pernah makan malam dengan kita?" tanyaku pada David selaku ayah kandungku..
"Mommy sibuk kerja," jawab David dengan lesu.
Aku menatap ekspresi wajah daddy yang sangat kusut dan seperti tidak ada semangat hidup. Aku merasakan ada sesuatu antara daddy dan mommy. Sebenarnya aku ingin sekali menanyakan ini pada daddy, namun aku takut menjadi anak yang selalu ikut campur dalam rumah tangga mereka. Akhirnya aku memilih untuk diam saja dan menunggu mereka saja yang berbicara lebih dulu padaku.
"Jadi, bagaimana kuliah kamu hari ini?" tanya David sambil menatap kearah putri semata wayangnya.
"Ya begitu saja namanya juga kuliah tidak ada yang enak," jawabku dengan lesu.
Saat membahas kampus, aku jadi mengingat kejadian dimana Feri menjawab telepon seseorang dengan sangat pelan.
"Apa ada masalah dengan dosen atau kampus?" tanya David sambil menyentuh dagu anaknya.
"Tidak ada daddy," jawabku dengan geleng-geleng kepala.
"Kalau ada masalah apapun kasih tau daddy ya!" David sangat mengkhawatirkan putri semata wayangnya itu.
Karena David sangat ingin memiliki seorang anak dari pernikahannya dengan sang istri--Dewi. Jadi, David sangat mengutamakan putri tunggalnya itu Kylie.
"Daddy, bulan depan aku boleh camping tidak dengan Lauren dan ..." Belum selesai berucap namun David sudah mengatakan.
"Tentu boleh anakku sayang!" David langsung menyetujuinya.
"Yeay! Thanks you so much!" aku langsung memeluk David dengan erat.
David selalu mempercayai anaknya kalau bermain dengan Lauren dan James. Karena David juga sudah mengenal keluarganya Lauren dan James.
"Besok kuliah diantar daddy, mau tidak?" Perlahan-lahan David melepaskan pelukan dari anaknya.
"Wah, ada angin apa daddy mau mengantarkan aku ke kampus?" aku langsung melotot saat David mengatakan itu padaku.
Karena tidak biasanya David ingin mengantarkan Kylie ke kampus kalau bukan Kylie sendiri yang meminta diantarkan. Tapi, kali ini David benar-benar berbeda ingin mengantarkan anaknya ke kampus.
"Daddy ingin mengantarkan anak daddy saja ke kampus, apa tidak boleh?" Suara David seperti sedih saat mengatakan itu.
"Bukan tidak boleh daddy, aku sangat senang kalau daddy mengantarkan aku," ucapku dengan senyuman manis.
"Baguslah!" David membalas senyuman anaknya.
"Apa besok daddy tidak kerja?" tanyaku sambil menatapnya.
"Kerja setelah mengantarkan kamu ke kampus," jawab David.
"Oke!"
Seketika David memikirkan istrinya yang belum juga pulang dari pagi, lalu ponsel sang istri juga tidak aktif. David saat ini sedang gelisah akan rumah tangganya, apa lagi semenjak David melihat sebuah video yang ada didalam flashdisk tadi pagi.
"David, itu sepertinya hanya editan saja," batin David yang benar-benar masih memikirkan video tadi.
David menatap putri tunggalnya yang sedang memakan buah mangga yang sudah di potong-potong. David juga mengusap-usap kepala anaknya dengan lembut.
***
1 minggu kemudian.
Hari ini adalah hari libur untuk keluarga Hernandez, namun tiba-tiba saja seorang wanita sedang sibuk mengemasi beberapa pakaian kedalam koper.
"Mau kemana kamu?" tanya David sambil menatap wanita itu.
"Aku mau pulang ke Bogor," jawab wanita itu tanpa melirik kearah David karena masih sibuk mengemasi beberapa pakaiannya.
David menahan tangan wanita itu dan mengatakan. "Ini hari libur dan kamu tidak pernah ada waktu untuk anak kita," ucap David dengan suara pelan-pelan agar tidak ada seseorang yang mendengarnya.
Wanita itu menepis tangannya David. "Kylie sudah besar dan dia bisa berlibur dengan kedua sahabatnya dan bahkan pacarnya, lalu untuk apa ..." Belum selesai wanita itu mengatakan apa yang ingin ia katakan namun David menendang koper milik wanita itu.
Koper milik wanita itu langsung terpental jauh kearah pintu kamarnya setelah ditendang oleh David. Wanita itu langsung menatap David dengan sangat sinis.
"Dewi, kau ini ibunya Kylie dan kau tidak pantas mengatakan itu padaku!" David sedikit meninggikan suaranya.
"Kamu kenapa sih? Kamu ada masalah apa? Kenapa masalah seperti ini di besar-besarkan!" Dewi malah semakin kesal dengan suaminya.
Wanita tadi yang sedang mengemasi beberapa pakaian kedalam koper adalah Dewi Maesaroh. Dewi adalah istri dari David dan ibu dari Kylie. Entah kenapa akhir-akhir ini Dewi seolah-olah tidak pernah perduli lagi dengan anak dan suaminya.
"Aku kenapa? Harusnya aku yang tanya itu padamu!" Kedua mata David benar-benar merah seperti menahan kesal.
"Aku malas bertengkar karena aku ada acara di Bogor!" Dewi benar-benar tidak memperdulikan suaminya, ia malah melangkah mengambil koper yang ada didekat pintu kamarnya.
"Acara apa di Bogor? Setau aku di Bogor tidak ada siapa-siapa," celetuk David.
"Di Bogor kan rumah ayah dan ibuku," ucap Dewi sambil mendorong kopernya kearah lemari.
"Bukannya ayah dan ibu lagi di Dubai?" David langsung menyentuh dagu istrinya sedikit kasar.