Kebebasan

"Bukannya ayah dan ibu lagi di Dubai?" David langsung menyentuh dagu istrinya sedikit kasar.

Dewi langsung menepis tangan suaminya. "Hari ini mereka pulang," sangkal Dewi yang kembali disibukkan dengan pakaiannya.

David menendang koper itu dan terdengar benturan hebat didalam ruang kamarnya.

"You crazy!" Dewi hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat suaminya seperti orang kesurupan.

David menghela nafas panjang dan mencoba mengontrol emosinya. "Jujur, kenapa kamu mau ke Bogor?" tanya David dengan suara pelan.

"Ada acara dan aku harus mengurus sesuatu," jawab Dewi dengan wajah yang bingung.

David mengeluarkan sesuatu dari saku celananya lalu memperlihatkan pada istrinya. Saat Dewi melihat sesuatu itu ia langsung membulatkan matanya dan hampir saja matanya akan copot.

"Ke ... kenapa ini ada padamu?" Dewi ingin mengambil sesuatu itu yang ada di tangan suaminya.

Namun dengan cepat David menyembunyikan sesuatu itu. "Oh, jadi akhir-akhir ini kamu sibuk diluar karena flashdisk ini ya!" David kembali memperlihatkan flashdisk itu pada istrinya.

"Kembalikan!" Dewi mencoba merebutnya namun tidak bisa.

"Kenapa kau tega mengkhianati aku, Dewi!" Suara David kini seperti sedang menahan tangis, dan matanya juga menahan tangis saat mengatakan itu didepan istrinya.

"Mengkhianati? Apa maksudmu?" Dewi pura-pura tidak mengerti dengan apa yang di katakan oleh suaminya. "Apa kamu sudah melihat isi flashdisk itu?" Dewi memancing suaminya namun matanya masih tertuju pada flashdisk itu.

"Ini video tidak pantas di rekam oleh istri yang sudah memiliki suami dan anak gadis," ucap David yang masih menggenggam erat flashdisk itu di tangannya. Suara David terdengar gemetar dan tidak pantas untuk perawakan yang di milikinya saat ini.

David seorang laki-laki kekar dan memiliki wajah yang sedikit menyeramkan, namun hatinya seperti malaikat. David sangat mencintai istri dan putri tunggalnya. David tidak pernah menyangka ia bisa melihat video tidak pantas itu yang dilakukan oleh istrinya sendiri.

"Jadi, kapan kita akan bercerai?" Dewi mengatakan itu dengan tatapan tanpa dosa dan bersalah sedikitpun.

Dewi sepertinya memang sengaja melakukan semua ini agar bisa bercerai dengan David. Tapi, apa salah David selama ini padanya? Apa David pernah selingkuh dibelakang istrinya? Tentu tidak! Lalu, kenapa Dewi ingin bercerai? Apa karena sudah tidak mencintai suami dan anaknya lagi.

"Kamu, kenapa kamu membahas perceraian!" David benar-benar kecewa dengan apa yang di katakan istrinya saat ini.

David tidak ingin istrinya mengatakan hal ini dan yang David inginkan hanya perkataan maaf dan seolah istrinya khilaf saja. Menurut David itu lebih baik dari pada sang istri membahas perceraian seolah ingin mengakhiri pernikahannya begitu saja.

"I'm tired of everything," ucap Dewi dengan wajah datar.

"Why? Apa selama ini aku kurang memberikan kamu kebebasan?" David menyeka air matanya dengan tangannya sendiri.

Dewi tersenyum dan berkata. "Kebebasan sangat menyenangkan sayang, tapi kamu salah terlalu memberikan aku kebebasan dan akhirnya aku mencintai laki-laki lain diluar sana!" Suara Dewi terdengar seperti menyesal dan mengakui kesalahannya, namun diakhir perkataan itu. Dewi tersenyum lebar dan menepuk pelan pundak David.

Air mata David jatuh begitu saja di pipinya yang sangar seperti preman namun tampan. David tidak pernah meneteskan air mata didepan seorang wanita, walaupun itu istrinya sendiri. Tapi kali ini David seperti tidak memiliki harga diri karena menangis didepan istrinya yang sudah tidak mencintainya lagi.

"Lalu, kamu akan meninggalkan anak kita?" tanya David sambil menyentuh tangan istrinya.

"Aku tidak akan meninggalkan anak kita, tapi aku ingin bercerai," jawab Dewi yang perlahan-lahan melepaskan tangan suaminya.

"Besok anak kita ulang tahun yang kedua puluh tahun, apa kamu tidak ingin merayakannya seperti dulu lagi?" David mencoba menahan sang istri yang ingin pergi dari kehidupannya untuk selama-lamanya.

Dewi tersenyum. "Aku akan merayakannya seperti biasa dan aku juga akan memberitahu Kylie kalau kita akan bercerai," kata Dewi.

Dewi benar-benar tidak ingin bertahan dengan suaminya yang selama ini sudah memberikan kemewahan didalam hidupnya. Dewi juga seolah tidak kasihan pada buah hatinya dengan David yang selama ini sudah payah didapat.

"Jangan beritahu Kylie untuk saat ini tentang perceraian kita," ucap David yang langsung melemparkan flashdisk tadi ke sembarang tempat.

"Kenapa?" Dewi tidak mengerti dengan suaminya yang tiba-tiba mengucapkan itu.

"Kenapa? Kau tidak memiliki hati atau hatimu sudah rusak!" David kembali meninggikan suaranya setelah menangisi istrinya yang akan pergi.

"Cepat atau lambat Kylie akan tau!" Dewi benar-benar tidak memperdulikan anak semata wayangnya itu.

"Kau tidak mengkhawatirkan mental Kylie? Bagaimana kalau suatu saat Kylie ..."

"Kylie wanita yang kuat dan dia akan mengerti kenapa kita bercerai!" Dewi melangkah pergi begitu saja menuju kamar mandi.

Namun, disisi lain ada seseorang yang menguping tepat di pintu kamar David dan Dewi. Seseorang itu tiba-tiba saja duduk di lantai setelah mendengar percakapan itu.

"Ja ... jadi, mereka akan bercerai?" batin seseorang yang masih duduk didepan pintunya David.

"Nona, kenapa nona disini?" tanya seseorang setelah melihat Kylie duduk didepan pintu kamar majikannya.

"Bi!" Tiba-tiba saja air mata jatuh begitu saja di kedua pipiku.

"Aduh nona kenapa!" Seseorang yang di panggil bibi itu langsung mengusap air mataku dengan lembut.

"Bi Ani, apa bi Ani akan meninggalkan aku juga?" tanya aku yang masih menangis.

"Meninggalkan nona? Untuk apa bibi meninggalkan nona?" Bi Ani benar-benar tidak mengerti dengan apa yang di bicarakan oleh anak majikannya itu.

Bibi Ani adalah seorang pembantu di rumah keluarga Hernandez. Bi Ani sudah bekerja lama disini dan mengurus seluruh keperluan Kylie. Bi Ani sudah seperti asistennya Kylie sekaligus ibu bagi Kylie, karena Dewi selaku ibu kandungnya Kylie selalu sibuk dengan dunianya sendiri. Kylie lebih akrab dengan Ani namun Kylie juga selalu bisa memposisikan dirinya kalau didekat Ani dan Dewi.

"Nona kenapa?" Bi Ani semakin panik setelah melihat anak majikannya semakin menangis.

Tiba-tiba terdengar suara seseorang yang ingin membuka pintu kamar Dewi dan David dari dalam kamar. Dengan cepat Kylie bangun dari lantai dan menarik tangan bi Ani, mereka langsung pergi entah kemana.

"Sepertinya tadi ada suara seseorang disini," ucap David setelah membuka pintu kamarnya namun tidak ada siapapun disana.

David keluar dari kamarnya dan mencoba melangkah menuju dapur. David mengambil sebotol wine dan duduk di sebuah kursi.

David menghela nafas panjang dan berkata. "Besok ulang tahun anakku dan ini pasti akan menjadi hari yang sangat buruk bagi Kylie," batin David yang mulai membuka botol wine dan menuangkannya kedalam gelas.

David benar-benar tidak menyangka kalau istrinya lebih memilih perceraian tanpa memberikan alasan padanya. David juga bingung kenapa istrinya melakukan ini padanya.

"Aku harus membahagiakan Kylie," batin David.