Kilas Balik 10 Tahun yang Lalu
“Cari lah kamar, Love Bird! Banyak jomblo di sini!”
Ghani memukul kepala Tora dengan buku menu. Sosok yang dipukul membalasnya dengan geraman dan umpatan yang fasih terlontar dari mulutnya. Ghani yang diumpati hanya terkikik begitu saja.
“Mau, Babe?” tawar Claudia.
Tangan kekasihnya itu meraba paha Tora. Ia mengusapnya berulang-ulang menggoda. Sayangnya, entah mengapa Tora tidak terpengaruh sama sekali.
“Lain kali saja,” gumam Tora malas. Pemuda itu mengecup pipi kekasihnya pelan sembari menarik tangan Claudia dan menjauhkannya pelan-pelan.
“Terserah kau saja lah,” balas Claudia.
Claudia menyalakkan sebatang rokok dan menyesapnya. Asap mengepul keluar dari belah bibir dan hidungnya. Ia menyerahkan batang rokok itu pada Tora sembari mengedikkan kepalanya. Kode itu ditangkap oleh Tora. Ia mengambil alih dan menyesap rokok itu dengan kuat.
“Okay, tak usah berlama-lama lagi.” David berujar, menarik seluruh atensi orang-orang yang berkumpul di sana. Pemuda yang memakai seragam yang dikeluarkan itu mengambil sebuah kunci mobil dari saku celananya dan meletakkannya di atas meja. “Kalian semua lihat! Lihat sebuah benda mungil di meja ini! Kalian tahu itu apa?”
Beberapa anak menjawabnya dengan patuh, sembari menggebrak-gebrak meja, mengatakan bahwa itu adalah kunci mobil.
“Ya, ya, benar. Kalian semua benar. Ini kunci mobil sungguhan, Bro,” ucapnya sambil terkekeh.
Entah karena ia menganggapnya lucu atau karena efek 5 kaleng beer yang telah ia tenggak. David melambai-lambaikan kunci itu di depan wajah Tora dan juga di depan Petra, salah satu rival Tora di sekolah. Petra menampilkan seringainya saat kunci itu melesat di depan matanya. Matanya melirik Tora sekilas sebelum Petra mengangkat sudut bibirnya tersenyum mengejek.
“Seperti yang kita semua tahu. Sobat kita yang paling keren, Gary, sudah mempertaruhkan mobil sport kesayangannya. Subaru BRZ keluaran terbaru. Masih baru dan mulus tanpa cacat!”
Ghani yang duduk di sebelah Tora terkekeh. Ia menepuk bahu Tora sekali dan berbisik di telinganya. “Biarkan aku mencobanya sekali, Bro.”
“Kalian semua masih ingat, bukan? Tentang taruhan dan hadiahnya?”
Semua orang bersorak riuh. Beberapa orang memanggil nama Tora sementara sisanya menyemangati Petra.
“Barang siapa yang berhasil menjadikan Eleanore, Si Keparat kecil yang sudah menyakiti hati Gary!” David mengangkat kunci mobil di tangannya dan mengayun-ayunkannya menggunakan jari telunjuknya. “Gadis kampungan yang sudah berani menolak Ketua Geng kita!” Sorak sorai makin kencang terdengar dari seluruh ruangan. David melanjutkan ucapannya yang terpotong. “Barang siapa yang berhasil menjadikan Eleanore sebagai pacar dan berhasil menidurinya, maka ia akan mendapatkan mobil sport secara cuma-cuma dari Gary!”
Tepuk tangan semakin menggila. Sementara pekik dari setidaknya lima belas orang yang berkumpul di sana juga tak kalah ramai. Ghani adalah orang yang bertepuk tangan paling keras, sementara di sebelahnya, Tora melonggarkan kancing kemejanya karena mendadak merasa gerah.
Sejujurnya, Tora merasa sedikit tak nyaman saat David menyebut Eleanore sebagai ‘Keparat Kecil’. Eleanore bukan lah keparat. Justru dia lah orangnya. Ia merasa bahwa dirinya lah yang seharusnya disumpah serapahi. Sayangnya ia sudah terlanjur menerima taruhan itu. Tora menelan begitu saja pendapatnya agar Claudia tidak meledak dan mengacaukan suasana yang semakin memanas.
“Semua sudah tahu kalau taruhan kali ini diikuti oleh Tora dan Petra!” David menunjuk Tora dan Petra menggunakan tangan kanan dan kirinya. “Katakan pada kita semua, siapa yang sudah berhasil meniduri Eleanore?”
“Tora! Tora! Tora!”
“Petra! Petra! Petra!”
Sorak dukungan terbagi menjadi dua.
Tora menelan ludahnya susah payah. Sejujurnya, dalam hati kecilnya, ia merasa sangat menyesal karena menerima taruhan itu. Sejak awal sebenarnya ia tidak berminat mengikuti taruhan konyol yang Gary buat. Eleanore menjadi target karena gadis itu telah berkali-kali menolak ajakan Gary untuk diajak kencan. Gary menyukai Ele, namun harga dirinya terluka karena terus ditolak gadis incarannya. Itu sebabnya untuk membalaskan dendam, Gary mengadakan taruhan itu beberapa bulan yang lalu.
Kendati pada awalnya sempat menolak ikut, akan tetapi, Tora memutuskan untuk menerima taruhan itu. Gary adalah kakak dari Claudia. Gary juga merupakan ketua gerombolannya. Selain karena tak enak menolak untuk kedua kali, Claudia juga meminta kepadanya untuk ikut taruhan itu.
Awalnya Tora berpikir bahwa Eleanore memang seorang gadis sombong yang kerap mematahkan hati laki-laki, namun saat ia mulai mendekati dan mengenalnya, ia tahu jika Ele bukan lah orang jahat. Ele seorang gadis yang baik. Ele adalah gadis berhati lembut yang membuatnya terpikat selama beberapa minggu belakangan.
‘Tapi ini hanya lah taruhan’ batin Tora. ‘Lagipula, aku sudah memiliki Claudia, kekasihku sejak awal masuk sekolah. Kami sama-sama brengsek, karena itu pula aku juga menyimpan separuh hatiku untuknya.’
“Petra?”
Petra menolehkan kepalanya pada David saat namanya dipanggi. Matanya kemudian menatap tajam pada Tora selama semenit penuh sebelum akhirnya menggelengkan kepalanya pada David.
“Aku gagal mengajaknya berkencan,” ungkapnya.
Sontak sorak sorai kembali riuh menggumamkan nama Tora. Sosok yang dielu-elukan itu mengepulkan asap terakhir dari rokoknya dan melemparnya ke lantai. Ia menginjak sisa rokok itu dengan sepatunya.
“Aku berhasil.”
Ghani adalah orang yang menunjukkan reaksi paling heboh. Ia memukul-mukul dada Tora sembari meneriakkan nama ‘Tora Van Beurden!’
“Tunggu ... Tunggu dulu. Berikan kami buktinya dulu, Bro! Ingat perjanjiannya, ‘kan?” David mengangkat kedua alisnya sambil tersenyum penuh arti.
“Kalau aku tertangkap polisi nama kalian semua akan terseret.”
“Oh ayo lah, jangan jadi pengecut!” David terkekeh keras. “Dengan semua koneksi yang kau punya, tak mungkin polisi berani menyentuh sehelai rambutmu!”
Tora sudah menyangka David akan mengatakannya.
Maka dari itu, untuk menyudahi taruhan gila itu, Tora mengambil ponsel dari sakunya dan membuka galeri. Tanpa ragu ia memilih video dari ratusan potret di galerinya yang saat ini dipenuhi dengan wajah Ele. Ia memilih salah satu video dengan durasi paling sebentar dan mengunggahnya pada halaman media sosial sekolah Ele menggunakan akun anonim. Dada Tora terasa nyeri membayangkan reaksi seperti apa yang akan gadis itu tunjukkan jika ia mengetahui fakta yang sesungguhnya.
“Ini.”
Tora meletakkan ponselnya dengan layar yang menampilkan sebuah rekaman Eleanore yang tengah bercinta dengannya. Video itu berhasil terunggah di laman sosial media yang dipenuhi oleh civitas akademi dan warga sekolah. Tora merekam video itu secara diam-diam saat ia dan Ele pertama kali bercinta di penginapan dekat pantai.
“Good job, Bro! Ini dia hadiahnya!” David melemparkan kunci mobil itu ke arah Tora yang langsung ia tangkap dengan jemarinya.
Semua orang di meja itu bersulang merayakan keberhasilan Tora dalam taruhan itu. Mereka menyorongkan beberapa gelas alkohol kepada Tora. Pun begitu dengan Claudia. Kekasihnya itu memaksanya meminum segelas lagi.
“Aku lega, Babe. Kau sudah membalaskan dendam kakakku.” Claudia mengecup cuping telinga Tora “Sekarang taruhannya sudah selesai. Pergi temui Eleanore dan putuskan hubungan kalian.”
Kilas Balik Selesai