BAB 04 : Menarik

Di suapan terakhir saka menggelengkan kepalanya, perutnya sudah penuh.

"Kamu tidak ingin lagi?." Tanya Evans

"Gak gua dah kenyang, minum?."

"Ini pelan-pelan saja." Evans langsung menyodorkan gelas yang berisi teh pada Saka.

Saka meneguk perlahan minumannya, entah kenapa dadanya terasa sakit? Apa karena kecelakaan itu, begitulah pikir dari Saka.

"Apa ada yang kamu inginkan lagi?." Tanya Evans, yang berekspresi lembut dan penuh kasih sayang.

"Kira-kira gua bisa mandi gak?."

"Jika ingin mandi saya akan mengantar kamu ke dalam kamar mandi, apa kamu bisa memandikan diri kamu sendiri, apa lagi lukanya baru di obati." Ucap Evans, sambil mengelus pucuk kepala Saka dan di tambah senyuman.

"Bener juga sih, tapi kalo gak mandi badan gua rasanya lengket banget." Ujar Saka sambil mendongakkan kepalanya

"Apa perlu juga saya yang harus memandikan kamu?." Evans mengulas senyumannya.

"Bisa gak, Lu gak usah senyum-senyum rada-rada gimana gitu gua liatnya." Tegur Saka

"Hehehe,saya minta maaf jika terlalu berlebihan." Kekeh Evans

Saka yang mendengar kekehan lembut itu cukup tercengang, tapi tidak berlangsung lama saka langsung menggelengkan kepalanya agar sadar.

"Lupain, lu gak sekolah bukannya lu OSIS" Saka baru sadar ini adalah hari Jumat, kadang OSIS mengadakan rapat bukan?.

"Saya sudah meminta Izin untuk tidak bersekolah dulu." Balas Evans, lalu bangkit dari duduknya.

"Lah emang kenapa?." Tanya Saka bingung

"Untuk merawat kamu."

"Hah?." Langsung terbengong bengong dengan menatap Evans.

"Saka,hei saka kamu kenapa, apakah ada yang salah?."

"Gak ada, lupain." Saka langsung tersadar dari lamunannya barusan.

"Sudahlah, saya akan keluar dulu kamu istirahat dulu saya permisi." Evans langsung pergi begitu saja.

Saka menatap kepergian Evans dari ambang pintu, lalu ia menghela nafas lega.

"Jolie bilang dia anak dari pemilik sekolahan, ngapain itu anak tinggal di apartemen, mungkin biar deket ama sekolah ya?." Guma Saka

Dari pada saka memikirkan hal yang tidak penting, lebih baik dia memilih istirahat demi kesembuhan dirinya sendiri.

***

|Bagaimana apa sudah di perbaiki?|

|...|

|Hmm saya tunggu kabar selanjutnya.!|

|...|

Sambungan terputus!

"Orang yang menarik." Guma Evans, dengan tersenyum miring.

Sedangkan di tempat lainnya!

Terlihat beberapa orang yang duduk di tempat tongkrongan biasa mereka.

"Emang itu si saka, di telfon gak aktif." Ujar Ganta ingin sekali dia melempar Handphonenya saking kesalnya.

"Sabar gan gan, mungkin itu anak sibuk lagi." Sambung Tori, dengan menyeruput kopinya.

"Kebiasaan kali itu anak!."

"Lu emang kenapa marah-marah gara-gara Saka, takut dia gak selamat?." Tanya Nasta yang bosan mendengar keluhan Ganta.

"Iyalah perasaan gua gak enak dari kemaren." Balas Ganta

"Ntar dia nelpon balik lagi, santuy aja kali!."

"Santuy santuy dia itu adik seperguruan gua, dah gua anggep kayak adik sendiri." Seru Ganta

"Saka emang sekarang sering latihan gak?."

"Jarang si saka latihan."

"Terus itu anak kerjaannya apaan?."

"Cari janda, ya kerjalah!."

"Cuma nanya, saka yang umurnya masih bocah bisa kerja sedangkan lu apa?." Celetuk Tori, memberi ucapan hinaan.

"Ehh gua kerja ya, jangan rendahin orang." Protes Ganta tidak terima.

"Heleh!."

"Dahlah gua males dengerin lu pada ribut kerjaannya." Ucap Nasta

"Dari pada lu kerjaan molor terus, malemnya aktif kayak kelelawar." Sindir Ganta

"Dari pada lu kerjaannya ngoceh kayak emak-emak." Balas Nasta

"Bilang orang aja yang kerjaannya ribut, padahal diri sendiri juga sama." Sambung Tori, memberi tatapan malas.

"Diam bacot!" Ucap Ganta dan Nasta bersamaan

Tori memilih diam dari pada melanjutkan perdebatan yang tidak ada manfaatnya.