BAB 03 : Kecelakaan

"Wih si jagoan kita dah dateng ni."

"Akhirnya lu dateng, seminggu lu gak dateng ke tempat balapan sak."

"Ini gua dateng?." Ujar Saka

"Kan baru, kamaren-maren lu kemana?."

"Ada kesibukan." Jawab Saka

"Sibuk cari gebetan lu."

"Gua tampol tu mulut." Ketus saka

Kedua orang yang yang di ajak berbicara oleh saka adalah Ganta dan Nasta orang yang lebih tua dari Saka.

"Gimana balapannya, jadikan?." Tanya Saka, turun dari motornya

"Jadilah, orang yang bakal ikut balapan ada lima termasuk lu." Jawab Ganta, sambil menghisap rokoknya

"Hmm terus gua harus gimana?."

"Kayak biasanya lu harus santai, fokus ke depan dan hal yang selalu gua peringatin ke lu saka yaitu jaga keselamatan lu." Timpal Nasta

"Gua tau, yok ke arena balapan gua gak sabaran." Ujar Saka, langsung menaiki motornya dan memakai helmnya.

"Kebiasaan!."

Saka masuk kedalam area balapan bergabung dengan empat peserta balapan lainnya, tidak ada yang tahu jika saka adalah seorang siswa SMA dan berumur 16 Tahun.

Sekarang hanya tinggal menunggu aba-aba saja.

"Kalian siap, satu dua tiga!." Ucap seorang perempuan yang memegang sebuah bendera di sisi area balapan.

Para peserta mulai menghidupkan mesin motornya, dan mulai menancapkan gasnya, Saka melajukan motornya secara perlahan, sambil memperhatikan lawan balapannya, para penonton yang hadir bersorak kegirangan.

Saka terus memperhatikan lawan ke empatnya dan tiganya yang berada di depannya, karena sudah menemukan celah untuk menyalipnya saka langsung mengeratkan gasnya, dan kecepatannya yang terus bertambah.

Lawan yang keempat langsung terpental keluar dari area balapan, mungkin karena terlalu fokus hingga tidak memperhatikan lawan balapannya yang berada di belakang.

Saka terus melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, saka juga tidak lupa dengan adanya lika-liku, bagi saka balapan adalah 'saat kacau maka balapan adalah solusinya, karena itu adalah nafas kebebasan, atau juga termasuk memberi kebebasan untuk mati' begitulah kata-kata dari saka, jika masih hidup maka bersyukur jika mati ya sudahlah.

Dret dret dret...

Srettt!...

|Sial siapa sih nelpon pas gua lagi balapan, keparat emang!.| Saka langsung menghentikan laju motornya, karena Handphonenya bergetar.

|Sak, lebih baik lu pergi dari area balapan, untung lu

bawa Hp cepet lu pergi.|

|Emang kenapa gan? Kok lu

Nyuruh gua pergi, balapannya kan belum selesai.|

|Itu mah gak penting, ada polisi baiknya lu sekarang

pergi, sebelum ketangkep gara² balapan liar.|

|Ok gua ngerti, lu gak pergi juga?|

|Ya pergilah, biarin peserta lainnya di tangkep, asal

jangan lu paham!|

Hm!"

Saka langsung mematikan Handphonenya mengikuti arahan dari Ganta tadi, saka menghidupkan lagi motornya dan keluar dari area balapan.

Dengan kecepatan lumayan tinggi, saka yang sudah berada di jalan tol karena tidak ada pilihan lainnya, tidak memperhatikan arah kanan dan kiri jika ada kendaraan yang juga melintas.

Karena tidak bisa menghindari terjadi tabrakan maut antara motor dan mobil.

Akhhh!...

Saka dan motornya terseret jauh, saka yang terbentur pembatas jalan membuatnya merasakan sakit di bagian kepala belum lagi kaki dan tangannya, setelah terbentur saka tidak bisa melihat dengan jelas hanya ada kegelapan yang menutupi, dan lalu saka tergeletak tak sadarkan diri.

Apa dia masih hidup?

***

Sinar mentari menembus kaca jendela, membuat sang empu yang tertidur pulas terbangun dari tidurnya.

"Akhhh!" Lirihnya

Cklek!...

"Apa kamu sudah bangun?." Tanyanya, sambil membawa sebuah nampan berisi makanan

"Hisss, badan ku sakit sekali." Mencoba untuk bangun

"Kamu masih sakit, saya akan membantu mu." Sambil memapah tubuh orang itu, sedangkan orang itu masih menutup mata karena menahan rasa sakit

"Hmm aku dimana?."

"Apartemen saya."

"Heh lu!." Saka langsung menepis tangan orang itu

"Hmm kenapa ya?."

"Lu lagi, lu lagi ini apartemen lu?." Ucap Saka tidak percaya, yang menolongnya adalah orang yang sempat membuatnya kesal di sekolahan si OSIS.

"Ya, kenalkan saya Evans." Sambil tersenyum manis

Saka yang melihat itu, merasa cukup geli orang yang dia temui waktu di ruang OSIS bermuka datar, lalu yang sekarang ini apakah benar-benar Evans? Yang membuatnya kesal karena di beri hukuman skors.

"Lu kenapa senyum-senyum?, Geli gua liatnya."

"Umm siapa namamu?" Tanya Evans, lalu duduk di sisi ranjang

"Gak usah deket-deket, gak kenal kita!." Saka mencoba menjauhkan dirinya tapi apalah daya tenaganya masih lemah.

"Saya hanya ingin berkenalan dengan mu, dan saya juga ingin meminta maaf karena sudah membuat kamu celaka seperti ini." Jelas Evans, sambil menundukkan kepalanya merasa bersalah.

What...?

Saka belum menjawab, dia masih tidak percaya masa iya ketos bisa gini?

"Hmm gua boleh nanya?." Ucap Saka.

Evans langsung menoleh dan mendekat dengan Saka, dengan senyuman yang tidak luntur dari tadi.

"Saka emang ingin bertanya apa dengan saya?." Dengan mengedipkan matanya berkali-kali

"Ini baju lu kan, tapi yang di bawah gak lu ganti." Tanya saka

"Tidak bukankah itu namanya tidak sopan ya?" Jawab Evans sambil menggelengkan kepalanya

"Baguslah, oh ya dimana motor gua, terus lu liat hp gua gak?."

"Saya menyuruh orang untuk membawa motor kamu ke bengkel, lalu baju yang seperti balapan itu saya buang karena sudah tidak layak pakai dan--" Ucapan dari Evans terpotong

"Apa, baju balapan gua lu buang astaga di mana otak lu, terus handphone gua mana masih ada." Potong Saka, sambil memegang kepalanya yang berdenyut

"Sudah saya buang juga." Polos Evans

"Gila emang lu, itu nomor telfon gua masih ada tolol, dah gua mau balik!."

"Jangan bergerak terlalu banyak, lihat kepala kamu lencet dan pipinya juga seperti tergores kaca, apa masih sakit?."

"Kepala ama pipi?." Saka menyentuh kepalanya yang ternyata memang sudah di perbankan, dan juga pipinya.

"Sebaiknya kamu sarapan dulu, ini saya belikan bubur dan teh hangat." Evans menyodorkan sendok yang berisi bubur

"Gua bukan anak kecil ya, sini gua bisa sendiri auckkh!..." Saka merasakan nyeri pada tangannya

"Kamu memang tidak terluka banyak, hanya memar saja tapi sepertinya otot persendian kamu mengalami cedera di dalam."

"Kalo gini gua gak bisa ngapa-ngapain budek, mana badan rasanya remuk semuanya."

"Saya akan bertanggungjawab terhadap kamu, saya sudah bilang ini juga salah saya."

"Jadi, gua harus tinggal di apartemen lu ini, gak gua mau balik ke rumah." Protes Saka

"Tidak ada bantahan, saya yang salah maka saya juga yang harus bertanggung jawab." Evans langsung menyodorkan bubur ke mulut Saka.

"Tvpi..." Saka berbicara sambil memakan buburnya

"Biarkan saya menembus kesalahan saya, lihat kamu makan saja seperti anak kecil seperti ini." Evans langsung membersihkan sisa buburnya yang berada di sudut bibir Saka dengan tangannya sendiri.