BAB 13 : Aku rindu saka yang dulu

Di sebuah rumah sakit, terlihat seseorang terbaring lemah di brankar sejak kejadian pingsan beberapa jam lalu, dia belum sadarkan diri sampai detik ini.

"Saka kok lu bisa pingsan sih?." Guma Raditya yang sedang duduk di samping brankar tempat saka terbaring.

Krett!...

"Saka!." Ucapnya dengan kekhawatiran yang terlihat di wajahnya

Raditya langsung terkejut dengan kehadiran orang itu.

"Saka lu dah bangun?." Satu orang lagi yang langsung masuk ke ruang tempat saka di rawat.

"Bukannya lu pada, Jekyl ama lintang?." Tanya Raditya, ternyata dua orang itu Raditya mengenalinya.

"Gimana kata dokter tentang keadaan saka?." Lintang langsung menyela pembicaraan

"Hmm, katanya cuma kecapean terus stress ringan."

"Kebiasaan lu saka, ada masalah selalu di pendem." Ucap Jekyl sambil menyentuh kening saka

"Lu pada kenal saka?."

"Dia itu temen segeng kita, terus lu apa sangkut pautnya ama si saka?." Timpal lintang

"Gua temennya." Ujar Raditya

"Temen, perasaan si saka gak terlalu suka bergaul di sekolahan dan satu hal lagi ngapain lu kerumah saka?." Jekyl langsung menatap Raditya penuh keraguan

"Gua cuma pengen ngajak dia berangkat bareng, itu aja."

"Sejak kapan lu temenan ama saka, gua curiga apa jangan-jangan lu ada masalah ama saka?." Lintang menatap Raditya seolah tidak ada tanda persahabatan di mata lintang.

"Wow wow tenang dulu, gua emang gak terlalu akrab ama lu berdua tapi gua ama saka udah temenan sejak rumor kedekatan dia ama Evans." Raditya mengisyaratkan agar tenang terlebih dulu.

"Oh sejak rumor itu, jadi apa alasan lu bisa nyebut saka temen lu?." Sela Jekyl

"Janganlah interogasi gua, gua gak bermaksud buat macem-macem ama saka itu aja!." Raditya merasa dirinya di interogasi dengan dua orang ini.

"Kalo lu cari gara-gara ama si saka, awes aja habis lu di tangan kita." Ucap lintang, memberi ancaman pada Raditya.

"Ok ok gua paham, jadi santai aja lah." Raditya mengangguk-anggukkan kepalanya paham dengan peringatan dari lintang.

"Gua ucapin makasih, lu dah langsung bawa dia ke rumah sakit, tapi mungkin ntar kalo dia sadar pasti marah-marah." Ucap Jekyl, menghampiri Raditya sambil menepuk bahunya

"Lah emang kenapa si saka, ntar marah-marah kalo dah sadar?." Bingung Raditya, mengerutkan alisnya

"Biasa dia itu paling gak suka bau-bau rumah sakit, apa lagi bau obat-obatan." Balas Jekyl, sambil mendudukkan dirinya

"Di ajak ke UKS aja dia langsung, ngelak gak mau masuk." Sambung Lintang

"Tapi untung lah dia baik-baik aja, gak terlalu parah."

Tiba-tiba pandangan mereka teralihkan oleh kedatangan seseorang.

"Bukannya ini cewe deket ama saka?" Batin Raditya

"Lu bertiga siapa ya saka?." Tanya Jolie, ternyata dia yang langsung masuk ke dalam ruang perawatan saka.

"Gua temennya!." Jawab mereka bersamaan, lalu saling menatap satu sama lain

"Oh." Hanya itu timpalan dari Jolie, dia langsung menghampiri saka yang terbaring di brankar rumah sakit

"Langsung ini ruangan, jadi kutub Utara!" Batin Lintang

"Cuma 'oh' doang?" Batin Jekyl

"Ini orang mukanya dah kayak tripleks aja." Batin Raditya

Mereka bertiga hanya terdiam, tidak ada yang membuka obrolan apa lagi Jolie dia dari tadi, hanya menatap saka terus menerus dengan menggenggam tangan saka.

"Oh ya, lu pacaran ama saka?." Raditya cuma iseng bertanya

"Lu ngomong ama gua?." Ucap Jolie

"Iyalah kan cuma lu doang, yang cewe disini."

Sedangkan Jekyl dan Lintang yang mendengar penuturan itu, langsung melototi Raditya.

"Gua ama saka sahabatan, jangan ngadi-ngadi saka gak terlalu mentingin soal cinta." Sahut Jolie, menatap datar Raditya

"Emang saka gak pernah pacaran ya?."

"Dah dah, lu gak usah banyak tanya tentang saka, rasa kepo lu itu gak baik." Lintang langsung mencubit lengan Raditya, sedangkan si empu yang mendapatkan cubitan itu hanya meringis

"Lu gak usah terlalu kepo tentang saka, kalo lu cuma pengen temenan ama saka biar tahu kekurangannya, lebih baik lu gak usah temenan ama dia!." Sarkas Jekyl, memberi tatapan datar ke Raditya

"Emang gua nanyain tentang kekurangannya?."

"Udah dibilangin gak usah banyak tanya, bego!." Lagi-lagi lintang memberi cubitan keras pada Raditya

"Auckh sakit, cubitan lu ama emak gua gak beda jauh." Raditya meringis sambil memegang lengannya yang di beri cubitan

"Woy, lu semua kalok pengen ribut mendingan di luar sana, saka bisa ke ganggu gara-gara keributan yang lu pada buat!." Tegas Jolie, langsung berekspresi marah

"Anjrit serem bener!." Batin mereka bertiga

"Gara-gara si Raditya nih!."

"Lah kok gua?."

"Lu berdua sama aja." Bela Jekyl

"Sudah CUKUP!." Jolie langsung memberi teguran keras

"Umm, kayaknya gua mau pulang dulu dah  baru inget tadi emak gua, nyuruh nganterin dia ke pasar. Kalok si saka udah sadar kabarin gua, bye!." Langsung saja Raditya keluar dari ruang rawat itu

"Gua juga mau balik, lu ikut gak Jekyl?." Ujar Lintang

"Ikutlah, oh ya gua permisi dulu ntar gua dateng lagi kesini." Ucap Jekyl, ikut menyusul pergi

Setelah ketiga orang itu pergi Jolie merasa lega, tenang seperti ini kan bagus.

"Saka ayo bangun, apa kau akan seperti ini, aku merasa bersalah karena tidak bisa menjaga mu dengan baik."

"Aku rindu saka yang dulu, apa kau akan tetap seperti ini sampai-sampai kau lupa dengan diriku, aku ingin kau cepat sadar dan pulih kembali seperti dulu, tapi mungkin itu hanya harapan belakang untuk ku."

"I'm sorry, this semua kesalahan takdir dia begitu tega membuat mu menderita, tapi memang benar takdir tidak bisa di tentukan."

"Kau bukan saka, kau orang lain saka yang ku kenal tidak seperti ini!." Guma Jolie, sambil mengelus rambut saka, terlihat di wajahnya terpampang kesedihan

Sedangkan di tempat lainnya!

Terlihat dua orang sedang mengobrol, sambil mengerjakan kesibukannya masing-masing.

"Sejak kapan seorang Rhys  begitu peduli dengan orang lain?."

Sedangkan orang yang disebut itu hanya mengabaikannya.

"Hei aku berbicara pada mu, jangan mengabaikan kakak mu ini Rhys , aku terheran-heran kau menyuruhku untuk memberi izin untuk orang yang bernama saka karena alasan sakit apa ada sesuatu?."

"Sudah selesai berbicaranya?." Dingin Rhys, masih sibuk dengan kertas-kertas di tangannya

"Jangan dingin nanti bisa beku." Godanya

Rhys tidak memperdulikan kakaknya itu, dia lebih memilih berkutat dengan kertas-kertas yang ada di meja.

"Hmm jika boleh aku tebak, apa sekarang kau memilih bersanding dengan laki-laki dari pada perempuan kah?."

"Reagan!" Suara yang mendominasi itu keluar

"Jadi benar kau menyukai orang yang bernama saka itu, memang tidak masalah tapi apa kau bisa mendapatkan dia?." Ujar Reagan, sambil tersenyum meremehkan

"Bukan urusan mu!."

"Aku tidak mempermasalahkan soal itu, sebagai kakak ketiga mu aku akan memberikan sebuah nasehat untuk mu, agar bisa berpikir berulang kali jadi 'Jangan terlalu terobsesi dengan dia jika pada akhirnya kau akan menyiksa kebebasan yang dia miliki' paham?." Jelas Reagan

"Menyiksa?." Rhys langsung menatap Reagan

"Ya karena aku tahu apa yang tidak bisa kau miliki, maka pada akhirnya kau akan bertindak kejam."

"Peduliku?."

"Astaga kau tidak mengerti dengan apa yang aku katakan, sudahlah kerjakan saja tugas mu suatu hari akan tiba saatnya maka kau akan mengerti!."

"Suatu hari?."

"Hmm, cinta bisa mengubah segalanya!."

"Segalanya?" Batin Rhys, lalu mengalihkan pandangannya ke kertas-kertas yang sedang dia kerjakan saat ini.