BAB 14: Rumor

Sore hari ini, pukul 16:45 cuacanya dari pagi sampai sore cukup cerah terik mataharinya tidak terlalu menyengat.

Jolie yang dari tadi siang menemani saka sampai sore hari, dokter sempat lagi memeriksa saka Jolie mengikuti instruksi dokter saja, setelah pemeriksaan Jolie di suruh oleh dokter untuk menembus biaya administrasi, segera saja Jolie membayarnya lalu kembali lagi ke ruang rawat saka, karena Jolie merasa lelah akhirnya dia memilih tidur sebentar, ternyata sampai sore lah Jolie tertidur pulas.

"Jolie!." Suara serak itu memanggil orang yang sedang tertidur pulas di sofa yang ada di rumah sakit itu.

Jolie yang terganggu dengan panggilan itu akhirnya mencoba bangun, dan mengerjapkan matanya.

"Jolie!."

"Heh saka, lu udah bangun ternyata gimana udah merasa enakan?." Tanya Jolie, menghampiri saka dan membantu saka untuk bangun.

"Hm"

"Syukurlah akhirnya lu dah bangun, gua khawatir banget."

"Jolie kenapa gua bisa disini?." Saka melihat sekelilingnya ternyata ini adalah rumah sakit.

"Lu pingsan."

"Pingsan, terus siapa yang bawa gua ke rumah sakit?."

"Itu si Raditya, dia liat lu pingsan di dalem rumah pas dia pengen ngajak lu berangkat sekolah bareng."

Saka akhirnya ingat bagaimana dia bisa pingsan, saka mengingat hal itu seperti film yang terus berputar-putar di kepalanya, denyutan di kepalanya membuat dia langsung memegang kepala bagian belakang.

"Masih sakit sak?." Jolie langsung khawatir

"Mungkin gara-gara benturan keras itu, gak apalah ntar juga ilang." Ucap Saka

"Benturan apa?." Bingung Jolie

"Kebentur pembatas jalan pas kecelakaan itu "

"Oh, lu bikin gua khawatir jadi lain kali jangan kayak gitu lagi, kalo lu kenapa-napa gua gak tahu harus gimana." Jolie langsung memeluk Saka

"Lu dah sadar gua aja seneng." Lanjut Jolie

"Hm." Hanya itu balasan dari saka

"Lu perlu di rawat dulu, biar kondisi lu lebih enakan."

"Gak gua mau pulang, gua gak suka di rumah sakit Jolie!."

"Tapi ini buat kesehatan lu sendiri."

"Gak!." Tegas saka dengan suara lemahnya

"Tapi sak--"

"Gua bilang gak ya gak!."

"Bentar gua bilang dulu ke dokter." Setelah mengucapkan itu, Jolie langsung pergi.

Saka yang melihat kepergian Jolie, hanya menatap datar ruangan rumah sakit itu.

"Saka pengen jenguk papa, gimana ya keadaan papa sekarang?." Guma Saka, dengan ekspresi murung

Selang beberapa menit akhirnya Jolie kembali, dengan memasang senyuman di wajahnya, kan tambah cantik si jolienya.

"Ya lu boleh pulang, itu infusnya di lepas dulu."

"Ok!."

Saka melepaskan infusnya di tangan, setelah selesai saka turun dari brankar di bantu oleh Jolie, Saka berjalan secara perlahan.

"Biaya administrasi?." Tanya saka yang baru ingat harus membayar rumah sakit ini.

"Udah tenang aja, gua yang bayar." Jawab Jolie

"Oh thanks ya!."

"Santai aja lah, gua kan temen lu. Gua baru inget lu deket ama si Jekyl terus ama si lintang?."

"Oh mereka itu temen tongkrongan gua."

"Oh hati-hati gua anter lu pulang, terus besok lu bisa sekolah?."

"Hm bisalah."

"Mau gua jemput gak?."

"Gak usahlah, motor gua dah bener juga."

"Bawanya lu harus hati-hati, itu soal berita lu ama si Evans jadi topik panas ada unggahan lu ke cafe ama Evans berdua bener gak sih?."

"Itu dia yang minta gua buat nemenin dia, ketemu ama orang tapi ujungnya di batalin."

"Gua takut lu di bully, apa lagi kakak-kakak kelas banyak yang muja-muja si Evans."

"Cowo ama cowo deket aja di iriin, apa lagi si Evans deket ama cewe." Saka bahkan heran sendiri

"Lu gak tahu di mata fujo ama fudan beda, lu tahu lah di sekolah kita banyak penyuka hubungan sejenis."

"Gua mah bodo amat soal kayak gituan, dah yok balik."

"Gua yang nyetir mobilnya, lu kan belum terlalu pulih."

"Suka-suka lu!."

Setelah perbincangan singkat itu, Jolie dan saka meninggalkan area rumah sakit, dengan Jolie yang mengemudikan mobil sedangkan saka duduk di kursi depan sama seperti Jolie.

"Thanks dah mau nemenin gua dan dah nganter gua." Ucap saka, setelah sampai dirumahnya

"Sama-sama, gua pulang dulu!."

***

Keesokan harinya, saka memilih untuk kembali sekolah walaupun di pikirannya sangat malas untuk sekolah.

Setelah memarkir motornya saka berjalan menuju kelasnya, beberapa orang yang di temui saka pas koridor menatapnya heran lalu berbisik-bisik, saka mah tidak terlalu peduli.

Sampainya di kelas saka langsung duduk di bangkunya, keadaan kelas cukup sepi jadi saka mengeluarkan Handphonenya karena cukup membosankan.

"Hai saka gimana keadaan lu?." Tiba-tiba saja ada orang yang sudah mengganggu waktu tenangnya.

"Sehat!." Singkat saka, tanpa menatap orang itu karena Saka sudah tahu bahwa itu adalah Gara si makhluk yang bersifat astral

"Kenapa lu bisa pingsan sak?" Tanya Gara, lalu ikut duduk berhadapan dengan saka

"Bosen hidup!." Ketus saka, lalu menatap orang yang berada di depannya dan memutar bola matanya malas

"Astaga gak gitu lah sak, kenapa gak sekalian bunuh diri atau gantung diri kek kan lebih pro!."

"Bangsat!"

"Jangan marah lah, gua kan becanda hehehe!."

"Tumben lu gak ama Ronal?."

"Ronal sibuk ama pacarnya, bosen gua."

Saka berhenti memainkan Handphone, dan lalu menatap gara dengan tatapan penuh tanya.

"Gua tahu lu pengen nanya, kapan Ronal punya pacar." Tebak gara, sambil menompa dagunya

"Kemarin dia di tembak ama si adek kelas, beh gila cewe yang nembak Ronal cantik bener!." Lanjut Gara

"Maksud lu ceweknya kelas sepuluh gitu?." Ragu saka

"Ya si Ronal mah terima-terima aja, katanya mumpung ada yang mau."

"Biarlah si Ronal, kasian dari dulu ngejones terus." Balas Saka

"Oh gibahin gua ceritanya ini?." Sambung Ronal yang tiba-tiba muncul

"Heh anjir kaget gua!" Ucap Gara

"Katanya ama pacar, ngapain lu disini?."

"Dianya sibuk ngerjain tugas di kelas, kan jadi bosen gua Nya kesini lah, heh malah ngedapetin dua temen gua yang lagi gibah!." Cibir Ronal

"Bukan gibah ron, cuma syukuran atas si Ronal yang udah memiliki kekasih hati." Goda Gara, menaik-turunkan alisnya

"Gua jadiin lu masakannya, kan biar mewah syukuran gua." Balas Ronal

Saka hanya diam menyimak dua orang yang sedang berbincang asik.

"Lu kenapa diem sak?." Tanya si gara, kebingungan dengan tingkah saka

"Ada masalah?." Lanjut Ronal

"Gak!"

"Kalo ada masalah cerita aja lah, bener gak gar?"

"Nah bener kata Ronal cerita aja, kita mah bakal jadi pendengar yang baik kok."

"Itu soal Evans--" Belum saka menyelesaikan ucapannya sudah dipotong oleh gara

"Ekhem ekhemm, lagi rindu si pujaan hati."

"Lama-lama gua jahit itu mulut lu, maen motong omongan orang."

"Emang kenapa?."

"Katanya ada berita panas tentang gua deket ama Evans, apa ada sebaran fotonya?." Jelas saka

"Oh itu ada, di papan pengumuman bahkan gua denger lu kayak di hina-hina apa lagi kakak kelas sak, heran gua kenapa sih para cewe fujo ama cowo fudan itu suka banget jodoh-jodohin orang." Ujar Ronal

"Thanks Ron, tenang aja ntar bullying orang-orang bakal gua dengerin karena itu sebuah keindahan." Saka tersenyum miring mendengarkan ucapan Ronal.

"Ngomong baik-baik aja percuma sih kalo gua pikir, gar lu ada ide?."

"Gua juga ikut mikir ini, kenapa para fujo ama fudan ini cepet bener dapet info apapun." Gara berfose seperti orang yang sedang berpikir

"Situs?" Saka menatap kedua orang yang ada di hadapannya, mereka saling menatap satu sama lain seperti sepemikiran.

"Terus misalnya kalo mereka punya sejenis grup, atau apalah emang bisa di retas, cuma itu sih jalan keluarnya." Gara memberikan sebuah ide untuk saka, sedangkan saka mencoba memikirkannya

"Di blokir aja gimana?." Ujar Ronal memberi pendapat

"Bagus Ron!" Saka menepuk bahu Ronal, karena dia sudah menemukan caranya

"Emang lu bisa?"

"Tapi belum waktunya!."

Jam pelajaran akan segera dimulai, harap para murid masuk ke kelas masing-masing! Ting...

Jam pelajaran pertama sudah di mulai!