BAB 18 : Akan menjadi milikku

Keesokan harinya di sekolah saat ini jam istirahat, saka berjalan kearah toilet untuk mencuci mukanya.

Selesai mencuci muka saka bercermin, menampilkan pantulan wajahnya sendiri, saka bingung harus apa, apa bolos saja?.

Jekyl keluar kota karena hal kepentingan, Lintang masalah keluarga, Jolie masih praktek Kimia di laboratorium, sedangkan Gara tidak sekolah karena sakit, aneh sekali padahal kemarin dia terlihat sehat-sehat saja, jika Ronal sibuk dengan pacarnya itu.

Apa saka memilih kabur saja, dari pada bosan seperti ini, setelah mengambil keputusan bulat saka berniat keluar dari toilet untuk kabur saja.

Tapi di ambang pintu ada tiga siswi yang menghadang jalan keluarnya, saka mengerutkan dahinya bukankah siswi di hadapannya sekarang adalah perempuan yang mengoceh tidak jelas padanya kemarin?.

"Jangan harap lu bisa selamat dari kita!." Cetusnya

"Jadi ini cowo gatel yang di bilang uke itu, Jessie?"

"Ya ini yang gua bilang, murid kayak gini mah harus di kasih pelajaran!." Ternyata perempuan kemarin itu bernama Jessie yang sekarang berada di hadapan saka.

Saka tidak peduli dan ingin menerobos, tapi tiga orang siswi ini langsung mendorong bahu Saka.

Karena dorongan itu, saka terduduk di lantai.

"Cuih itu aja lu jatuh, lebay lu!."

"Hahahahahahahahah!" Mereka bertiga keras, sedangkan saka hanya menatap datar tiga orang itu.

Belum sampai di sana mereka bahkan melempari sampah makanan mereka pada saka, tidak di situ saja salah satu siswi itu, menyirami saka dengan air kotor yang ada di ember.

"Huhhh, bau bener gak sih?." Ujar Jessie, sambil mengibas-ngibas kan tangannya

"Ya,keluar yuk!."

"Ayo lah, orang kayak dia memang pantes kayak gini." Dia langsung menarik rambut saka dengan kuat, sedangkan saka tidak terlihat seperti kesakitan.

"Mela ini orang keliatan biasa aja deh, sok kuat lu?."

"Cih saka si murid brandal tampang lu emang ganteng sih, kulit putih, mulus, mana ada keliatan ototnya bencong lu, laki-laki aja pake skincare, pasti suka godain om-om ini?."

"Bener Mel, kayaknya omongan lu ada bener ya Juga."

"Jijik gua nyentuh dia, mendingan lu telanjang aja deh kelilingin sekolah kan lu gak ada rasa malunya."

"Gak ada rasa malu hahahahahaha!"

"Mati aja lu!." Kesalnya langsung menendang saka di bagian dada, membuat saka terdorong mundur lagi, saka memegangi dadanya yang barusan di tendang itu, ternyata berani sekali!.

Ada seseorang yang mendengar keributan dalam ruang toilet, dan langsung berlari menghampiri asal suara itu.

"Woy kalian ngapain!." Ucapnya dengan lantang

Tiga orang siswi itu langsung kaget dengan kehadiran orang itu, dan mulai menghentikan kegiatannya.

"PERGI!"

Tiga perempuan itu pergi terkacar-kacir meninggalkan mereka berdua, sedangkan orang itu menghampiri saka yang masih terduduk di lantai itu.

"Lu gak apa-apa?." Sambil membantu saka bangun

"Hm." Saka menatap orang yang sedang membantunya, ternyata itu adalah salah satu teman Evans yang bernama Pranwin.

"Kenapa lu diem pas gituin, bodoh bener padahal lu cowo kan bisa ngelawan!." Ucap Pranwin

Saka mengabaikan ucapan Pranwin, malah menatap bajunya yang sudah kotor dan basah karena ulah tiga siswi tadi.

"Lu pengen ganti?." Tanya Pranwin

"Hm." Begitulah jawaban dari saka

"Ayo ikut gua, ntar lu bisa ganti itu baju." Pranwin langsung menarik tangan saka, sedangkan yang di tarik mengikuti saja.

Beberapa murid yang di temui malah menatap heran Saka dan Pranwin, bahkan ada yang teriak-teriak tidak jelas atau kesenangan lah.

Pranwin membawa saka ke ruang OSIS, tempat pribadi Evans, Pranwin terus menarik saka sampai masuk kedalam, orang yang berada di dalam ruangan itu mengalihkan perhatiannya pada dobrakan pintu, yang ternyata Pranwin dan Saka.

"Ada apa?."

"Noh Evans si saka minta ganti baju." Ujar Pranwin, langsung di pelototi oleh Saka.

"Ada apa dengan kamu saka?." Evans bangkit dari kursinya, dan berjalan menghampiri saka dengan ekspresi wajah datar dan tatapan dingin.

"Cuma..."

"Si saka di bully ama Jessie, Mela, terus si Tasya." Potong Pranwin, dengan seenak jidat memotong ucapan orang lain!.

Rahang Evans langsung mengeras, tatapan tajam dan kemarahan itu terpancar di matanya.

"Evans nanti saja kau urus, sekarang berikan baju ganti pada saka dia bisa kedinginan nanti." Timpal Ken, dengan tersenyum ramah.

"Win kau ambil bajunya di lemari kaca." Perintah Evans

"Ok siap!."

"Apa alasannya mereka membully mu saka?." Tanya Evans, berdiri di hadapan saka

Saka memutar bola matanya, sungguh rasa malas untuk berbicara itu ada, kenapa dia harus bertemu dengan Evans lagi.

"Mana gua tau!."

"Biasa mereka itu cemburu ama saka, yang deket ama lu Evans, si saka ini disebut-sebut uke binal di sekolah ini, emang lu gak tahu?." Celetuk Pranwin, dengan membawa bajunya.

"Heh bangsat, sekali lu ngatain gua uke binal gua lemparin sepatu ke muka lu itu, semisalnya gua gay mana mau gua jadi pihak bawahnya, maen ngatur aja!." Runtuk saka, menatap marah pada Pranwin

Ken yang mendengar ucapan saka itu, menahan tawanya dan berbisik pada Louis yang berada di sampingnya.

"Jika Evans yang menjadi pihak bawah menurut mu bagaimana?."

"Itu tidak lucu, dan tidak mendominasi." Balas Louis

Ken berusaha menahan tawanya, tapi perutnya merasa di gelitiki sesuatu, dengan mendekap mulutnya agar tidak tertawa.

"Berhentilah tertawa Ken!" Ujar Louis, langsung mengalihkan diri pada Novelnya.

"Diam!" Tegas Evans

"Putthhh!, Jika kau menjadi pihak bawah Evans itu tidak terdengar lucu HAHAHAHA!." Pranwin mendengar ucapan saka itu, lolos membuatnya tertawa terbahak-bahak.

"Jadi bener lu gay Vans?." Ujar saka

"Tidak tahu, cepatlah ganti."

"Kalo gua gak tertarik tentang hubungan." Sambung saka, meraih baju di tangan Pranwin.

Evans yang mendengarkan ucapan Saka ini, entah kenapa membuat hatinya tidak terima, ada rasa gejolak aneh di dadanya.

"Jadi lu gak tertarik ama hubungan gitu?." Tanya Pranwin, mencoba menggali informasi

"Hmm, gua bodo amat ama hubungan."

"Terus lu pernah suka ama orang gitu?."

"Gak tertarik."

"Kalo pengen coba-coba gimana?."

"Ehh denger hati bukan barang buat di coba-coba, kalo gak ada rasa ya jangan maksa!." Balas Saka, sambil melepas kancing bajunya.

"Bijak juga lu." Puji Pranwin

Sedangkan tiga orang itu hanya menyimak, sampai Louis membuka suaranya.

"What your doing?." Ujar Louis, menatap saka yang ingin melepaskan baju

"Undressing of course, so why?"Bingung saka yang juga membalas bahasa ucapan Louis

Louis langsung menutup mulutnya, berbicara bahasa Inggrisnya kambuh lagi.

"You understand?." Tanya Ken, menaikkan alisnya sebelah

"Of course!, Bukankah bahasa Inggris bahasa internasional, pastilah semua orang tahu.." Balas saka

"Bukan, hanya murid berandal seperti mu yang jarang masuk kelas, tidak suka belajar, bisa paham?."

Mendengarkan itu saka memberi tatapan malasnya, menghina ternyata.

"Apakah semua murid nakal itu bodoh, atau kamu yang kurang berpikir lagi?." Saka membalas ucapan ken yang seperti merendahkan.

Ken yang mendengar itu terdiam, ternyata saka pintar bermain kata-kata.

Saka melepaskan bajunya, membuatnya telanjang dada, dan yah tubuh yang begitu pas, atletis, berbentuk, cukup terlihat berotot.

Membuat mereka berempat menggigit bibir bawahnya, saka benar-benar membuat nafsu mereka bangun.

"Aku ke perpustakaan dulu!." Ujar Louis, langsung melangkah pergi dari ruangan itu

"Aku ingin ke kantin, membeli minuman." Lanjut Ken ikut menyusul Louis

"Kalau begitu aku pergi ke kelas dulu, ada tugas yang belum aku kerjakan!." Sambung Pranwin, yang juga ikut menyusul pergi

Selesai mengganti bajunya, saka melipatkan lengan baju, itu membuat saka risih, pakaian yang dia gunakan berlengan pendek, tapi ini berlengan panjang,jadi agar lebih nyaman menurut saka.

"Gua ucapin makasih Vans, temen lu aneh gua pergi dulu." Ujar Saka sambil menepuk bahu Evans yang terbengong bengong.

Setelah saka keluar dari ruangan Evans, dia langsung mengusap wajahnya gusar, memang benar saka bisa membangkitkan hasrat dan gairahnya.

"Akan ku jadikan kau milikku saka!.