BAB 23 : Tentang menampar

Sampai saka melayangkan sebuah tamparan yang tidak begitu keras, kepada tiga perempuan itu dan ia langsung menarik tangan Jolie untuk ke belakang tubuhnya.

Plak!

Plak!

Plak!

"Gua bisa nampar lu bertiga lebih kuat, tapi karena lu bertiga cewe mau gimana lagi jadi harus lembut dikit." Tegas saka dengan ekspresi wajah datar.

Semua orang yang berada di dalam kantin, memasang wajah terkejutnya, bahkan ada yang mulai merekam adegan itu.

"Woah!"

"Gimana itu rasanya?."

"Emang berani bener itu si saka."

"Astaga!."

Gara yang berada di dekat saka juga sama terkejutnya, bagaimana tidak saka adalah seorang laki-laki sedangkan dia menampar tiga perempuan apa lagi mereka adalah kakak kelas.

Sedangkan tiga perempuan itu, Jessie, Mela, dan Tasya memegang pipi mereka yang terasa lumayan sakit.

"Sak lu?." Cicit Jolie, hampir tidak percaya dengan tindakan saka tadi.

"Terus lu Jolie ikut gua!." Saka langsung menarik tangan Jolie pergi dari dalam kantin, orang-orang yang melihat itu bersorak atas tindakan saka.

Gara yang berdiam diri di tempat, mejelingkan matanya pada kakak kelasnya itu, lalu duduk untuk menyantap makanannya yang tadi dia beli, sepertinya saka tidak akan ikut makan lagi, sudah dua kali gara mendapatkan gratisan dari saka.

"Maen ninggalin gua aja!."Gara berdecak kesal tapi ada perasaan senang, karena dapat makanan gratis, belum lagi tadi saka memberikan uang lebih jadi ia yang mengambil sisanya, baik memang si saka.

Beralih pada sosok saka dan Jolie, saka membawa Jolie ke sebuah taman sekolah yang berada di belakang sekolah, cukup luas memang tamannya.

Entah beruntung atau tidak bagi saka, dia bisa bersekolah di SMA yang terbilang elite, bagaimana tidak sekolahnya bertingkat, sangat luas sekali tempatnya, memiliki sistem pembelajaran yang efektif, memiliki bidang pendidikan yang bagus, seragamnya saja seperti murid luar negeri.

Seragam yang dikenakan saka, memiliki celana panjang ada juga yang memakai selutut berwarna abu-abu, bajunya saja ada yang berlengan pendek dan panjang, jika untuk orang yang memiliki jabatan di sekolah maka mereka akan mengenakan stelan jas berwarna abu-abu dengan dasi yang melengkapi berwarna hitam.

Untuk perempuan mereka menggunakan rok sebatas lutut berwarna abu-abu juga, dengan baju berkemeja putih ada sebatas siku atau juga sampai lengan panjang. Tapi ada beberapa perempuan yang sengaja dinaikkan roknya agar terlihat lebih seksi lah.

Beralih pada saka, dia terus menarik tangan Jolie untuk duduk di bangku taman sekolah yang sudah di sediakan itu.

"Sak lepasin sakit tahu!." Jolie meringis karena pergelangan tangannya di cengkram kuat oleh saka.

"Diam!." Sentak Saka, lalu melepaskan tarikannya.

Jolie hanya terdiam lalu duduk di bangku sekolah itu, dan menatap saka yang terlihat sedang mengacak rambutnya frustasi.

"Sak lu kenapa?." Tanya Jolie, mencoba memegang tangan saka, tapi sang empu langsung menepisnya.

"Bisa diam!." Lagi-lagi saka membuat Jolie terdiam tanpa kata.

"Lu kenapa dateng kesana hah?." Saka menatap datar Jolie, dengan gertakan giginya.

"Buat selametin lu lah, gua cari lu tadi tapi gak ada di kelas jadi gua iseng cari di kantin, malah ketemu lu yang lagi di runding masalah." Jelas Jolie, dengan senyuman konyolnya.

"Lu tahu kenapa gua ke kantin?."

"Hmm gak."

Saka mengusap wajahnya dengan kasar, sambil menghela nafas panjang.

"Gua pengen dapetin nada yang indah, tapi kacau karena mereka bertiga terus belum lagi lu yang teriak-teriak gak jelas, di dalem kantin!."

"Gua salah ya saka?." Jolie menundukkan kepalanya.

"Lu gak salah, cuma gua aja yang lagi emosi!."

Walaupun begitu, bagi Jolie saka memang sedang marah, terdengar dari nada bicaranya yang masih kesal.

"Maaf ya, gua bikin lu kehilangan nada yang berharga itu, walaupun gua gak ngerti maksudnya."

"Kenapa dari dulu lu sering ngelindungin gua, apa lagi pas gua kena bullying dan sampai sekarang lu masih ngelindungin gua yang cowo ini?."

"Kan saka temen gua, jadi wajarlah." Balas Jolie lalu berdiri berhadapan dengan saka.

Jolie menatap mata coklat yang terlihat terang itu, terkena cahaya matahari yang menambah keindahan bola mata saka.

"Gua cowo Jolie, sekalipun lu temen gua itu gak terdengar bagus jadi jangan manjain gua!."

"Gua gak manjain lu sak, gua cuma pengen ngelindungin lu itu aja, emang salah cewe jagain temen cowo ya sendiri?."

"Heran gua, kenapa lu mau temenan dulu waktu gua baru sekolah disini, dan gua ini di kenal murid nakal."

"Terus?." Jolie mengernyitkan alisnya, bingung dengan lontaran kalimat saka.

"Lu gak malu karena gua, lu kan Jolie murid yang di kenal dengan sikap sopan santun, tapi tadi lu ngerusak reputasi sendiri."

"Reputasi tidaklah penting saka, terkadang untuk ku teman lah yang lebih penting." Jolie tersenyum lembut pada saka, menanggapi ucapanya saka.

"Jangan ngubah nada ucapan lu, dah gua mau masuk ke kelas." Setelah mengatakan itu saka meninggalkan Jolie sendiri di taman sekolah.

Jolie menatap kepergian saka yang semakin menjauh dari taman, ia hanya mampu mengulas senyumannya.

"Saka aku harap kau mau ikut bersama dengan ku nanti, entah bisa atau tidak aku akan membawamu pergi bersama ku, aku sudah berjanji." Guma Jolie, dan melangkah pergi dari taman sekolah itu.

Kembali pada sosok saka yang sudah berada di dalam kelasnya, ia membuka layar ponselnya lalu ada sebuah notifikasi yang muncul, ia membuka notifikasi itu dan menampilkan sebuah video singkat tentang dirinya sedang menampar tiga perempuan tadi di kantin.

"Oh begini ya, tidak di sangka mereka merekamnya, tapi mereka tidak tahu siapa yang sedang di hadapinya hehe." Saka tersenyum miring, lalu mulai mencari siapa yang sudah menyebarkan video tentang dirinya.

"WOY SAK!." Teriaknya, membuat seisi ruangan itu menggema.

Saka menolehkan kepalanya, dan mendapati gara yang sedang berjalan kearah bangkunya.

"Apa?." Saka menjawab panggilan gara tadi.

Gara berjalan kearah bangku saka, dengan ekspresi yang tidak bisa di tentukan.

"Ini liat." Gara memperlihatkan sebuah video singkat.

Saka menatap kearah ponsel gara yang menampilkan video singkat tentang dirinya tadi, saka hanya mengangguk dan tidak berkomentar apapun tentang hal itu.

"Yaelah kenapa lu diem sak?." Tanya Gara merasa bingung dengan ekspresi santai saka.

"Terus?." Saka membalas dengan menaikkan alisnya sebelah.

"Gak takut lu, di keluarin dari sekolah karena nampar cewe?."

"Emang ada peraturannya?, Kalo nampar cewe bakal di keluarin dari sekolah." Ucap saka dengan santainya.

"Umm, belum ada sih."

"Gua gak takut ama hukumannya nanti.''

"Menurut lu tindakan tadi gimana?, Maksudnya gini kita kan cowo sedangkan mereka itu cewe, susah buat bilangin."

"Mereka emang cewe, tapi kelakuan mereka mengakibatkan habisnya kesabaran, kita perlu memberi teguran asal jangan melakukan kekerasan.''

"Bukannya tindakan lu tadi disebut kekerasan terhadap perempuan?." Gara memberi tanggapan atas ucapan saka.

"Gua punya batasan kesabaran, mungkin menurut lu ucapan gua itu salah, gua memang gak terlalu pinter buat cari kata-kata, itu yang gua ucapin tadi pecahin aja apa maksudnya."

"Otak lelet gini di suruh mikir teka-teki, mendingan tidur!."

"Yaudah tidur aja sana, emang ada yang ngelarang?."

"Ehh sak, boleh minta nomor wa lu?."

"Gak ada, males wa."

"Astaga berarti lu beli hp semahal ini buat apa, mendingan buat gua aja hehehe!." Cengir gara sambil mengambil handphone saka yang berada di tangannya.

"Pengen, beli sendiri!." Saka langsung mengambil kembali Handphonenya.

"Tau ahh, itu si Ronal gak keliatan dari tadi kemana sih dia?." Gara menatap kearah bangku Ronal duduk.

"Kangen ya?." Saka yang mendengar itu, mengusili gara.

"Apaan sih!." Gara langsung duduk di bangkunya, dengan menatap kesal pada saka yang berani mengusilinya.

"Sebentar lagi bel, ntar si Ronal masuk tenang aja."

Benar beberapa menit kemudian bel sekolah, berbunyi untuk masuk ke pelajaran berikutnya.

Sedangkan sosok saka seperti biasa, menatap datar kehadiran anggota sekelasnya.

Lalu gara mulai memukul meja yang menimbulkan bunyi, baginya seperti drum saja, sambil menunggu kedatangan Ronal.

"Hari ini lu kenapa sih Ron?'' Batin gara, menatap kearah pintu kelasnya.