WebNovelAKSI CINTA100.00%

BAB 33 : Raditya terpesona

Di pagi hari, terdengar suara bising dari dapur, Raditya mengerjapkan matanya untuk melihat sekeliling. Dia sedang tidur di kamar dengan selimut yang masih menutup tubuhnya.

"Kamar siapa ini, kayaknya si saka." Guma Raditya sambil turun dari ranjang.

Dia keluar dari kamar itu untuk melihat dari mana asal suara bising, dengan rasa was-was Raditya masuk ke arah dapur matanya tertuju kepada seseorang yang sedang sibuk memasak.

"Lu siapa?." Tanya Raditya, dia tidak tahu jika yang sedang memasak itu adalah saka.

Orang yang sedang sibuk memasak itu dengan celemek hitam melilit tubuhnya, dia menolehkan kepala menatap kearah Raditya yang terlihat seperti ketakutan.

Saka yang sambil meletakkan masakannya di piring lalu membawanya ke meja makan, menjawab.

"Baru bangun?." Ucap saka dengan menampilkan senyum di wajahnya.

Raditya tersipu entah kenapa, melihat senyuman saka yang menawan. Tampan, manis, dan cantik menjadi satu. Mata yang menyipit, hidung mancung, alis yang terbentuk rapi, belum lagi bibir tipis yang terlihat merah muda, oh dan jangan lupakan bulu mata lentiknya.

Ia kagum dengan pesona saka, sebelum Raditya mengenal saka ia benar-benar tidak tahu jika ada sosok yang seperti saka, kenapa dirinya baru menyadari betapa menawan dan manisnya saka.

"Sudah selesai mengagumi pesona ku?." Ujar Saka, membuat lamunan Raditya menjadi buyar.

"Apaan sih, gua cuma kaget aja." Elak Raditya, memasang ekspresi wajah yang seperti tidak terjadi apa-apa.

"Oh, lebih baik kau mandi dulu baru makan."

Raditya mengangguk kecil, dia langsung melangkah pergi menuju kamar mandi.

Saka yang melihat Raditya kegagapan itu, terkekeh kecil. Tingkah Raditya bisa membuatnya merasa gemas.

"Dia pikir aku tidak tahu jika dirinya terpesona dengan ku, jika aku pikirkan setampan itukah diriku?."

Saka hanya menggelengkan kepalanya, memikirkannya saja sudah membuat otak ingin ikut tertawa.

Sedangkan Raditya yang sedang berada di kamar mandi, masih kagum dengan sosok saka yang dia lihat pagi ini. Kenapa sosok yang seperti saka tadi tidak pernah ia lihat selama mengenal saka belakangan ini.

"Gua mikirin apa coba, sadar Raditya saka cowo sedangkan diri lu juga cowo." Raditya mengusak rambutnya merasa ada yang aneh.

Setelah beberapa menit kemudian, Raditya keluar dari kamar mandi. Matanya langsung tertuju pada saka yang sedang duduk di kursi meja makan dengan memainkan ponsel sambil kakinya di silangkan.

"Sudah selesai, ayo makan bersama." Saka melihat kearah Raditya

Raditya yang mendengar itu, tanpa basa-basi dia berjalan kearah meja makan dan lalu mendudukkan bokongnya di kursi.

"Hari ini aku hanya bisa memasak ini maaf ya Raditya, oh ya boleh tidak aku berangkat ke sekolah naik mobil mu?." Ucap saka sambil memasukkan makanan ke mulutnya.

"Oke lah..." Rasa gugup terlihat dari wajah Raditya, dia belum bisa menatap saka.

"Astaga Raditya, kenapa kau terlihat gugup seperti itu apa ada masalah?." Kekeh saka

"Tidak." Sambil mengunyah makanannya, ternyata masakan saka terasa nikmat membuat lidah ingin menari-nari.

"Baiklah jika tidak ingin mengatakannya, hari ini Jumat kau akan ada kelas olahraga benar tidak?."

"Ya." Tunggu kenapa Raditya baru sadar, cara berbicara saka terdengar beda dari biasanya.

Dia menatap saka yang juga menatap dirinya saat ini dengan senyum manis itu di wajahnya, Raditya langsung memasang tampang bingungnya.

"Ada yang ingin kau tanyakan Raditya?." Saka tahu bahwa Raditya sekarang  ingin menanyakan sesuatu, terlihat dari ekspresinya.

"Umm, kenapa nada bicara lu beda sak?."

"Astaga, apa ini salah?."

"Bukan kayak gitu."

"Lalu?."

"Aneh aja."

"Begitu ya, tidak usah dipikirkan. Kau tidak akan mengerti dengan penjelasan ku nanti."

"Maaf Sak."

"Hei boleh aku bertanya, apa alasan mu ingin berteman dengan ku. Padahal aku ini terkenal murid yang brandal bisa-bisa aku menghancurkan reputasi mu.''

Baiklah sepertinya saka akhir-akhir ini sering berbicara banyak.

Raditya menghentikan acara makannya, dia merasa ragu untuk mengatakannya pada saka.

"Um, gua awal kenal ama lu kan gara-gara berita lu ama Evans, jadi intinya gua merasa penasaran ama sosok saka terus gua tanya ke beberapa murid tentang lu, gitulah. Gak nyangka gua bisa nyaman temenan ama lu saka." Jelas Raditya, tidak berani menatap saka.

"Oh begitu, lebih baik kita berangkat sekarang nanti bisa telat." Saka bangkit dari duduknya.

"Ok gua siapin buku yang mau di bawa."

Mungkin perbincangan mereka pagi ini terdengar biasa saja, tapi suatu hari akan mereka ingat. Tapi apa manfaatnya?.

Dua pemuda itu naik mobil bersama untuk datang ke sekolah, selama di perjalanan tidak ada satu obrolan antara mereka.

Senyap begitulah keadaan di dalam mobil, saka yang sedang mendengarkan musik dengan earphonenya sedangkan Raditya fokus menyetir mobil.