BAB 32 : Ke suatu tempat

Malam hari ini pukul 23:55, saka yang yang berkerja di cafe sudah menyelesaikan pekerjaannya.

"Kak Lina saka pulang dulu." Ujar saka, yang melihat Lina sudah naik ke motor scooternya.

Lina membalas dengan senyum, melihat saka yang selalu seperti biasanya. Yang sering mengatakan itu saat waktu pulang dari kerjanya.

"Iya saka, hati-hati dan buat kamu Raditya jangan ngebut di jalan."

Raditya mengangguk-anggukkan kepalanya, dia menatap kearah saka sedangkan saka juga membalas dengan anggukan kecil.

Raditya dan saka ingin masuk ke dalam mobil, malam ini saka terlalu malas untuk mengendarai motornya jadi dia menyuruh Raditya untuk mengantarkannya ke tempat kerja.

Sebelum Raditya masuk ke dalam mobil, di cegah oleh saka.

"Gua yang nyetir."

Raditya membalikkan badannya, menatap saka dengan ekspresi bingung. Dan dia menjawab ucapan saka itu.

"Emang lu bisa?."

"Gua pengen ke suatu tempat dulu, lu ikut aja." Dengan santai saka mengambil kunci mobilnya yang berada di tangan Raditya lalu menghidupkannya dan masuk ke mobil, dan duduk di bangku kemudi.

Raditya tidak ingin ambil pusing, dia juga ikut masuk lalu ikut duduk di bagian depan.

"Sak kita mau kemana ini, gak pulang?." Tanya Raditya penuh dengan tanda tanya.

Saka menjalankan mobilnya perlahan, dan tanpa aba-aba dia langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menyusuri jalanan di malam hari.

"Astaga sak, lu pengen mati!." Pekik Raditya dengan wajah kaget dan takutnya, nyawanya ingin melayang seketika.

"Yaelah tenang aja, gak mati juga kalo lu pengen mati yaudah gua penuhin." Saka menambah kecepatan mobilnya, menyalip beberapa mobil.

Raditya semakin khawatir, jika yang dikatakan oleh saka bisa menjadi kenyataan maka Raditya menolak saja, hidupnya masih muda dan masa depan menunggu. Yang benar saja jika hidupnya langsung suram karena mati, Raditya tidak menginginkan hal itu dulu terjadi.

"Sak jangan ngajak gua mati, umur gua masih muda!." Raditya menutup matanya karena saking ketakutan, tidak berani melihat kearah jalan.

"Gua kira lu pengen, lu ngapain sampe nutup mata." Saka mengurangi kecepatan mobilnya, menahan tawa melihat Raditya yang ketakutan.

Raditya mengusap dadanya, mencoba mengatur detak jantungnya. Dan lalu menatap saka dengan sinis, sedangkan saka tidak memperdulikan tatapan itu, dia malah bersiul.

"Kita sebenernya mau kemana sak?."

"Dah gua bilang mau ke suatu tempat dulu."

"Ya kemana, gua tahu mau ke suatu tempat tapi ke mananya?." Raditya menghela nafas panjang yang mendengar ucapan saka itu.

"Ke bar."

Raditya yang mendengar kata bar, melototkan matanya. Masih susah mencerna ucapan saka barusan ini, mana mungkin dua pemuda yang masih memiliki status pelajaran SMA bisa masuk ke tempat seperti itu.

"Yakin?." Ragu Raditya

"Ikut ajalah."

Raditya di penuhi oleh keraguan, masih tidak percaya bahwa saka akan pergi ke tempat seperti itu, tempat yang dipenuhi oleh orang-orang yang memiliki pergaulan bebas dan tidak benar.

***

Hampir lima belas menitan mereka berdua belum sampai di tempat tujuannya, saka dari tadi belum mengatakan apapun, tempatnya begitu jauhkah?.

"Sak masih lama?."

"Lu nanya kayak gitu sampe ratusan kali, bosen gua dengernya. Tinggal sabar aja apa coba susahnya."

"Dari tadi gak nyampe, jadi gua nanya lah emang salah?."

"Salah."

"Seterah lu deh sak."

Setelah melewati lima menit, akhirnya mereka sampai di sebuah tempat yang terbilang cukup besar, sunyi itulah yang di dengar oleh telinga Raditya. Bukankah tempat bar kenapa bisa senyap seperti ini, bar sering terbilang tempat yang berisik pasti terdengar juga suara musik.

"Gua baru tahu ada tempat kayak gini, yakin ini tempat bar?."

Mereka berdua keluar dari mobil, saka menatap kearah Raditya dan menjawab pertanyaannya.

"Ini tempat santai, dan cuma di khususkan untuk orang yang tertentu. Lu aman dateng kesini karena bareng gua." Jelas saka

"Tapi lu bilang tempatnya bar, gak keliatan kayak bar."

"Ikut aja."

Dua pemuda itu berjalan kearah pintu masuk, ada seorang penjaga pria dia meminta sebuah indentitas diri, saka menunjukkannya sedangkan penjaga itu mengangguk dan mempersilahkan dua orang itu masuk, tapi Raditya di cegah.

"Tunggu anda siapa?."

Raditya bingung ingin menjawab apa, tapi saka menimpalinya.

"Dia bersama ku, izinkan dia masuk." Ujar Saka, dengan ekspresi wajah datar.

"Begitu ya, baiklah silahkan masuk."

Sedangkan Raditya masih berdiam diri di tempatnya, saka memutar bola mata malas yang melihat tingkah Raditya seperti anak kecil kehilangan orang tua langsung saja saka menarik tangan Raditya untuk masuk.

Ketika mereka masuk sudah di sambut dengan tempat yang terlihat elegan, dekorasi yang tidak mencolok, warna khas hitam dan coklat, gelas-gelas yang tersusun rapi, berbagai minuman alkohol tersedia.

"Selamat datang lagi Khan, bagaimana kabarmu?." Ucapnya yang sedang membersihkan beberapa gelas.

"Gua baik aja Jons, mereka dah dateng?." Tanya saka

"Sudah tentunya, ehh lelaki tampan di sampingmu siapa Khan?." Jons melihat kearah Raditya, sambil tersenyum ramah.

"Temen gua Raditya, gua duluan."

"Silahkan."

Saka berjalan ke arah pintu lainnya lalu Raditya hanya mengikuti saka dari belakang, dia sempat melirik kearah Jons sedangkan orang yang di tatap Raditya memberikan senyuman ramah.

Clek

"Ehh?."

"Hah, Khan akhirnya lu dateng!." Langsung memeluk saka dengan erat.

Raditya menatap ruangan itu dengan ekspresi wajah bingung, ada beberapa laki yang juga ada di ruangan itu. Belum lagi Raditya bingung kenapa saka di panggil Khan begitu banyak rasa penasaran Raditya yang belum terjawab.

"Lu bawa Raditya Khan?." Yang bertanya adalah Dralen, ia berpakaian sedikit acak-acakan, kancing yang terbuka, dengan minuman di tangannya.

"Lu ngapain disini Dralen?." Raditya malah bertanya kembali.

"Lah lu ngapain disini juga?."

Raditya tidak menjawabnya, dia terus memutarkan otaknya yang tidak paham dengan keadaan.

Saka memilih duduk di tengah beberapa laki-laki yang sedang duduk juga, dan jangan lupakan ekspresi wajah saka yang

berseringai itu dan kaki dia naikan di atas meja kaca itu.

"Khan ini anak polos lu bawa kesini, sumpah pemikiran lu dimana?." Ujar Dralen

"Lu bawa temen kesini?." Ujar Umarov, mengernyitkan alisnya.

"Dia takut di rumah."

"Hei!, Gua dari tadi bingung saka. Mereka semua siapa?." Raditya langsung tidak terima dengan ucapan saka itu, merasa seperti anak kecil saja.

"Lu ngapain berdiri di ambang pintu gitu, mau jadi patung pajangan?." Seru Fandri, sambil minum alkoholnya itu.

"Anak baru nih, kenalin gua Andika." Sambil merangkul pundak Raditya, sedangkan Raditya risih sebenarnya.

"Kenalin gua ganta, lu mau minum apa?."

"Sorry gua bukan peminum." Tolok Raditya, dengan raut wajah tidak suka.

"Ckckck, temen lu cupu Khan." Tori yang mendengar tolakan Raditya, memberi tatapan ejekan.

"Gak usah ganggu dia lah, lu mau pulang atau nunggu gua disini Raditya, gua cuma pengen ngumpul ama mereka sebentar." Saka menaikkan alisnya sebelah, menunggu jawaban dari Raditya.

Raditya merasa risih, di benaknya dia ingin tetap bersama saka, tapi indra penciumannya tidak suka dengan bau minuman keras.

"Gua nunggu aja."

"Kalo itu mau lu, silahkan aja."

"Duduk aja lah, gak capek lu berdiri terus?."

"Mungkin mau jadi patung pajangan."

Raditya mendengus kesal mendengar celetukan teman-teman saka, dia memilih duduk saja menunggu saka selesai dengan acara kumpulannya itu, sambil memainkan Handphone.

Lamanya berkumpul membuat Raditya merasa mengantuk dia mencoba memejamkan matanya sebentar tapi malah ketiduran.

Saka yang melihat Raditya tidur dengan menompa dagunya itu, bangkit dari duduknya dan meletakkan gelas alkoholnya.

"Lu mau pulang Khan?." Tanya Dralen,

melihat saka menghampiri Raditya yang sedang tertidur pulas.

"Hmm, kasian dia nunggu lama karena gua. Jadi gua pulang dulu."

"Hati-hati lu sak."

"Hmm." Saka mencoba mengangkat tubuh Raditya, lumayan berat juga bagi saka tapi dia tidak ingin membuat Raditya bangun.

"Tinggal bangunin aja Khan."

"Kasian, kayaknya ngantuk bener gua duluan semuanya." Saka keluar dari ambang pintu, meninggalkan mereka yang ingin masih bercanda gurau.

Saat ini sudah pukul 02:40 itu hampir pagi, saka membawa Raditya kedalam mobil dan meletakkan tubuh Raditya secara perlahan dan tidak lupa untuk memakaikan sabuk pengamannya.

Saka meninggalkan area tempat itu, seperti inilah jika saka ada waktu, dia akan memilih untuk berkumpul dengan teman segengnya. Dia juga ingin menghindari mimpi buruk yang selalu dia alami saat tidur.

***

Di tempat lainnya, terlihat dua wanita sedang memperbincangkan sesuatu.

"Jadi bagaimana?." Tanya salah satu perempuan itu.

"Masih permulaan, aku pasti akan menjaganya dengan baik dan berusaha melindunginya dari masalah apapun." Jawabannya, dia sedang berada di balkon dengan menatap ke atas langit malam.

"Baguslah, aku senang mendengarnya jika ada masalah katakan saja. Aku akan melaporkan hasilnya pada Tuan."

"Aku mengerti, kau tahu sangat malas kembali lagi ke dunia sekolah dan itu benar-benar menyebalkan."

"Hahahaha, umur yang sudah dua puluh dua tahun kembali lagi ke masa sekolah. Sangat merepotkan bukan?."

"An-trioblóideach!"

Dua wanita itu membahas tentang masalah, dengan menikmati keindahan malam ini.