bagian 17

"Yera gimana?" tanya Lian sembari menyesap kopi dalam cangkir plastik.

Arka menoleh, ia mengerti jika pertanyaan itu ditujukan kepadanya. "Baik," balas Arka.

Lian tertawa kecil. Tiga pria itu tengah bersantai di kantin rumah sakit selagi para orangtua mereka tengah berada diruangan tempat Yera diinap.

"Ya walau harus sabar sih. Tapi dia anak yang baik walau bawel dan cengeng," lanjut Arka menatap lurus kedepan.

"Yera itu anaknya gak bisa sendirian, makanya gue kasih dia kucing biar ada temen setelah Albara lanjut kuliah di belanda," Lian mengulum bibir. "Jujur gue gak rela dia nikah muda."

Albara mengangguk, "apalagi sama om-om."

"Lo juga om-om dong? umur lo setahun lebih muda dari gue," kata Arka membuat Albara mendengus.

"Beda lagi," sewotnya.

"Yera takut gelap, makanya kamar dia sebelahan sama gue biar kalo ada pemadaman gue bisa langsung lari ke kamarnya," Lian kembali menambahkan.

"Tolong, kalo lo udah gak mau sama Yera jangan sakitin dia. Lo cukup kasih tahu gue biar gue bisa bawa dia balik," tutur Lian membuat Arka menoleh kembali.

"Gue udah coba buat nerima dia," jawab Arka.

Albara menoleh, "Buset dipelet ya lo?"

Lian melotot, menyuruh adiknya itu agar diam untuk tidak membuat lelucon atau perkataan bodoh.

"Kalo sekiranya lo ada pertanyaan atau bingung tentang Yera, lo bisa tanyain ke gue kapanpun itu," ucap Lian.

Arka menggeleng, "Gue akan pahami dia sendiri."

Lian tersenyum lantas menepuk pundak Arka. "Makasih udah mau nerima adik gue."

"Udah seharusnya kali," ucap Albara sembari menyedot minuman boba.

-[]-

Hari ini Yera pulang, keadaannya sudah membaik namun ia masih belum lepas dari beberapa obat yang sudah Dokter tetapkan.

"Akhirnya setelah sekian lama pulang juga," ucap Yera seakan lega keluar dari 'penjara' baginya.

"kalau ada apa-apa kamu bisa panggil saya," Arka berujar sembari membuka knop pintu kamarnya.

Yera cemberut. "Arka gak mau tidur sama aku gitu?"

Arka menggeleng, "Jangan dulu."

"Ih aku gak akan macem-macem kok serius," Yera tersenyum manis untuk memikat.

"Saya tidak mau," jawab Arka tegas lantas masuk kedalam kamarnya membuat gadis itu merengek pelan.

Yera segera tertawa kecil ketika ia baru saja memiliki ide, jika Arka tak mau makan ia akan membuat Arka mau.

Disisi lain Arka mulai merebahkan tubuhnya diatas kasur.

seminggu ini Arka tidak dapat tertidur nyenyak dikarnakan harus berulang kali memeriksa keadaan Yera ditengah malam.

Arka mengambil ponsel yang ada diatas nakas. Pria itu menekan tombol power lantas menggeser layarnya agar ponsel tak terkunci. Ia tersenyum tipis ketika melihat wajah Yera berada dalam wallpaper ponselnya.

Ia mengusap wajah Yera yang ada di dalam layar. "Cantik," gumamnya.

Arka kembali menyimpan ponselnya disamping tubuhnya, lelaki itu lantas memejamkan mata. Ia merasa cukup lelah.

-[]-

"ARKA!" Yera berteriak membuat Arks terbangun, ia segera berlari keluar dari kamar dan mendapati Yera yang tengah berdiri di depan kamarnya.

"Ada apa?" tanya Arka khawatir.

Yera memasang ekspresi seperti ingin menangis. "Di kamar aku ada kecoak, takut."

Arka menghela nafas pelan. "Yasudah kita tukar kamar dulu."

"Eh jangan!" Yera segera menahan. "Tadi udah aku semprot obat nyamuk ampir sebotol habis, takutnya kamu keracunan," lanjutnya.

"Kamu tidur sana."

Yera menggeleng, "Mau nonton dulu, ada film doraemon sekarang."

Arka mengangguk, "Kalau begitu saya tidur duluan."

Yera segera menahan tangan Arka. "Temenin dulu aku nonton."

Arka mengalah. Mereka berjalan menuju sofa dengan layar telvisi yang sudah menyala.

Yera segera menyenderkan kepalanya dibahu Arka ketika mereka sudah duduk di sofa.

"Kamu pernah gini gak sama mantan kamu dulu?" Entah kenapa pertanyaan itu tiba-tiba muncul dalam kepala Yera.

"Untuk apa saya menjawab pertanyaan yang tidak penting?" ucap Arka seolah tak mau membahas ini.

Yera menepuk paha Arka. "Ish jawab aja dulu."

"Pernah."

Yera cemberut. Ia menyesal telah mengajukan pertanyaan itu namun rasa penasarannya mulai meronta-ronta.

"Sama siapa?" tanya Yera dengan nada cemberut membuat Arka menoleh menatap kepala Yera dari samping.

"Udah jangan dibahas, filmnya udah mulai," kata Arka tak mau melanjutkan pembahasan.

Yera mengangguk.

Sepanjang film Yera hanya cemberut karna ia merasa cemburu. Ia penasaran siapa mantan Arka.

Disaat film sudah selesaipun ia masih bergelut dengan pikirannya itu.

"Udah larut, gak mau tidur?" tanya Arka ketika Yera tak bergeming ketika film sudah selesai.

"Gak mau. Aku ngambek," ucapan Yera sukses membuat Arka kebingungan.

"Ngambek kenapa?" tanya Arka memastikan.

"Masa gak peka?" Yera menyilangkan tangannya didepan dada.

Arka menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu.

"Mantan kamu siapa?" tanya Yera pelan.

"Astaga. Kenapa sih? gak penting Yera," ucap Arka mengusap wajahnya.

"Ish tinggal jawab aja."

Arka mengela nafas. "Bukan mantan, lebih tepatnya teman. Oke?"

Mimik wajah Yera seketika berubah, tak menampilkan wajah cemberut melainkan menampilkan seulas senyum tipis. "Beneran?"

"Iya. Udah tidur ya, saya gendong."

Arka menggendong Yera ala bridal style agar gadis itu tak terus-terusan bertanya.

"Arka udah mulai sosweet ya?" tanya Yera sembari mengalungkan tangannya dileher Arka.

"Saya sudah yakin kalau kamu pasti akan meminta hal ini," balasnya membuat gadis itu cekikikan.

-[]-

"Mau sampai kapan begini?" tanya Arka karna Yera tak mau melepaskan pelukannya sejak mereka terbangun tadi.

"Ih masih kangen Arka, kerjanya agak siang gak papa kan?" ucap gadis itu dengan nada manja.

"Ya sudah saya berangkat nanti jam 9an," ucap Arka pasrah.

Yera tertawa kecil. "Gak ada morning kiss?" tanya Yera membuat Arka terbatuk.

"Gamau?" tanya Yera dengan nada cemberut.

"Saya mau siapin sarapan dulu," Arka segera beranjak membuat pelukan Yera terlepas.

Yera menghela nafas.

Selagi Arka menyiapkan sarapan, Yera mandi terlebih dahulu karna saat ia diinap ia mandi hanya beberapa kali dalam seminggu membuatnya tak nyaman.

"Selama belum pulih sepenuhnya kamu harus rajin makan sayur dulu," ucap Arka ketika menatap hidangan yang ada diatas meja.

"Heem gak papa kok selagi Arka yang masak pasti aku makan kok," balas Yera lantas mengambil nasi.

Arka menyodorkan lauk pauknya kepada Yera.

Yera mulai mengambil suapan pertamanya.

"Aku besok udah boleh masuk sekolah?" tanya Yera disela makannya.

"Jangan dulu, kamu harus benar-benar sembuh," tegas Arka.

Yera cemberut. "Tapi bosen Arka dirumah terus sendirian, kamu kan kerja."

Arka kembali teringat perkataan Lian jika Yera tak suka sendirian.

"Kamu boleh ikut sayang ke kantor, kamu bisa tidur disana selagi saya bekerja atau mengobrol dengan Kenzo," lanjut Arka membuat Yera menoleh.

"Mending sekolah aja," lanjut gadis itu.

"Oh jadi kamu memilih bersekolah dibanding bersama saya?"

Yera segera menggeleng mendengar pertanyaan Arka.

"Kalau begitu nurut," ucap Arka sembari tersenyum kecil.