bagian 21

"Selamat pagi kawan-kawan," ucap Yera girang ketika gadis itu memasuki kelas setelah satu minggu lebih tak masuk.

"Gue kira lo mati," kata Frendi yang tengah memakan gorengan yang baru ia beli karna tak sempat sarapan di rumah.

Yera mendelik lantas ia berjalan untuk duduk dibangkunya.

"Kangennn," Samuel hendak memeluk namun Yera segera memukul jidatnya agar cowok itu menghentikan niatnya.

Samuel meringis. "Tambah galak."

"Yera! Yera!" Cika berlari tergesa kearah bangku Yera.

"Wah gila sih selama lo gak ada di kelas, Samuel ngedadak jadi orang bego," kata gadis berambut ikal itu tertawa.

"Dia mah pengen keliatan pinternya didepan lo aja tuh," Frendi menimpali.

Samuel mendecih. "Itu mah gue lagi banyak pikiran aja, gak usah sok tahu ya lo pada."

Yera tertawa namun seketika terhenti ketika ia mendapati sesosok cowok asing yang baru masuk ke kelasnya.

"Siapa itu?" tanya Yera kepada Samuel.

Samuel mengerti maksud dari pertanyaan Yera ditunjukan kepada siapa ketika mata gadis itu tak lepas melihat anak baru itu.

"Namanya Giovana, murid pindahan. Temen SMP gue dulu," jelas Samuel.

"Oi Giovana!" panggil Samuel yang sukses membuat cowok itu menoleh lantas mendekat.

Hal pertama yang Yera lihat adalah Giovana ini sangat tampan dengan postur tubuh yang sempurna dan dada bidangnya itu.

"Lo Yera kan? Samuel pernah sebut nama lo," kata cowok itu yang dibalas anggukan oleh Yera.

Giovana tersenyum lantas menyodorkan tangannya. "Kenalin gue Giovana, lo bisa panggil gue Gio biar gak kepanjangan. Gue baru pindah sekitar lima hari yang lalu."

Yera menjabat tangan Gio. "Gue Yera, biasa dipanggil cantik."

Gio tertawa. "Hm bener nih?"

Samuel yang melihat kelakuan sahabatnya itu merasa geli. "Gak usah didengerin, ni cewek emang gatel."

"Apa sih lo Sam? Sirik aja," ketus Yera.

-[]-

"Lian?"

Mendengar namanya dipanggil membuat Lian menoleh kearah sumber suara.

"Melisa?" kata Lian membuat perempuan itu tertawa.

"Masih sama ya kayak dulu? Pagi-pagi udah datang ke cofe shop, sengaja duduk di deket jendela biar bisa lihat langsung suasana jalanan di pagi hari, siapa lagi kalau bukan Liando Andara Bimala."

Melisa berjalan lantas menarik kursi yang ada didepan Lian.

"Boleh kan ikut gabung? Udah lama juga gak ketemu," ucap perempuan itu sembari tersenyum.

Lian membenarkan dasinya. "Udah lama balik ke Jakarta?"

Melisa yang tengah melihat kearah luar langsung menoleh sembari mengangguk kecil. "Sekitar satu minggu yang lalu."

Lian mengulum bibir seraya mengangguk.

"Udah lama ya," Melisa berucap. Perempuan itu menatap Lian dengan seulas senyum.

"Jangan bahas itu," kata Lian memilih menatap kearah yang lain.

Melisa terkekeh pelan.

Mereka berdua adalah dua manusia yang masih terpaut kasih sayang dengan masa lalu yang belum usai.

Tiga tahun yang lalu Melisa pergi ke Kanada untuk mengurus perusahaan yang dikelola keluarganya. Perempuan itu terpaksa menyudahi hubungannya dengan Lian karna ia tak mau jika harus berjauhan. Lian berjuta kali meyakinkan Melisa untuk tetap menjalani hubungan namun perempuan itu tetap tidak mau sampai akhirnya membuat Lian pasrah.

Dan hari ini, mereka dipertemukan kembali. Sebenarnya Melisa yang sengaja mencari keberadaan Lian dan membuatnya seolah-olah tak sengaja bertemu seakan ini adalah takdir.

Mendatangi tempat yang sering mereka kunjungi dulu adalah hal pertama yang ia pikirkan sewaktu tiba di Indonesia.

Melihat tanggapan Lian yang tak mau membahas hal itu membuat Melisa sadar jika ia sudah terlambat untuk memperbaiki hubungannya. Tidak apa-apa, setidaknya Melisa sudah bertemu dengan Lian.

Perempuan itu berdiri lantas tersenyum. "Aku pamit ya, makasih atas obrolannya pagi ini."

Melisa melangkah dengan sepatu flat shoesnya itu keluar dari coffe shop.

Lian menyesap kopinya yang sisa setengah itu lantas pria itu menghela nafas.

-[]-

Meja kantin yang diisi oleh teman-teman Yera sangat rusuh membuatnya menjadi pusat perhatian beberapa murid disana.

Bagaimana tidak, Frendi dan Samuel sangat berisik ditambah Cika yang terus mengomel karna dijahili oleh keduanya.

Gio hanya tertawa kecil untuk menanggapinya dan Yera hanya peduli pada mie ayam yang ia pesan tadi.

"Samuel lo bisa diem gak sebelum mata lo gue tusuk pake garpu?" marah Cika tak tahan karna ia ingin menikmati baksonya.

"Cika lo bisa jangan galak gak sebelum gue cium bibir lo?" kata Frendi mengikuti gaya bicara Cika membuat Samuel sukses tertawa terbahak.

Cika berdiri. "Temen lo nih Ra, pada stres semua," adu Cika kepada Yera.

"Dih temen gue mah Gio doang, orangnya kalem," kata Yera tanpa menoleh sedikit pun.

Cika kembali duduk lantas gadis itu berdecih.

"Udah ya gue laper, jangan ganggu atau gue lempar mangkuknya," galak Cika membuat kedua cowok itu kicep.

"Nonton bioskop yu nanti pulangnya? Ada film seru," ajak Gio membuat keempatnya mengangguk kompak.

"Gue traktir deh," katanya lagi.

"Nah gitu dong jadi temen, rajin traktir," Samuel merangkul pundak Gio.

"Traktir tumpangan maksudnya," kata Gio cengengesan membuat yang lain kompak bersorak kecewa.

-[]-

Sesuai yang dibilang Gio, kini mereka tengah berada di salah satu Mall untuk menonton film bioskop.

Tenang saja, Gio jadi mentraktir teman-temannya itu.

Sembari menunggu film tersebut mulai, mereka makan terlebih dahulu karna ketika bubaran sekolah mereka langsung bergegas menggunakan mobil yang dibawa Gio ke sekolah.

Setelah selesai makan barulah mereka masuk kedalam bioskop.

"Gue lupa bawa nasi," bisik Frendi kepada Samuel.

"Ah elah, gue juga lupa bawa kopi," balas Samuel membuat kepada keduanya dipukul oleh Yera yang berada dibangku belakang mereka.

"Diem gak? Filmnya mau mulai."

Setelah diomeli oleh Yera, keduanya menjadi anteng sampai film beres.

"Timezone yuu," aak Cika yang disetujui oleh mereka.

Mereka pun pergi ke timezone dan membeli beberapa tiket yang cukup banyak.

"Sini Ra," ajak Samuel menaiki motor mainan.

"Balapan ya, yang kalah mesti ngesok pulangnya sampai rumah," kata Samuel cekikikan.

Frendi dan Gio sedang memainkan permainan bola basket dan Cika tengah fokus pada mesin boneka capit, ia menargetkan untuk mengambil boneka berbentu boba besar.

Setelah memainkan permainan yang ada di timezone mereka masih belum puas dan akhirnya memilih untuk menyewa mobil dan motor kecil yang disediakan di Mall.

"Balapan ya," usul Frendi.

"Gak mau, gue sama Cika mau santai," tolak Yera yang diangguki oleh Cika.

"Dih yaudah cewek-cewek lemah gak usah ikutan," kata Samuel yang dibalas pukulan dari Cika.

Mereka sangat bersenang-senang sampai pulang pada pukul delapan malam. Gio mengantar Yera dan Cika untuk pulang, sedangkan Frendi dan Samuel kembali ke sekolah untuk mengambil motor mereka yang sengaja ditinggal disana.