"Sudah semua?" tanya Karina.
Athena belum menjawab, ia juga masih memastikan keperluan nya.
"Sudah semua. Barang-barang ini bahkan terlalu banyak." jawab Athena.
"Gak papa. Jaga-jaga kalau aku ikut." balas Karina sembari terkekeh.
"Sudah ku bilang, yang pergi hanya aku." Athena menghela napas, ia sudah lelah dengan satu temannya ini.
"Ah, terserah." Karina pergi dari kamar Athena menuju ruang tamu.
Athena selesai mengecek kembali barang-barang nya, ia pergi ketempat Karina di ruang tamu.
"Bukan itu untuk ku??" tanya Athena.
"Apa? Ini?" Karina menunjuk makanan Ringan yang sedang ia makan.
"Iya, itu kan untuk ku." jawab Athena.
"Kau yang lain saja." Karina tak peduli dengan tatapan kesalnya Athena.
"Kau sendiri yang bilang itu untuk ku." Athena duduk di samping Karina dengan wajah kesalnya.
"Tidak jadi, makan saja sekarang." Karina menawari Athena makanan ringan yang ia makan.
"That's your bad habit." ucap Athena kesal, tapi walau begitu, ia tetap mengambil makanan ringan nya.
Keduanya diam menonton film di televisi. Film adventure ditambah Fantasy. Dua gendre film yang cocok disatukan.
"Kau mau jadi seperti dia tidak?" tanya Karina sembari menunjuk pemeran utama film yang mereka tonton.
"Tidak, terlalu merepotkan." jawab Athena sembari menguap dan setelah nya kembali mengambil cemilan.
"Payah, padahal asyik jika kita jadi pemeran utama seperti itu." ucap Karina.
Keduanya kembali diam, mereka menyaksikan film dengan seksama. Scene film berganti, yang tadinya tentang peri yang menjelaskan beberapa rencana, berubah menjadi pemeran utama yang kesulitan untuk berpegangan pada ujung akar pohon.
"Bukan kah seru?" Karina kembali bertanya.
"Tidak, biasa saja." jawab Athena.
Hal ini sering terjadi ketika dua orang teman yang miliki kepribadian berbeda antara satu dengan lainnya.
"Selera mu buruk, kawan." Karina berniat membersihkan bekas bumbu makanan ringan nya dengan pakaian yang Athena gunakan.
"Selera kita kan berbeda. Berhenti melakukan itu." peringat Athena.
"Kau gak seru." ucap Karina.
Karina mengambil tisu dan mengelap tangan nya.
"Aku tak mengatakan kalau aku seru seperti yang lain, kan?" tanya Athena.
"Terserah padamu kawan." Karina menarik Athena untuk bangkit sebentar dari duduknya.
"Kenapa?" Tanya Athena.
Karina tak menjawab, ia mengubah sofa menjadi tempat tidur agar mereka berdua lebih nyaman menonton.
"Film ini berapa lama?" tanya Athena sembari kembali duduk di sofa—kasur—nya.
"Lebih dari sepuluh season seingatku." Jawab Karina.
Athena lumayan terkejut. "Jadi maksud mu ini bukan film yang langsung tamat?" Tanyanya memastikan.
"Tidak, payah. Film fantasi tak akan tamat secepat itu." jawab Karina.
"Kau pernah menonton film fantasi yang seperti ini sebelumnya?" Athena masih tak percaya ada seseorang yang menonton film sampai sebanyak dan selama itu.
"Jangankan film fantasi, film horor saja pernah ku tonton." jawab Karina sembari membanggakan dirinya.
"Kau tak mengajak ku? Kapan kau menonton nya?" tanya Athena lagi.
Karina menatap teman blasteran nya.
"Kau kan sering pergi keluar negeri, tidur sebelum jam sepuluh. Jadi aku menonton saat-saat seperti itu." jawab Karina.
"Sebanyak itu?"
"Iya, Athena. Sebanyak itu. Kau banyak bertanya." Karina memutar bola matanya malas.
"Aku jarang seperti ini, hargai sedikit." jawab Athena tak kalah malas.
Setelah itu, suasana kembali sunyi, hanya ada suara pemeran utama dari dalam televisi.
Film sudah berlangsung sekitar lima puluh menit. Sudah tiga episode yang mereka tonton, dan sekarang sudah pukul sebelas malam.
"Kalau bisa, aku mau jadi seperti pemeran utama di film fantasi seperti ini." ucap Karina sembari memeluk dirinya sendiri.
"Lakukhan saja sendiri." jawab Athena sembari menguap dan mencari posisi untuk tidur.
"Aku juga tak akan mengajak mu. Kalau kau memang dapat peran, maka peran mu adalah orang lemah yang di culik penjahat." ucap Karina lagi.
Tak ada sautan, si blasteran sudah tertidur dengan lelap. Ia memang jarang tidur larut malam.
"Ah dasar payah." malas Karina yang masih sanggup menonton tiga episode lagi.
Ia menonton film dengan asyik sembari memakan cemilan, tapi suara televisi ia kecilkan guna tak mengganggu teman nya yang sedang tertidur.
[—————————————————————–———––—]
Malam tiba, suara cecak terdengar jelas saling bersautan.
Tepatnya pukul tiga malam, Athena terbangun dari tidurnya.
Hal pertama yang ia lihat adalah televisi yang kehilangan signal, lalu Karina yang tertidur di sebelahnya dengan mangkuk plastik tergeletak dibawah.
Baru saja melangkah, kaki Athena sudah menginjak remah makanan ringan yang Karina makan.
Athena menggaruk kepalanya, ia berjalan ke kamar mandi tanpa peduli keadaan ruang tamunya yang berantakan.
Setelah selesai urusan nya di kamar mandi, Athena berjalan ke pintu utama. Ia membuka jendela yang berada dekat dengan pintu.
Tirai dan jendelanya ia buka, udara segar langsung menerpa wajah pucatnya.
Dari dalam rumah, ia dapat melihat beberapa bintang yang menyala terang di langit malam.
Ia bangkit dari tempatnya, Athena membuka pintu lalu berjalan ke halaman rumah.
Athena menghembuskan napas nya, udara malam yang dingin membuat napas nya terlihat seperti asap.
Ia menatap langit malam, masih belum puas dengan pemandangan yang ia dapat, Athena pun memutuskan untuk keluar dari area rumahnya terlebih dahulu.
Ia berjalan melewati beberapa rumah di depan nya guna mencari tempat bagus untuk melihat bintang-bintang.
Sampai ia di lapangan perumahan nya, tempat anak-anak kecil bermain bersama.
Lapangan nya lumayan luas, bisa digunakan untuk bermain basket orang dewasa.
Tak ada pohon yang terlalu rindang, hanya pohon yang memiliki daun lumayan tebal.
Athena menonggak, ia menatap langit malam.
Banyak sekali bintang serta bulan yang berbentuk sabit.
Tanpa awan dilangit, pemandangan yang Athena lihat jadi lebih indah.
Athena yang bosan mencoba menghitung jumlah bintang yang bersinar lebih terang dibanding yang lainnya.
Ada tujuh belas, tujuh belas bintang yang bersinar lebih terang.
Ia menyukainya, langit malam penuh bintang seperti ini.
Athena semakin menikmati suasana malam ini, ia bersenandung dengan hati yang senang. Ia bahkan menutup mata saking menikmatinya.
Sambil berputar lumayan kencang, Athena terus bersenandung.
Perlahan Athena membuka mata, ia melihat bintang dengan kabur usai berputar.
Dari pandangan nya saat ini, ia melihat bintang-bintang tersebut berjatuhan seperti hujan.
"Ku dengar, saat bintang jatuh, kita dapat meminta satu permohonan bukan?" tanya Athena.
Dirinya menjawab.
"Kalau memang benar seperti itu, aku mau meminta sesuatu." ucapnya.
Athena menyatukan kedua tangan nya, ia mulai mengucap permintaan utamanya.
"Nama ku Athena Naidhruf Arleth, seorang anak blasteran yang memiliki hidup normal dengan satu teman dekat." Athena memulai permohonan dengan perkenalan dirinya.
"Aku berharap suatu saat nanti, Deliya Karina Aggata—sahabat ku mendapat peran seperti yang ia inginkan di film fantasi." ucapnya.
Athena membuka matanya kembali, tak ada bintang jatuh, berarti permohonan nya tak akan terkabul.
Athena menggeleng pelan, ia mulai berjalan pergi dari lapangan setelah merasa suasana di tempat itu semakin dingin.
Bukan nya tak ada bintang jatuh, hanya saja mereka belum terjun.
Benar saja, setelah Athena pergi, perlahan ada satu bintang jatuh yang datang dari langit yang lebih tinggi.
Permohonan nya akan terkabul, itu adalah pertanda.