Walk you home

Meski hanya sebentar, tolong jangan membuatku sakit lagi.

—Hiraeth.

***

Dia terlihat sangat indah jika dilihat dari depan wajahnya, tubuh dan wajah yang sempurna membuat Fara merasa bahwa jika masalah datang padanya dengan bertubi-tubi adalah hal yang tidak mungkin jika dia memiliki wajah setampan itu.

'Apa aku pernah bertemu dengannya?'

Dari malam itu, Fara terus memikirkan dimana dia bertemu dengan pria bernama Karey kemarin.

'Apa penyakit ini turunan? Bagaimana jika anakku merasakan hal ini?'

Fara berjalan menuju ruang tamu, mengambil notebook miliknya yang selalu dia tinggalkan disana. Hari ini dia pulang sedikit lebih cepat, dan itu membuat Haikal telat untuk datang ke rumah. Fara menyuruhnya kembali nanti saja, besok saat Fara mendapat jadwal libur.

'Delapan hari kemarin melakukan aktivitas seperti biasa' Fara berpikir apa yang dia lewatkan.

Pria yang kemarin masih menjadi tanda tanya bagi dirinya, mungkin jika nanti mereka bertemu lagi, Fara akan menanyakan detail kejadian ketika mereka bertemu kemarin.

'Apa aku rasa, aku melupakannya?'

Dialog yang pria itu ucapkan terdengar seperti berterima kasih. Apapun itu asalkan dirinya tidak berbuat suatu kesalahan.

***

Fara keluar menuju balkon kamar, spot yang indah untuk melihat bintang. Tangannya sibuk mengetik di keyboard pesan chatnya bersama dengan tetangganya, Haikal.

'Aku akan berkunjung besok' katanya.

Fara tidak melarang Haikal untuk datang ke rumahnya, tetapi jika Fara mengizinkan pria itu untuk datang, dapat dipastikan Haikal akan selalu datang ke rumahnya setiap hari.

Teringat dulu, tidak sengaja berbicara bahwa pria itu boleh menunggunya pulang untuk bermain, saat kecil dulu. Haikal malah benar-benar menunggunya bahkan sampai senja datang, saat itu Fara mengambil mata pelajaran tambahan karena beberapa bidang yang belum dia kuasai. Semenjak hari itu, Fara tidak pernah bilang 'mengizinkan' lagi pada Haikal Araqsa.

'Kamu lagi apa?'

Fara menatap kaca jendela di sebrang, tepat di kamar milik Haikal.

'Duduk di balkon' itu yang Fara ketik di keyboard nya.

Fara tersenyum saat melihat hordeng penutup jendela itu terbuka, jelas saja itu Haikal yang sedang belajar.

'Kamu sedang apa?' tanya Fara balik.

Haikal melambaikan tangannya, dia membuka jendela dan keluar dari jendela padahal tepat di sebelahnya ada pintu. Pasti pintu itu terkunci dan kuncinya ada di atas meja belajar, maka dari itu Haikal malas mengambilnya.

"Hallo!" teriak Haikal dari balkon kamarnya,

Fara terkejut dan menyuruhnya diam, sementara Haikal menanggapinya dengan tawa.

"Belum tidur?" tanya Haikal, Fara menjawab dengan gelengan.

'Kalau aku tidur, aku gak bakal ada disini' Fara mengetikkan pesan chat dan mengirimkannya pada pria itu.

Saat membaca itu, Haikal tertawa, dia menganggukkan kepalanya beberapa kali.

"Bener,"

Beberapa detik kemudian, tidak ada pembicaraan lagi. Mereka hanya saling diam dan menatap satu sama lain sebelum Fara berkedip beberapa kali yang membuat Haikal juga spontan berkedip dan keadaan menjadi awkard.

"Besok aku ke rumah, bunda bilang besok dia pergi ke luar kota. So, gak bakal ada yang masak kalau bukan aku," Haikal terlihat sangat sombong jika membicarakan keahlian yang pria itu miliki, termasuk memasak.

'Aku juga bisa memasak' Fara mengirimkan pesannya.

"Tapi gak seenak aku," ucapnya dengan nada sombong,

Fara hanya tertawa saja kemudian dia mengangguk, masakan yang dibuat Haikal tidak bisa dibilang buruk karena itu begitu nikmat dan tak jarang Fara merasa bahwa dia harus mengambil nasi lebih banyak lagi.

"Kamu kemarin ketemu seseorang?"

Fara mengernyitkan dahinya, 'Seseorang?' dia menggerakan jemarinya.

Haikal mengangguk, "Kalau gak salah tadi aku sempet ke halte bus, niatnya mau jemput kamu. Tapi ada laki-laki yang kamu ajak bicara, siapa?"

Fara membulatkan bibirnya, 'Karey rupanya yang dia bicarakan' pikir Fara.

'Katanya aku pernah bertemu dengan pria itu, tapi aku melupakannya. Lain kali jika ingat, aku akan menceritakan nya padamu' Fara mengirimkan ucapan itu.

"Bagus, lebih baik jangan diingat. Cukup mengingat diriku saja,"

Haikal terkadang terang-terangan menunjukkan perasaannya, entah itu perasaan menyukai antar lawan jenis atau apa. Tetapi, Fara berjanji untuk tidak menyukai orang lain sedari awal hidupnya bisa dia rasakan. Karena pada dasarnya Fara tetap berpikir bahwa jika dia menyukai seseorang, orang itu akan mengalami kesusahan dalam hidupnya atas perasaan lancang yang dimiliki oleh Fara.

"Kau tidurlah, jangan tidur terlalu larut, aku harus segera mengirimkan tugas ini ke doses," Haikal kembali mengingat tugasnya.

Fara mengangguk, 'Aku akan pergi tidur, selamat malam. Dan semangat mengerjakan tugasmu!'

Haikal tersenyum saat masuk ke dalam kamarnya, entah kenapa menurut dia bertemu dengan Fara adalah salah satu charge untuknya. Dia bisa lebih leluasa menjadi dirinya sendiri ketika bersama dengan Fara. Tetapi di satu sisi, Haikal tidak mau menunjukkan sisi buruknya pada Fara hampir selama mereka saling mengenal.

"Apapun itu, setidaknya dia nyaman berada di dekatku. Dan dia hanya bisa berada di dekatku,"

Haikal menyakinkan diri.

Bahkan pria itu tidak bisa dekat dengan Fara, hanya Haikal Araqsa saja yang berhak.

***

Fara tau bahwa Haikal tidak suka jika dia berdekatan dengan orang lain, tetapi memang sejak awal Fara mengatakan bahwa dia selalu hidup sendiri. Yang berarti, dia tidak pernah dikekang oleh siapapun.

Dan untuk Haikal? Tidak ada pengecualian untuk itu.

'Jika semua kebaikannya diungkit, aku bahkan bisa mengembalikan seratus persen. Waktunya juga bisa kubayar jika mau' seru Fara di dalam hatinya.

Fara tidak pernah bilang dia baik hati, semuanya bisa Fara toleransi, kecuali tentang hidupnya. Sedari dulu dia hidup sendiri, jadi tidak ada yang berhak mengatur hidupnya.

'Oh ya, pria tadi?'

Fara teringat, seseorang yang menunggunya di halte.

'Dia siapa? Aku masih belum mengingatnya dengan jelas'

Fara beranjak dari kasurnya menuju meja belajar, dia mengeluarkan buku jurnal untuk menulis tentang pria itu.

'Dalam waktu kurang dari tiga hari katanya dia bertemu denganku, aku tidak tau kenapa dia menunggu diriku disana. Dan untuk apa dia membawa pulpen dan kertas, ada sebelumnya dia tau bahwasanya aku tidak bisa berbicara?'

'Namanya nanti ku isi disini' Fara menuliskannya lagi, dia juga menempelkan beberapa stiker. Seperti, jaket abu, wajah pria, sepatu, dan juga setumpuk buku, kertas, dan pulpen.

'Aku akan tidur setelah ini, semoga esok aku mengingat pria itu. Kasian dia, terlalu senang bertemu denganku tetapi aku tidak mengingat dirinya'

Tidak sadar Fara berencana untuk bertemu dengan pria itu lagi, dan bahkan dia berpikir untuk membawakan pria itu makanan untuk tanda maaf. Tetapi, besok Haikal pergi kerumah yang berarti dia harus ada di rumah seharian penuh.