Coming Home

Dengannya aku mengerti bahwa masalah datang tanpa membawa hati nuraninya.

—Hiraeth

***

'Apa yang bisa didapatkan dari gadis tidak bisa bicara dan pelupa ini? Kau hanya mendapatkan sesuatu yang membuat dirimu sendiri rugi. Tidak perlu memiliki teman jika sekali memilikinya, kau bertemu dengan manusia buruk seperti dia'

Karey menatap Fara dengan air mata yang mulai menggenang, keputusannya membawa gadis itu mengunjungi rumahnya adalah tindakan yang salah.

Lagipula kenapa dia bodoh?

Untuk apa mengenalkan Fara pada orang tuanya.

"Pergi dan bawa dia pergi dari sini, dan kau langsung kembali kesini!" ucap pria paruh baya yang sedang menatap Fara dengan tatapan datar dan dingin yang sama seperti manik mata yang Karey miliki.

Karey bergerak mendekat ke arah Fara, dan memegang tangannya.

"Sorry,"

Fara menatapnya dengan senyuman tipis, dia mengusap lengan Karey dan membawanya keluar.

Yang sebenarnya butuh simpati adalah Karey sendiri, tetapi pria itu malah memikirkan dirinya.

Hidup tanpa bisa bicara selama hidupnya membuat Fara seringkali mendapatkan ucapan buruk itu, tetapi bukankah itu sudah berjalan seumur hidupnya sampai bisa dirasa sebagai bagian dari hidupnya juga, bukan? Tetapi berbeda dengan Karey, dia bisa merasakan dan biasanya manusia yang terlihat istimewa malah bukanlah manusia yang spesial.

Kita disebut manusia karena kita memiliki kelemahan dan rasa lelah.

Fara mengusap punggung Karey.

'Kalau kamu mau nangis, nangis aja' Fara memperagakan ucapan itu kemudian dia akhiri dengan senyuman.

Karey ikut tersenyum, dia mengambil tangan Fara yang berada di punggungnya.

"Biar aku antar pulang," ajak Karey.

'Bukannya kamu harus pergi sekarang?' tangannya bergerak dengan lancar.

Jaehyun tidak paham apa yang Fara katakan, dia hanya paham dengan beberapa gerakannya yang seolah-olah menunjuk ke rumahnya. Pasti tentang disuruh kembali dengan cepat.

Dia tertawa pelan, "Tidak apa-apa, ayok! Aku punya sepeda yang baru saja ku rakit kemarin," Karey menunjukannya dengan exited,

Fara yang terkejut pun menunjukkan ekspresi nya, yang membuat Karey merasa senang.

"Gimana? Bagus gak? Aku ngerakit ini sendirian semalam,"

Fara memberikan dua ibu jarinya, dia tersenyum memberikan semangat pada pria lemah di hadapannya dengan tanpa berbicara secara langsung.

***

Hari ini seharusnya Fara diam di rumah bersama Haikal, tetapi katanya Haikal memiliki jadwal mendadak yang mengharuskan pria itu pergi ke kampus pagi-pagi sekali. Dan saat hendak pergi untuk melakukan jogging di hari weekend, Fara bertemu dengan Karey. Wajahnya mulai terasa familiar dan membekas diingatan Fara.

Fara sedikit terkejut saat pria itu mengajaknya untuk pergi ke rumahnya, awalnya Fara pikir memang hendak memperkenalkan temannya pada kedua orang tua. Tetapi, saat mendengar ucapan itu keluar dari bibir orang tua Karey, dia sangat ingin pergi dari sana.

Bukan karena malu atas ucapan yang dilontarkan oleh beliau, tetapi Fara pikir Karey yang malu karena berteman dengan dirinya. Dan dia salah, pria itu tetap tersenyum dan memaksakan diri untuk terlihat baik-baik saja.

***

Penyakit yang tidak terlihat bahkan lebih mematikan daripada yang sudah jelas terlihat.

—Hiraeth.

'Apa kamu mau makan eskrim?'

Fara terkejut, dia bahkan sampai melebarkan kedua bola matanya.

Karey tertawa, "Gimana? Apa kamu paham dengan apa yang aku lakukan?" tanyanya.

Fara mengangguk, jelas dia tau.

'Apa kamu mau eskrim?' Fara menuliskan apa yang hendak dia ucapkan pada selembar kertas.

"Apa aku mau eskrim?" ucap Karey mengulang apa yang dia baca,

Fara mengangguk, dan mengulang itu dengan gerakan tangan.

"Apa kamu mau?" tanya Karey balik,

Fara menyukai eksrim, jelas dia akan membeli itu dan duduk di sekitaran sana.

Karey memberhentikan sepedanya di dekat penjual es krim, kemudian dia memesan dua cup eskrim rasa coklat dan coklat mint.

"Apa itu enak?" Karey bertanya dengan nada yang terdengar seperti meragukan bahwa eskrim dengan varian rasa itu bisa dimakan.

"Rasanya seenaknya pasta gigi," gumam Karey,

Fara tertawa, 'dia sama seperti Haikal yang tidak menyukainya, tetapi dia terang-terangan bilang bahwa dia tidak menyukai itu pada kalimat pertama. Tidak seperti Haik yang menanyakan itu padaku kemudian dia mencoba untuk menyukai chocomint demi aku'

"Boleh aku coba?"

Haikal tidak pernah mencobanya, karena mencium aroma nya saja membuat dia merasa bahwa itu tidak bisa dimakan.

Fara mengangguk, dia menyerahkan cup eskrimnya dan mengambil sendok kecil disana.

Jika dilihat dari pandangan Fara, perubahan suasana hati Karey terlihat sangat ekstrim. Baru beberapa detik dia dimarahi oleh orang tuanya, tetapi dia tersenyum saat membawa Fara keluar. Dan sekarang, dia seperti tidak mengalami kejadian menyedihkan tadi.

"Udah, mau langsung pulang?" tanya Karey membuang cup eskrim nya di tong sampah.

Fara mengangguk, dia harus segera pulang. Daripada nanti Haikal melihatnya pergi bersama orang lain pasti pria itu akan banyak bertanya dan dapat dipastikan Fara akan kehabisan energi nanti.

***

Karey menunjukan karakter aslinya sekalipun itu dengan orang yang sedang dia dekati. Meski tidak tau apakah gadis itu akan menyukai reaksinya atau tidak, yang terpenting adalah jujur saja pada diri sendiri terlebih dahulu.

"Fara, rumah kamu jauh dari sini?" Karey berteriak agar Fara mendengar, padahal jalanan komplek sangat sepi. Bahkan berbisik sekalipun, Fara bisa mendengarnya.

Tangan Fara bergerak mengarah ke depan, kemudian dia membentuk anga 5Km, kemudian dia membelokkan tangannya dan membentuk angka 500Cm.

"Deket!"

Fara menepuk pinggang Karey, pria itu terlalu senang berteriak-teriak. Fara ikut senang karena wajah Karey sangat-sangat cerah, tidak seperti tadi.

"Fara! Aku mau beli mintchoco juga kalau kamu beli itu, itu lumayan enak. Tapi rasanya tetep kaya pasta gigi, aku gasuka. Tapi semua yang Fara suka, Karey juga suka!" Karey berkata sembari kepalanya menengok ke arah Fara, melihat apakah gadis itu sedang blushing atau tidak.

Ternyata tidak, Fara hanya tertawa mendengar lelucon itu.

"Bukan lelucon Fara! Itu gombalan!" teriak Karey lagi,

Karey tidak sadar, dia bisa tertawa selepas ini dengan Fara di sisinya. Biasanya dia tidak pernah tertawa, semasa di kampus pun. Karena tidak ada yang mau menemani Karey, bukan tidak ada. Lebih tepatnya banyak yang mendekati dirinya dan Karey tidak suka itu.

"FARA INI BELOK?"

'Astaga Karey, dia teriak-teriak mulu. Lebih parah dari Haikal' Fara bergumam dalam hatinya.

"Nah, sampai,"

Karey menstandar sepeda miliknya, dia sedikit terkejut dengan rumah milik Fara. Besar dan, sepi?

"Mau masuk?" tanya Fara,

Karey menggeleng, seperti nya sangat sepi di dalam. Tidak enak jika ada tetangga yang melihatnya, kemudian disampaikan ke ayahnya... Wah, tinggal tulang saja nanti Karey.

"Ngga dulu, Far. Aku harus cepet pulang, kalau ngga wah dia bakal bunuh aku sih!"

"DADAH FARA ANDARA!"