Say you won't let go

Katakan padaku jika kamu akan menghilang, agar aku tidak susah-susah mencarimu. Menghilang berarti pasti akan kembali bukan? Dan aku akan menunggumu.

—Hiraeth

***

Karey, dia menatap langit siang hari. Sangat terang, terlihat sangat cerah dan bahagia. Tidak seperti dirinya sekarang, dia bahkan tidak bisa membuka matanya dengan benar.

"Mengapa harus memukulku dibagian mata," kesal Karey,

Matanya lebam, lumayan besar dan kebiruan. Kepalanya pusing dan tubuhnya terasa sangat berat, harusnya dia beristirahat sekarang. Tetapi, Karey tidak mau. Dia tidak suka memejamkan mata saat ayahnya sedang dirumah, takut-takut dia dibunuh tiba-tiba kan.

"Bisa saja," ucap Karey,

Yang sebenarnya Karey pikirkan bukan sepenuhnya tentang sang ayah, dia berpikir bagaimana bertemu dengan Fara dalam kondisi begini?

"Apa selama beberapa hari aku lebih baik tidak bertemu dengannya?" tanya Karey pada dirinya sendiri,

Lagian tidak mungkin Karey menampakan dirinya seperti ini, dengan mata lebam dan wajah tidak karuan.

"Tetapi sebenarnya aku bahkan tetap tampan," gumam Karey, dia menatap pantulan dirinya di kaca cermin sebrang.

"Bagaimana bisa? Dia bahkan melupakanku saat pertama kali bertemu, bagaimana jika aku menghilang sampai berhari-hari? Apa tidak dia melupakan ku bahkan tidak ingat sama sekali?" ucap Karey berpikir,

Dia tidak sepenuhnya paham mengapa Fara bisa melupakan dia yang bahkan sebenarnya pertemuan mereka merupakan memories bagi Karey, dia memberikan bukunya. Apa gadis itu bertemu banyak orang setiap harinya? Sampai-sampai tidak mengingat dia?

"Padahal aku tampan," gumam Karey percaya diri,

"Ah sudahlah, tidak perduli. Lihat saja nanti, lebamnya akan hilang jika aku kompres. Tetapi aku ingin tidur terlebih dahulu," dan setelahnya, Karey memejamkan matanya dan terlelap di siang hari menjelang sore.

***

Bunyi alat dapur yang beradu terdengar nyaring dan aktif. Disana ada Fara yang sedang berkutat dengan pisau, wajan, dan blender. Setelah pulang dari kediaman Karey, Fara langsung masuk ke dalam rumahnya, membersihkan diri dan memasak karena makan siang tidak ada dirumah. Sebelumnya dia ingin memastikan apakah Karey sudah sampai rumahnya dengan selamat atau belum, tetapi Fara baru sadar bahwa dia tidak memiliki nomor ponsel pria itu.

Sekarang masih pukul 14.00, hawanya sangat panas. Jemuran milik Fara juga pasti sudah menjadi kerupuk, dia malas mengangkatnya. Biarkan saja, lagipula itu ada di dalam rumah tidak diluar.

'Aku akan memasak makanan seadanya, tidak terlalu susah karena aku malas. Yang terpenting bisa dimakan sekarang,'

Fara fokus dengan kegiatannya memasak makanan, tiba-tiba pikirannya tertuju pada seseorang, itu Haikal. Otaknya memikirkan apakah pria itu melihat dia dan Karey? Dan kenapa juga ini sudah hampir sore sementara Haikal tidak berada di rumah dan tidak berkunjung kerumahnya.

Padahal katanya Bunda sedang pergi perjalanan bisnis sementara Haikal ditinggal sendirian di rumah, dan biasanya juga, Haikal akan merecoki dirinya seharian penuh.

'Dia kemana?' tanya Fara.

Sebuah hal yang tidak biasa adalah ketika Haikal sama sekali tidak menampakan dirinya hampir seharian penuh, Fara merasa tidak lengkap. Dia berjalan ke arah meja makan, menaruh masakannya kemudian dia melepas apron dan pergi mengambil ponselnya di kamar.

'Bagaimana dia bisa tidak ada di rumah?' Fara menatap ke arah balkon kamar Haikal di sebrang, itu tidak ada satupun tanda-tanda orang ada di dalamnya..

Fara menekan tombol panggilan video di layar ponselnya, memanggil Haikal. Ada jawaban disana saat tiba-tiba Haikal muncul di layar ponsel milik Fara, pria itu mengangkat alisnya.

'Kamu dimana?' Fara menggerakkan kedua tangannya.

"Rumah, baru bangun. Kenapa?' tanya Haikal, pria itu memang sedang mengusap-usap matanya.

'Ada masak disini, kamu kesini. Pasti belum makan bukan?'

Haikal menggeleng, "Aku bisa order makanan, kamu makan duluan saja," ucap Haikal, jawaban itu membuat Fara mengernyitkan dahinya.

'Kenapa?' tanya Fara,

"Aku harus mandi dan membersihkan kamar, kalau kamu menunggu aku, itu akan memakan waktu yang lama. Jadi, makan saja duluan, aku bisa order makanan nanti," jelas Haikal,

Fara menggeleng, 'Aku tunggu.'

Fara langsung mematikan sambungan telponnya dengan Haikal, kemudian dia bergerak menutup makanan dengan tudung saji. Dia pergi ke kamar untuk membersihkan kamarnya juga sembari menunggu Haikal, tetapi saat hendak naik ke atas, Haikal masuk dengan baju rumahan dan rambut acak-acakan.

"Sudah ku bilang makan saja duluan, kemari."

Fara tersenyum, Haikal nya memang tsundere. Pria itu tidak akan membiarkan Fara menunggunya dan selalu memprioritaskan Fara daripada yang lain.

"Hati-hati," Haikal berbicara ketika Fara hendak kembali turun ke bawah setelah menaiki hampir setengah jalan menuju kamar atasnya.

'Tidak jadi?'

Haikal menggeleng, "Nanti aja, ada bibi yang bakal datang aga sorean," ucap Haikal.

Fara mengangguk, 'Makan yang banyak'

Haikal tertawa pelan kemudian mengangguk, "Kamu juga, Fara." ucapnya,

Haikal sering datang ketika tidak ada orang di rumahnya, tetapi hari ini tidak. Mungkin jika Fara tidak menelponnya tadi, Haikal tidak akan datang ke rumahnya entah karena alasan apa.

"Hari ini kau pergi kemana?" tanya Haikal membuka pembicaraan.

'Bertemu teman' jawab Fara,

"Teman? Apa kau memiliki teman selain aku?" tanya Haikal,

Fara menjawab nya dengan sedikit tertawa kemudian dia mengangguk, 'Ada, aku baru memilikinya kemarin'

"Kok kamu tidak memberitahu itu padaku?" tanya Haikal,

'Dia seorang pria, kau pasti akan marah,' jawab Fara jujur.

Haikal menggeleng, "Jika dia baik, aku tidak akan marah, Fara. Kapan-kapan kenalkan aku padanya,"

Fara terkekeh pelan kemudian dia mengangguk saja, mungkin mengenalkan Karey pada Haikal bukanlah hal yang salah.

"Makan yang banyak, abis itu bantu aku mengerjakan tugas kampus. Aku sedikit bosan jika mengerjakannya sendiri,"

Fara mengangguk, dia memang seringkali menemani Haikal untuk mengerjakan tugas. Padahal Fara pikir dia disana pun tidak ada yang berubah, tidak ada yang mengajak Haikal mengobrol, tidak ada pembicaraan sama sekali.

"Fara, kamu tidak ada pikiran mengeluarkan suara mu itu?"

Fara menengok ke arah Haikal, kemudian dia menggeleng.

"Aku tidak tau se traumatic apa kamu, tetapi bukankan lebih baik jika kamu pergi ke doktermu dan meminta bantuan? Kau mungkin bisa lebih leluasa jika memiliki suara yang biasanya kau keluarkan,"

Fara menghembuskan napasnya, "Tidak," dia berbicara.

Haikal menggelengkan kepalanya, "Aku mau membantumu tetapi kau tidak mau, kita bisa berkaraoke jika kau mau sembuh Fara. Ya?"

Fara tetap menggeleng, dia tidak suka dipaksa. Lagipula suaranya adalah miliknya, ingin dikeluarkan ataupun tidak itu adalah hak nya.

"Aku akan menunggumu, aku akan membantumu menghadapi trauma itu." ucap Haikal,

Fara hanya memiringkan senyumannya, dia tau Haikal tetapi Haikal tidak tau dirinya, miris.