Pelukan Terakhir

Dengan senyum yang dipaksakan, Kei menunduk menatap kotak makan di tangannya. Ia tahu benar isinya, tiga hidangan manis dengan rasa coklat yang mereka buat semalam. Kaori yang memarut keju dan menaburkannya dengan sembarangan, Misaki yang diam-diam memakan puding yang belum jadi, dan dirinya yang tak sengaja menumpahkan tepung. Mereka tertawa semalam, tertawa sepuasnya. Kini, semuanya terasa menggantung di tenggorokan, seperti rasa manis yang berubah menjadi pahit. Sangat pahit.

Kei mengangkat kepala, menatap Kaori. “Kau yakin tidak menangis?”

Kaori mengangguk cepat. Tanpa suara, hanya tatapan yang berusaha tegar.

Kei melirik ke arah Misaki. “Misaki-chan,” panggilnya pelan. “Kau tidak apa-apa?”

Misaki masih diam. Jemarinya menggenggam ujung baju Kaori erat-erat. Ia hanya menggeleng pelan, tapi matanya tak bisa menyembunyikan pedihnya kehilangan.

“Gomen nee,” kata Kei tiba-tiba. “Sesungguhnya aku tidak ingin meninggalkan kalian, tetapi...”