~ Sebelumnya ~
Sandi tidak memiliki pendapat mengenai akhir dunia atau evolusi dunia. Dia tidak merasa terlalu khawatir mengenai hal itu ataupun dia seperti pemuda lainnya yang penuh dengan aspirasi. Satu-satunya hal yang membuatnya sedikit merasa khawatir adalah gempa bumi itu. Karena gempa itu, biro wisata tempatnya bekerja dengan sementara di tutup dan dia harus menunggu di rumah sampai perusahaan itu kembali di buka.
Hal paling penting
yang di khawatirkan oleh para pegawai adalah apakah hari liburnya ini akan di bayar atau tidak.
Pulang ke rumah dengan sebuah makan siang yang di belinya dari toko serba ada, Sandi meraih ke dalam kantongnya dan merogoh-rogoh kuncinya, kemudian dia mendengar pintu lift yang terbuka.
Lift? Sandi adalah satu-satunya orang yang tinggal di lantai ini, apakah rumah di sebelahnya sudah terjual?
Sandi melihat ke arah lift, dan seorang pria keluar dari lift itu. Dia mengenakan sebuah jas hitam dengan kacamata berbingkai emas yang sangat indah, dan sebuah senyuman lembut terus menerus muncul di wajahnya dari pertama dia muncul, penampilannya sama sekali tidak mengecewakan. Sandi terhenti ketika sedang membuka pintu rumahnya, merasa sedikit terkejut.
"Lama tidak bertemu." Pria itu menyapa Sandi dengan sebuah senyuman, suaranya masih tenang dan menyegarkan seperti musim semi.
"Memang sudah lama tidak bertemu, Tuan Milo." Sandi menatapnya, "Mungkinkah anda adalah..."
"Ya, aku adalah seorang Yang Selamat." Tuan Milo, juga di kenal sebagai Milo Miles, menghela napas, "Sungguh beruntung bisa kembali dan bertemu denganmu. Sebulan yang lalu hal ini adalah sesuatu yang bahkan tidak bisa di pikirkan."
Sandi mengangguk, "Selamat."
Milo tersenyum dan melambaikan tangannya pada Sandi, lalu membuka pintu kamarnya dan melangkah masuk. Sandi memiringkan kepalanya dan setelah beberapa saat, dia membuka pintu ke apartemennya sendiri kemudian mengunci pintu kamarnya. Sandi melemparkan makan siang yang ada di tangannya ke atas meja, lalu berbalik ke arah TV yang terus menyiarkan situasi Orang yang Selamat, kebanyakan mereka menyiarkan tentang gambaran mengharukan dari para Orang yang Selamat yang kembali ke keluarga mereka masing-masing.
Orang-orang yang di siarkan di TV sedang berpelukan, menangis dan tertawa bersama-sama, perasaan hati mereka yang begitu baik menular dengan tinggi. Sandi menatap ke arah TV tanpa ekspresi dan membongkar kotak makan siangnya.
Dia pikir hal-hal seperti ini berada jauh darinya, tapi dia tidak pernah berpikir kalau tetangganya sendiri adalah seorang Yang Selamat juga.
Tetangga Sandi, Milo Miles, adalah seorang guru sekolah dasar sebelum dia menghilang, adalah orang yang di puji secara luas oleh murid-murid dan para orang tua karena sifatnya yang lembut dan kemampuannya yang luar biasa, dan adalah seorang guru honorer lokal di usia muda. Tiga tahun yang lalu, Milo pergi setelah menyapa Sandi, dan kata-kata terakhirnya adalah dia yang akan pergi mengunjungi rumah muridnya, lalu menghilang setelah itu.
Orang tua dari para murid yang menunggu kunjungan rutin dari Milo itu tidak memiliki kesempatan untuk berjumpa dengan Mlilo, dan sekolahan juga tidak bisa menghubunginya sama sekali. Milo hanya menghilang tanpa jejak dan di golongkan sebagai menghilang selama hampir tiga tahun.
Ternyata dia di panggil ke dalam aliran dunia tanpa batas yang aneh itu juga.
Setelah menggigit nasinya, Sandi mengubah saluran TV-nya ke saluran di mana pembawa acara sedang berdiskusi dengan seseorang yang mengaku dirinya sendiri sebagai pakar pada bagaimana caranya memindahkan para Orang yang Selamat, dan mereka memutar-mutar topik itu maju dan mundur sebelum akhirnya menemukan sebuah kesimpulan.
Menurut jalan dan arahan saat ini, pemerintah bersiap untuk memperlakukan Yang Selamat sama dengan orang biasa lainnya, dengan hak manusia yang sama dan tanggung jawab kejahatan yang sama ketika mereka melanggar hukum, dan mereka percaya kalau pemerintah memiliki kekuatan untuk melakukan hal ini.
Setelah menyelesaikan makan siangnya, Sandi melemparkan kotaknya ke dalam tempat sampah dan melirik ke arah luar jendela. Setelah gempa, cuaca panah mereda secara bertahap. Hanya dalam beberapa hari, suhu turun ke suhu normal di musim gugur, dan dedaunan di pepohonan mulai berguguran dalam semalam.
Setelah menuangkan segelas air mendidih, Sandi berjalan ke arah balkon, di ikuti dengan sedikit terhenti dalam langkahnya. Dia melihat Milo sedang berdiri di balkon sebelah.
"Pak Milo?" Sapa Sandi.
"Pemandangannya sungguh indah..." Milo menghela napas, menatap di kejauhan dengan senyum lembut di kedua matanya, "Aku tidak pernah melihat pemandangan seperti ini dalam waktu yang lama."
Sandi menyesap airnya, "Tempatnya seperti apa?"
"Hitam, tidak ada matahari, semuanya adalah cahaya yang palsu dan dingin." Milo merentangkan tangannya untuk merasakan cahaya matahari. "Orang-orang menjadi sekarat di mana-mana. Rasanya bagus jika ada tiga orang di dalam satu permainan yang bertahan hidup."
"Terdengar seperti tempat yang kejam." Kata Sandi pada Milo membayangkan apa yang terjadi di tempat itu.
Milo menolehkan kepalanya dan menatap ke arah Sandi, cahaya matahari yang berada di tubuhnya membuatnya terlihat seperti dewa yang memesona, "Sudah berakhir, tidak ada lagi hal-hal yang menyeramkan akan terjadi setelah ini."
"Apa yang Tuan Milo rencanakan untuk ke depannya sekarang?" Tanya Sandi penasaran.
"Sekolahan mungkin tidak akan menerimaku lagi." Milo menghela napas dengan tidak berdaya, "Bahkan jika sekalipun aku dulunya adalah seorang guru yang baik, sejak aku menjadi seorang Yang Selamat, rasanya normal kalau sekolahan akan merasa khawatir jika aku kembali mengajar. Jika aku memikirkan hal itu, aku juga tidak akan membiarkan anak-anakku belajar di bawah pengajaran Orang yang Selamat juga."
Sandi menganggukkan kepalanya, "Sangat masuk akal."
"Aku akan membuka sebuah toko bunga." Milo merosot ke arah pagar balkon miliknya.
Sandi menggenggam cangkirnya, merenungkan perkataan Milo, "Sebuah toko bunga? Sekarang musim gugur, bukankah bunga-bunga terlihat tidak bagus pada musim gugur sekarang?"
"Tidak apa-apa." Milo merentangkan tangannya dengan sebuah bibit di telapak tangannya ke arah Sandi. Pada saat yang selanjutnya, bibit yang berada di telapak tangannya dengan cepat mengeluarkan tunas dan mulai tumbuh, dan dalam beberapa detik ada sebuah buket bunga yang dengan tiba-tiba bermekaran, kelopak halus bunga itu bergoyang karena angin, begitu segar dan indah.
'Apakah ini kekuatan sihir para Orang yang Selamat?' Pikir Sandi.
Setelah memikirkannya, Sandi berbicara, "Aku pikir, kamu akan lebih banyak menghasilkan uang jika kamu terjun ke bagian sihir daripada membuka sebuah toko bunga."
Milo tertawa terbahak-bahak, "Tidak, sebagian besar Orang yang Selamat bisa melakukan hal-hal seperti sihir, dan bukankah kamu berpikir kalau toko bunga yang tidak perlu biaya ini sedikit lebih aman daripada berjalan berkeliling bersaing dengan teman-teman yang tidak terhitung jumlahnya itu?"
Bersambung