~ Sebelumnya ~
Milo tertawa terbahak-bahak, "Tidak, sebagian besar Orang yang Selamat bisa melakukan hal-hal seperti sihir, dan bukankah kamu berpikir kalau toko bunga yang tidak perlu biaya ini sedikit lebih aman daripada berjalan berkeliling bersaing dengan teman-teman yang tidak terhitung jumlahnya itu?"
"Kamu benar juga." Kata Sandi lalu menganggukkan kepalanya tanda setuju.
"Sial, kamu masih saja sangat lucu." Milo menangkupkan tangannya dan bunga-bunga itu dengan cepat menutup dan kembali berubah menjadi bibit-bibit. Lalu dia menghela napas dengan kedua matanya yang terpejam, "Tiga tahun sudah berlalu dan semuanya berubah dari apa yang terakhir aku ingat, hanya kamu yang masih saja sama, meskipun rambutmu di cat ke warna putih yang aneh itu."
Milo membuka kedua matanya, dan ketika dia membukanya, Sandi dengan tiba-tiba menyadari kalau kedua mata Milo tidak berwarna hitam murni, tapi berkilauan dengan sebuah warna emas yang samar yang terlihat sangat jelas dalam cahaya matahari.
"Aku juga merasa kalau Tuan Milo juga tidak berubah." Kata Sandi dengan pelan.
"Benarkah?" Milo menatap ke arah Sandi dengan sedikit agak merasa senang, dan setelah beberapa saat dia dengan lembut menghela napas, "Sandi, menurutmu Orang yang Selamat ini adalah perwujudan yang seperti apa?"
Sandi menatap cangkir yang berada di tangannya, "Aku pikir mereka adalah seorang korban."
"Korban?" Ulang Milo, tubuhnya membeku sejenak.
"Entah bagaimana di bawa ke dunia yang mengerikan dan kejam itu, berjuang untuk tetap hidup dan bertahan, dan kemudian suatu hari kemudian pada akhirnya pulang dan di cemooh oleh keluargamu, orang-orang seperti itu adalah korban yang malang bagaimana pun kamu melihatnya." Jelas Sandi pada Milo.
Milo menatap Sandi, dengan cahaya lembut di bawah kedua matanya Milo berkata, "Sandi, kamu benar-benar orang yang menarik."
Sandi baru saja akan menjawab, namun dia mendengar telepon yang di tinggalkannya di kamar berdering. Sandi memberi kode kepada Sandi, memberitahukannya kalau dirinya akan mengangkat telepon itu dulu, kemudian dia berbalik masuk ke dalam kamarnya. Milo tetap berdiri di balkonnya, kedua matanya berubah menjadi warna emas seutuhnya dalam sinar matahari. Dia membuka tangannya lagi, membuat bunga-bunga itu bermekaran lagi, lalu dia mengamati bunga yang berada di tangannya. Beberapa saat kemudian dia meniup ke arah bunga yang mana kemudian berubah menjadi cahaya-cahaya kecil berwarna emas dan terbang bersama dengan angin, sepenuhnya menghilang ke udara.
"Ini pertama kalinya aku di perlakukan sebagai seorang korban. Layak untuk di ingat." Gumam Milo dengan pelan.
****
Sandi kembali ke kamarnya dan menjawab dering teleponnya, orang yang menelepon dirinya adalah Brian. Setelah perubahan yang sangat besar terjadi di dunia mereka juga mempelajari kalau orang yang terjatuh dari langit dan berteriak 'Aku kembali!' adalah juga seorang Yang Selamat. Terima kasih pada orang itu, ketika Sandi dan Brian memikirkan tentang para Orang yang Selamat, gambaran yang langsung muncul di pikiran mereka adalah orang kecil yang sedang menangis kesakitan.
"Sandi, kita bisa kembali kerja besok." Brian tentunya juga merasa sangat senang, selama seminggu libur ini semua orang merasa khawatir apakah mereka masih memiliki pekerjaan mereka.
Sandi menjawab perkataan Brian dengan "mhmm". Karena setidaknya agen perjalanan saat ini bisa beroperasi secara normal, tatanan sosial kemungkinan besar telah stabil juga.
"Apakah kita akan terus lanjut dengan rute itu?" Tanya Sandi.
"Tentu saja, perusahaan menggunakan kawah bekas hantaman Orang yang Selamat di atas puncak gunung itu sebagai sebuah titik publisitas, menarik banyak orang yang penasaran dengan Orang yang Selamat." Brian tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tertawa dengan terbahak-bahak, "Selamat, Sandi kamu bisa mengecat kembali rambutmu sekarang."
Sandi melirik ke arah kaca. Dia menatap pada dirinya sendiri, dan dengan kepalanya yang di hiasi dengan rambut berwarna abu-abu keperakan, dia lebih terlihat seperti berumur 18 tahun daripada umur aslinya yang 23 tahun.
Tidak memedulikan untuk mematikan TV miliknya, Sandi bersandar di sofa dan menjawab dengan asal-asalan, "Aku akan mengecatnya kembali saat aku ada waktu."
Brian tidak meneruskan perbincangannya dengan Sandi, dia harus pergi untuk memberikan informasi mengenai pekerjaan itu kepada rekan kerja lainnya, dan Sandi mengucapkan selamat tinggal sebelum menutup teleponnya. Sandi melemparkan teleponnya di sebelahnya di atas sofa, acara TV masih menyiarkan siaran yang sama seperti sebelumnya, kecuali para Orang yang Selamat.
Sebuah situs web secara spontan mengumpulkan informasi mengenai Orang yang Selamat, seperti detail informasi mengenai aliran dunia tanpa batas yang mereka pelajari dari para Orang yang Selamat yang sudah mereka wawancarai.
Sama seperti di dalam buku novel, dunia-dunia itu di penuhi dengan kegelapan dan kematian, setiap dunia di penuhi dengan darah, dan hampir setiap orang yang keluar dari aliran dunia tanpa batas memiliki beberapa tingkat masalah psikologis. Pemerintah sedang mengatur para psikolog untuk secara psikologi menuntun mereka kembali ke kehidupan normal secepat mungkin, tapi masih ada beberapa kelompok orang yang kesulitan beradaptasi.
Mereka mungkin merasa ketakutan pada gelap, takut untuk tidur, sedikit saja gerakan akan membuat mereka terbangun, atau secara tidak sadar akan menyerang balik ketika di ganggu.
Orang-orang seperti ini tidak akan bisa hidup dalam sebuah kehidupan yang normal, jadi pemerintah mengundang ahlinya untuk membantu mereka bertambah baik. Orang-orang itu juga memahami kalau mereka mungkin akan menyakiti keluarga mereka sendiri jika mereka terus seperti ini, dan sebagian besar dari mereka sangat lah kooperatif, Orang yang Selamat yang di wawancarai ini adalah salah satu dari mereka. Dia mengklaim kalau dia baru saja melalui tingkat pertama di aliran dunia tanpa batas, dan merupakan seorang Yang Selamat tingkat rendah yang belum memiliki waktu untuk terus maju ke level selanjutnya.
Orang-orang seperti inilah yang paling banyak sekali, karena semakin tinggi seseorang naik semakin seram tempatnya berubah, semakin banyak orang-orang yang mati, dan sebagian besar dari mereka yang masih hidup belum merasakan terlalu banyak permainan yang mengerikan.
"Masalah psikologis?" Gumam Sandi mengulangi.
Sandi memikirkan tetangganya, Milo, yang hidup selama tiga tahun di situasi mengerikan seperti itu. Dia tampaknya masih sama seperti sebelumnya: mencintai hidup, lemah lembut dan ramah. menyesali pekerjaannya yang menghilang sebagai guru. Dia terlihat berakal sehat dan merendah, tanpa sedikit pun tanda adanya masalah psikologis.
Ketika dia membuka toko bunga miliknya, Sandi memutuskan akan sering berkunjung ke sana, karena dia dulunya sangat menyukai tanaman.
****
Saat jam enam di pagi hari, Sandi membuka pintu rumahnya dan melangkah keluar. Karena perubahan drastis dari cuacanya, dia mengenakan sebuah jaket yang sangat tebal berwarna abu-abu.
Bersambung