Bab 20 – Kencan Manis.

Menyentuhnya, sama dengan mati.

Menyakitinya, sama dengan tiada.

Melukainya, sama dengan menderita.

Dia adalah segalanya bagiku. Jika dia tidak ada. Maka aku pun sama…

**

Sebuah tempat yang gelap dan sunyi di tengah hutan menjadi salah satu tempat paling disukai sebagai lokasi markas dari gerombolan serigala dengan rasa lapar yang sangat besar pada masing – masing di antara mereka. Mereka harus berburu. Bukan untuk menghisap darah atau sekedar memakan daging buruannya. Tapi lebih ke rasa haus akan perburuan dan kepuasan saat buruan mereka berhasil di tangkap untuk di cengkeram kuat dalam kungkungan di antara cakar – cakar tajam yang mereka miliki.

"Aku mencium aroma serigala lain di tengah kota kemarin malam…" ucap salah satu dari gerombolan serigala itu kepada ketuanya.

Sang Alpha yang berdiri di atas sebuah batu besar menoleh dan menatap lurus. Memberikan sorot mata tajamnya yang mematikan sembari menggeram dan menggeretakkan gigi – giginya yang tajam dan runcing layaknya pisau.

"Tidak ada serigala lain, yang berani tinggal di tengah kota…" kata si Alpha.

"Tidak! Aku dengan sangat jelas mencium bau dari serigala lain. Bukan dari kawanan kita. Aku yakin itu!" jawab si serigala yang kembali meyakini apa yang dia rasakan.

"Tidak ada yang boleh mengusik wilayah kita. Sekali pun dia manusia, atau serigala sekali pun!" tegas sang Alpha. "Cari tahu siapa dia dan dari mana asalnya. Bawa dia ke sini, aku harus mengetahui dan melihatnya sendiri dengan mata kepala ku!" ucapnya dengan nada perintah yang sangat jelas.

Para serigala itu mengangguk samar dan kembali berpencar. Melakukan perburuannya kembali malam itu. Sementara sang Alpha sudah mengaum dengan suara kencang dan terdengar begitu berwibawa. Dia seolah memberi sinyal, bahwa wilayah ini adalah miliknya dan kawanannya sendiri. Dia seolah ingin memberi peringatan pada orang – orang di luar sana. Pada serigala yang mungkin ada di luar sana juga. Bahwa ini adalah kawasannya.

**

Arrio yang masih memeluk erat Arra dan menikmati pemandangan pantai di malam hari terkejut mendengar suara auman serigala tersebut. Dia memahami benar apa yang di ucapkan melalui auman itu. Sebuah suara yang menurutnya tidak asing lagi.

"Kenapa?" tanya gadis itu kebingungan dengan sikap kekasihnya.

"Apa kau dengar suara itu juga?" tanya Arrio balik.

"Suara anjing?" tanya Arra kembali dengan wajah polosnya.

"Itu bukan anjing sayang. Itu suara…"

"Kata ayahku itu suara anjing besar yang tinggal di tengah hutan. Aneh sekali kalau suaranya bisa sampai ke sini. Tapi mungkin memang ada yang memeliharanya," jawab Arra dengan santai tanpa beban.

"Memelihara anjing besar? Apa maksudmu?" tanya Arrio lagi.

"Di daerah rumah orang tuaku. Kadang aku melihat ada beberapa yang memelihara anjing besar. Bentuknya mirip serigala, tapi kata mereka itu bukan serigala. Hanya anjing besar yang suka mengaum. Mereka menempatkan anjing – anjing itu sebagai penjaga rumah. Dan mereka akan mengaum pada siapa pun orang asing yang datang ke rumah tuannya tanpa di undang. Mirip anjing penjaga biasanya," kata Arra sambil menceritakan semuanya.

Suara auman itu kembali terdengar. Kali ini tidak hanya satu, tapi sangat banyak.

"Kita harus pergi dari sini sekarang juga. Aku rasa, tempat ini tidak aman untuk kita." Arrio langsung bangkit dan mengenakan bajunya kembali dengan cepat.

Sementara Arra hanya diam dan memperhatikan sang kekasih dengan wajah bingung.

"Kenapa kamu ketakutan sekali, sayang? Mereka tidak akan sampai ke sini kok. Lagipula, suara seperti itu sudah biasa di lokasi ini. Tempat kita sekarang memang cukup dekat dengan hutan. Jadi kamu tak perlu khawatir, nanti mereka pasti akan pergi sendiri."

Iya, yang dikatakan Arra memang benar. Jika telinga yang digunakan untuk mendenagr adalah telinga manusia normal seperti kekasihnya sekarang. Tapi kenyataannya, Arrio mendengar suara itu bukan dengan telinga manusia pada umumnya. Melainkan telinga serigala yang sudah sering dia pergunakan hingga menjadi jauh lebih peka saat ini.

Dia tahu persis apa arti auman yang terdengar di telinganya dan itu merupakan sinyal bahaya yang sangat kuat. Dia tidak tahu kalau dalam kehidupan barunya sebagai seorang manusia serigala, rupanya ada aturan bahwa tidak boleh bagi manusia serigala untuk sembarangan memasuki wilayah yang dimiliki dan dikuasai oleh manusia serigala lainnya. Dan Arrio juga tidak tahu kalau ternyata aroma tubuhnya sudah menjadi satu seperti seekor serigala yang mengundang kemarahan dari kelompok manusia serigala yang ada di sana.

"Sayang ini sudah malam. Besok kita masih ada pekerjaan yang harus kita selesaikan. Bukannya di kafe ada pesanan besok pagi?" Arrio mencoba mencari alasan.

"Kamu kenapa panik begitu? Semua persiapannya sudah aman kok, besok juga tinggal finishing saja. Lagipula, tadi kamu bilang di sini gak aman buat kita. Memang maksudnya apa? Ada yang berbahaya di sini?" tanya gadis itu tak percaya begitu saja dengan ucapan yang dilontarkan oleh kekasihnya barusan.

"Aku tak bisa menjelaskannya sekarang. Hanya saja, ini sudah malam. Jadi tidak baik untuk kita berada tetap di sini sampai larut. Lagipula… angin malam sudah bertiup lebih kencang. Ayo pulang, sayang…" ajak Arrio kembali.

Meski masih menyimpan banyak pertanyaan dalam hatinya, namun Arra tidak lagi banyak mendebat pada ucapan dan sikap aneh Arrio saat ini. Sebab dia sendiri sebenarnya juga merasakan ngeri setelah mendengar suara auman tadi. Hanya saja, Arra mencoba untuk tetap tenang dan merasa lebih tenang juga karena keberadaan Arrio di tempat ini dengannya.

**

Salah satu rumah dari salah satu keluarga bangsawan di Yunani kini sedang mengadakan sebuah pesta perayaan atas keberhasilan putra tunggalnya dalam menggapai sebuah gelar bergengsi dari satu universitas besar di Kota London. Gelar yang juga mengukuhkan sang pria yang merupakan anak tunggal tersebut menjadi seorang pewaris tunggal dari seluruh kekayaan orang tuanya. Dari perusahaan, rumah, beserta segala asset yang dimiliki oleh keluarganya selama ini.

Nicholas. Pria yang menjadi bintang utama malam itu merasa sangat bangga dan senang terhadap pencapaian yang telah dia raih hingga detik ini.

Rasanya semua kesulitan yang dia jalani selama beberapa tahun terakhir untuk mendapatkan gelar dan memantaskan diri sebagai salah satu pewaris utama dan satu – satunya di antara beberapa kandidat yang muncul tiba – tiba, kini sudah terbayar dengan lunas. Karena dia mampu menyingkirkan anak – anak dari para paman dan bibinya. Yang juga dijadikan salah satu kandidat kuat sebagai pewaris kekayaan milik sang kakek.

Kakek dari Nicholas memang adalah keluarga bangsawan yang cukup terpandang. Dengan kekayaan dan berbagai harta benda yang menjadi miliknya. Membuat pria itu kemudian mengatakan bahwa pewarisnya harus salah satu dari cucu laki – laki yang dimiliki oleh setiap putranya. Di antara para kandidat, Nicholas juga menjadi salah satunya. Dia dan keluarganya merasa lebih berhak, karena dia merupakan anak tunggal dari anak pertama dan paling tua dari sang kakek. Tapi ternyata, ada beberapa kualifikasi yang harus di penuhi oleh Nicholas jika dia memang ingin menjadi pewaris tunggal dari seluruh kekayaan orang tua dan keluarga besarnya. Berbagai hal sulit dilalui Nicholas dengan ambisi besarnya untuk menjadi penguasa utuh dari seluruh keluarga kakeknya.

"Aku senang dengan keberhasilanmu Sayang…" kata sang ibu pada Nicholas.

"Tapi Bu… aku tidak melihat dia datang hari ini untuk memberiku ucapan selamat…" Nicholas menatap pada sekeliling ruangan, mencari keberadaan seseorang.

"Oh… iya memang. Dia belum tahu soal ini. Tapi kau tak perlu khawatir…"

***