BAB 5 ALIGATOR

Brumm brummm brummm!

Suara mesin motor saling bersahutan satu sama lain. Di tengah dinginnya malam, terlihat gerombolan remaja yang sedang berkumpul di depan arena balapan.

"Gaspolll! Gausah pake lamaaa!" seru Bayu di tengah ramainya penonton.

Dua remaja laki-laki yang sedang duduk di atas motor sport yang berada di tengah jalan, terlihat saling menatap sengit satu sama lain.

"Masih gaberani bawa cewek?" tanya Bara dari balik helm fullface-nya. Sangat ketara jika ia sedang meremehkan lawan mainnya—Revan.

Tidak ingin berdebat dengan Bara, Revan memilih untuk diam. Sejak dua tahun lalu, Revan memang tidak lagi menerima balapan motor jika harus membawa perempuan di belakang jok motornya. Bukannya Revan sombong atau tidak ingin memberi boncengan pada perempuan. Revan hanya tidak mau kesalahan yang dulu pernah ia lakukan, kembali terulang.

Satu kata yang sering Revan katakan: perempuan itu untuk dijaga, bukannya untuk dibuat celaka.

Suara nyaring peluit tanda pertandingan dimulai. Baik Revan maupun Bara mulai melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Keduanya sama-sama ingin menang dan mempertahankan reputasi geng motornya.

"Kira-kira si bos bakalan menang apa nggak ya?" tanya Amran sambil menyedot es teh di tangannya.

"Kapan Revan pernah kalah?" Bondan balik bertanya.

"Si BarBar yang sok-sokan itu pasti bakal dikalahin sama Revan. Gue berani taruhan deh," ujar Bayu yakin.

"Yang tadi Revan minta udah dilakuin semua?" tanya Fathur.

Ketiga temannya mengangguk serempak. Sebelum balapan dimulai, Amran sudah mengingatkan anggota yang lain untuk memeriksa kondisi jalan yang akan digunakan balapan. Kemungkinan besar, Bara akan berlaku licik dengan niatan mencelakai Revan.

Dulu pernah Revan terjatuh di tengah balapan karena ada yang merusak motornya. Beruntung Revan sudah menyiapkan anggota untuk berjaga-jaga sehingga ia bisa tetap melanjutkan balapan. Selain itu, Bara dan anggotanya sering melakukan trik lain seperti mengganti onderdil motor secara diam-diam, memasang jebakan di jalan, memilih arena balapan yang berbahaya, atau bahkan sengaja mengajak ribut di tengah balapan.

"Gue yakin Revan bakal menang," kata Fathur. "Dan kemungkinan besar Bara akan ngajak tanding lagi."

"Ya elah, mereka udah kalah berkali-kali tapi masih mau nantangin lagi?" heran Amran.

"Bara punya dendam kesumat apaan sih sampe benci banget sama Revan," Bondan ikut merasakan hal yang sama.

"Gue rasa karena iri," kata Bayu membuat kedua temannya menoleh.

"Bara yang egois gitu mana mau jadi nomor dua di kalangan anak motor. Dia pasti mau dapat yang teratas. Paling terkenal, paling disegani, paling bisa menyombongkan diri. Kamaruk banget kok!"

Sebenarnya ada satu hal lagi yang membuat Bara sangat membenci Revan. Dan satu hal itu juga yang saat ini jadi kelemahan Revan. Jika kemarin-kemarin Bara belum bisa menggunakan kelemahan tersebut, kemungkinan saat ini Bara bisa melakukannya.

"SETENGAH SOK!!!"

Kemenangan mutlak untuk Aligator. Membuat seruan dari anggota geng motor yang diketuai Revan terdengar memenuhi arena balapan.

Lain halnya dengan Bara yang kini memancarkan aura tak bersahatat. Kesal bercampur marah. Lagi-lagi rencananya gagal dan membuat Kristal menerima kekalahan dari Aligator.

"Mending diem daripada banyak bacot tapi hasilnya zonk!" sindir Revan tersenyum miring di hadapan Bara.

Setelah itu Revan berlajan mendekati anggotanya dan disambut dengan teriakan pujian atas kemenagan yang kembali ia bawa malam ini.

"Mau kemana lagi bos?"

"Cabut."

Mendengar perintah dari sang ketua, membuat semua anggota Aligator segera bubar dari barisan penonton. Mulai menaiki motor masing-masing dan melajukannya dengan cepat menjauhi arena balapan.

***

"Serius lo nggak tau kalau Revan join geng motor? Dia ketuanya loh, Ay!"

Aeelin mengangguk paham. Bukannya Aeelin tidak tahu. Tapi Aeelin tidak ingin tau saja tentang kabar yang tidak ingin ia dengar.

"Apa lo berpikir setelah kejadian dua tahun lalu itu membuat Revan jadi tobat?" tanya Gina.

"Gue penginnya kayak gitu," jawab Aeelin.

"Karena lo ngilang makanya Revan jadi tambah gila, Ay. Dia melampiaskan amarahnya, kekesalannya, dan rasa kangennya dia sama lo dengan cara balapan. Udah nggak bener emang itu otak," Gina menggelengkan kepalanya, heran.

Saat Gina mengatakan kalau Revan masih aktif balapan liar tentu mengundang kecemasan di hati Aeelin. Jujur, Aeelin benar-benar tidak suka Revan ikut balapan atau join geng motor seperti saat ini.

Terlepas dari kejadian masa lalu yang membuat Aeelin trauma, Aeelin menilai jika kegiatan yang dilakukan Revan saat ini tidaklah ada gunanya. Hanya membuang-buang waktu dan tenaga saja.

"Kenapa? Khawatir lo sama Revan?" Gina bertanya setelah melihat ekspresi yang ditunjukkan Aeelin.

"Lo tenang aja deh. Revan pasti menang dan nggak bakal luka sedikit pun. Kalau pun luka juga gue yakin nggak parah-parah amat."

"Jangan bilang gitu ih. Doain yang baik-baik aja, Gina" kata Aeelin semakin risau.

"Itu muka beneran kayak Aeelin yang lagi mengkhawatirkan pacar kesayangannya," ledek Gina membuat Aeelin berdecak kesal.

"Pacar apaan coba? Udah pisah dua tahun, Na" ralat Aeelin.

"Pisah tapi tanpa status yang jelas. Lo sama Revan masih pacaran lah kalau kayak gitu," timpal Gina segera.

Bukannya merasa senang Aeelin justru terlihat lesu mendengarnya. Bukan tidak suka juga. Tapi, luka di masa lalu itu masih belum sepenuhnya Aeelin lupakan.

"Revan yang jadi korban. Dia yang terluka dan dia udah melupakan kejadian itu. Revan juga nggak menyalahkan lo, Ay" kata Gina.

"Justru karena dia yang jadi korbannya, Na. Karena dia yang bisa dengan mudah melupakan dan memaafkan kajadian itu. Buat gue jadi merasa semakin bersalah," balas Aeelin. Jujur dengan apa yang ia rasakan sekarang.

"Tapi lo masih sayang, kan? Masih cinta sama Revan, kan? Masih berharap bisa bareng sama Revan lagi. Iya, kan?" tanya Gina memastikan jika tebakannya tidak salah.

Meski Aeelin berkata 'tidak' tapi hal itu tidak sejalan dengan kata hatinya. Kalau Aeelin benar-benar sudah tidak menyukai Revan, sudah pasti ia tidak memikirkan apalagi mencemaskan cowok itu.

"Yang modelan kayak Revan emang susah dilupakan. Lula sering bilang kayak gitu kalau lihat Revan. Buat mendapatkan Revan itu butuh effort yang lebih. Makanya Lula nggak menjadikan Revan sebagai cowok yang ia kejar. Lebih memilih Fathur," tutur Gina sambil menyelonjorkan kedua kakinya.

"Bukannya Fathur juga sulit buat digapai? Maksunya, gue lihat Fathur itu orang agak cuek. Mirip Revan," kata Aeelin, mengingat pertemuan pertamanya dengan Fathur.

"Emang. Sama-sama kayak kanebo kering gitu. Anehnya banyak yang suka. Kayak nggak ada cowok lain aja," Gina juga tidak habis pikir dengan perempuan-perempuan yang satu kelas dengannya.

Dan juga dengan siswi-siswi di SMA Andalas. Banyak yang menyukai Revan atau pun Fathur. Cowok cuek bebek tanpa ekspresi seperti itu saja banyak yang suka. Apa coba yang bisa diharapkan dari mereka berdua? Cuma tampang bukan?

***