"Le - lepaskan!" geram Baron. Suaranya tertahan karena tangan Albert yang mencekik lehernya membuat dirinya sedikit sulit bernafas. Lehernya mulai menegang sulit untuk Alex untuk mengeluarkan suara, Alex terus berusaha untuk mengeluarkan namun hanya hembusan nafasan yang tak beraturan yang berhasil dia keluarkan dari tenggorokannya. Nafasnya mulai habis, pandangannya perlahan menjadi semakin kabur. Kini kesadarannya mulai menipis hingga dia tidak bisa melihat dan mendengar suara desisan ular Albert lagi.
Alex merasa mendengar sebuah benturan suara yang cukup keras. Apakah mungkin itu suara lehernya yang patah karena cekikan Albert?
Namun perlahan tangan albert yang mencengkram leher Alex semakin lama semakin mengendur. Udara dingin mulai memasuki paru - paru Alex dan membuatnya terbatuk - batuk. Perlahan pandangannya mulai fokus kembali, dia mencoba melihat sekitarnya dan tersadar kalau Albert sudah tergeletak di sampingnya.
"Den alex?! Kau tidak apa - apa? Den Lex bisa dengar suara saya?"
"A- apa yang terjadi?" kata Alex yang masih terbatuk batuk karena nafasnya yang tak beraturan. Alex mencoba untuk menegakkan badan bagian atasnya, melihat siapa orang yang telah menyelamatkannya.
Orang itu menggunakan seragam satpam dengan atasan putih dan celaa hitam. Sementara tangannya memegang sebuah pentungan atau Tonfa yang biasanya satpam bawa di samping pinggangnya.Mata pria itu mengamati Alex dengan seksama seperti menyelidik sesuatu. Akhirnya setelah melihat dengan baik - baik, Alex mengenal pria berseragam satpam tersebut. Pria itu adalah satpam sekolah atau penjaga sekolah, Kang Husein.
"Kang Husein?!" kata Alex lega. Ia berusaha untuk berdiri namun tangan Kang Husein menahan bahu Alex.
"Ada apa kang?" tanyaku pada kang Husein.
"Den Alex mengenal saya?"
Alex mengedipkan matanya kebingungan, dia tidak tahu maksud pertanyaan kang Husein. Dia saja masih shock dengan apa yang telah terjadi. Sebelum Alex menjawab pertanyaan Kang Husein sudah bersiap dengan posisi menyerang.
"Eh? Apa yang ingin kau lakukan?! Tentu saja aku mengenalmu kang!" Alex kaget dengan spontan dia mengangkat tangannya mencegah pukulan dari kang Husein.
"Tunggu kang! Ini aku, Alex! Pacarnya Gebi!"
Kang Husein memperhatikan gerak gerik Alex dari ujung kaki hingga kepala. Dia memeriksa mata Alex yang masih berwarna hitam layaknya manusia normal pada umumnya.
"Apa kau benar Den Alex?" tanya kang Husein.
"Memangnya kalau bukan Alex siapa lagi?"
Melihat sikap Alex yang masih normal, kang Husein menurunkan tongkat miliknya.
"Bukannya den Alex udah pulang ya tadi sore? kenapa ada disini?" tanya kang Husein sambil memegang tangan Alex membantunya untuk berdiri.
Sebelum menjawabnya Alex membersihkan celana dan baju bagian belakangnya yang kotor karena terjatuh.
"Saya kesini untuk menjemput Gebi," jawab Alex.
"Kalau begitu kenapa den Alex berlari mengejar saya, den alex membuat saya takut saja."
"Saya tidak tahu apa apa kang, saya sudah bilang kalau saya kesini mau ngejemput Gebi!" ucap Alex sedikit kesal. Namun dia menyadari sesuatu.
"Kang Husein bilang saya mengejar kang Husein? kalau kang Husein tahu itu saya kenapa anda lari?"
Mendengar ucapakan ku kang Husein terdiam tidak mengatakan apa - apa. Dia hanya memalingkan wajahnya sambil memegang Tonfa nya yang sudah berlumuran darah.
"Kok diam sih kang?" Alex bertanya kembali pada Kang Husein. Namun kang Husein masih tetap tak bersuara. Alex menghela nafas menyerah. Di waktu yang bersamaan dia teringat sesuatu.
"Siska!" pekik Alex kemudian dia menghampiri jendela melihat keluar taman. Kang Husein mengikuti Alex dan bertanya padanya.
"Den Alex nyari apa ?" tanya kang Husein penasaran.
Mata Alex terus mencari keluar jendela namun tak ada sosok wanita yang dia cari. Taman dibawahnya sudah kosong. Sosok Siska dan pria yang berusaha melukainya itu sudah tidak ada.
"Saya tidak tahu apa yang den Alex cari, tapi saya hanya ingin memastikan kalau den Alex bukan lah seorang 'penjaga'."
"Apa maksudnya 'penjaga'?"
"Penjaga seperti dia ..." Kang Husein menujuk Albert yang masih terbaring di lantai dengan dagunya.
"Kang, Sebenarnya apa yang terjadi disini?" Alex masih tak mengerti dengan apa yang barusan terjadi. Ini pasti bukanlah main - main lagi, ini pasti serius.
"Ceritanya panjang..." kata Kang Husein. " Sebaiknya kita segera cepat keluar dari sini, keributan tadi pasti membuat para penjaga yang lain akan datang kesini. Kita harus mencari jalan keluar. Alex, Ikuti aku!"
Saat kang Husein hendak berlari, Alex menahan bahunya. "Tunggu kang, kita tidak boleh meninggalkan Albert begitu saja kita harus membawa Albert juga! Dia pingsan disana karena kau telah memukulnya, mungkin saja kepalanya sudah terbelah. Sebenarnya apa yang telah terjadi disini?"
"Saya akan ceritakan semua nya sambil jalan," ucap kang Husein tegas. " Tapi mohon den Alex percaya sama saya untuk kali saja, Albert bukanlah Albert yang den Alex kenal. Ayo den kita pergi dari sini!"
"Tapi kang saya harus menemui Gebi terlebih dahulu!"
Kang Husein menatap tajam Alex, ini pertama kalinya kang Husein terlihat marah kepadanya.
"Den, Gebi akan selamat kalau kita keluar dari sini dan memanggil polisi atau warga sekitar untuk datang kesini. Sudah kubilang percayalah padaku! Kau baru saja melihat kegilaan ini dengan kedua matamu sendiri, jika kita tidak cepat keluar dari sini 'Manusia ular' itu akan menangkap dan menjadikan kita seperti 'Albert'."
"Manusia ular? Siapa yang kau maksud itu?" Alex semakin bingung dengan apa yang terjadi disini, dia tidak tahu siapa yang dimaksud manusia ular oleh kang Husein.
"Dialah adalah sumber dari kekacauan ini, dia yang merubah semua orang menjadi seperti 'Albert'." Kang Husein menjelaskan sambil terus mengawasi koridor sekolah dan melihat kebawah jendela memastikan tak ada 'penjaga' yang datang, wajah dia terlihat sangat panik. " Alex , saya sudah tidak peduli kau percaya atau tidak, kau pasti tidak akan mempercayainya sebelum melihatnya sendiri. Kita harus segera keluar dari sini."
Sebelum Alex menjawabnya kang Husein sudah membuka pintu dan keluar. Alex pun mau tidak mau mengikuti kang Husein walaupun hatinya masih janggal.
"Alex, ketika kau masuk kesini, apakah kau melihat sesuatu yang aneh?" tanya kang Husein dengan nada serius. Cara berbicaranya sudah berbeda dari sebelumnya, biasanya kang Husein akan memanggil Alex dengan sebutan Den atau Raden. Memang Alex merupakan keturunan anak laki - laki dari seorang raja, semua orang yang tinggal di kotanya termasuk sekolahnya sudah tau kalau Alex berasal dari keluarga bangsawan.
Walaupun berasal dari keluarga bangsawan, dia tidak merasa sombong. Justru malah sebaliknya, dia tidak suka jika teman - temannya memanggilnya den juga, Alex menyuruh mereka untuk memanggil namanya saja dan bersikap biasa saja.
"Aku melihat Siska sedang berlari di taman," Kata Alex, " Dia kelihatan sangat kacau dia dikejar oleh seseorang dan..." Belom selesai Alex menyelesaikan mengatakan hal itu, Alex melihat wajah kan kang Husein yang nampak marah saat Alex menyebutkan nama Siska.
"Ada apa, kang?"
"Siska, semua gara gara perempuan itu!"