Freya Allen, seperti biasanya setiap hari pekerjanya menuntut apapun berhadapan dengan pelanggan yang ingin puas dan lepas dari penat. Hari ini Tuan Andrew memintanya untuk datang ke tempat biasa, Hotel Red. Hotel kelas bawah dan tak menarik, lingkungan yang terpencil, tapi menjadi tempat teraman. Meski gedungnya tak menarik perhatian, mereka memiliki kamar yang fantastis. Desain klasik dengan kesan elegan dan anggun didominasi oleh warna hitam, merah dan emas yang menambah kesan mewah..
Kamar 102 jadi saksi bagaimana Freya menjalankan pekerjaannya. Ditemani Kim Jun penjaganya yang berdiri menunggu dengan setia menjaga sang atasan. Di samping Jun adalah pengawal dari tuan Andrew. Kim tak tau siapa pengawal baru Tuan Andrew, hanya saja dari postur tubuh, pria di sampingnya tak ada apa-apanya bertubuh kurus dengan tatanan rambut klimis dan jas yang sedikit kebesaran di tubuh.
Tak ada pembicaraan dari dalam kamar membuat hening yang mencekam di antara kedua pengawal yang sibuk adu rapatkan bibir. Kurang lebih dua puluh menit sampai suara desah terdengar keras diiringi erangan dari Tuan Andrew. Seolah telah melepaskan dahaga yang sejak lama ia tahan. Lalu erangan yang tak hanya sekali ia suarakan, terakhir pujian terdengar.
"Sea kau luar biasa!"
Pengawal tuan Andrew menatap Jun yang tak bergeming, tetap berdiri di depan pintu dengan pandangan lurus menatap jauh ke depan. Pengawal baru itu membayangkan, bagaimana Kim menjalani hari-harinya bersama Freya dengan kecantikan yang dimiliki gadis itu tanpa bisa menyentuhnya. Merasa diperhatikan, Kim menatap pria di samping kirinya.
"Apa yang kau pikirkan? Buang jauh-jauh pikiran busuknya tentang Nona Sea," ancam Kim geram.
Tatapan pengawal itu berubah meremehkan, dalam pikirannya dengan sok tau, ia berpikir bahwa laki-laki tak akan pernah melewatkan kecantikan seperti Freya tersaji di hadapan. Apalagi wanita secantik Freya, menurut sang pengawal baru itu, bahwa kecantikan gadis kelahiran Elfleur itu adalah mutlak tak bisa ditolak.
"Aku tau pikiranmu jangan munafik." Kini kata-kata itu terlontar dari bibirnya sambil melirik sekilas ke arah Kim.
Kata-kata itu buat Kim bergerak mendekat, menatap dengan penuh ancaman. "Katakan lagi?"
Tepat saat itu pintu terbuka menunjukkan sosok cantik yang menatap dengan heran. Ia menatap Kim yang perlahan melangkah mundur. Tatapannya lalu beralih pada penjaga Tuan Andrew yang menatap Freya tanpa jeda. Seolah tersihir dengan kecantikan yang dimiliki wanita di hadapannya. Tuan Andrew berjalan ke luar kamar lalu merapikan jas miliknya. Menatap sang penjaga yang berdiri di depan Freya, terpaku.
"Bein," suara Tuan Andrew memanggil sang pengawal yang ternyata bernama Bein yang sejak tadi membeku. Ia menatap Freya hingga buat seolah bola matanya akan mencelos ke luar karena kecantikan yang dimiliki wanita dengan gaun merah yang kini berdiri di hadapannya.
"Ah, i-iya Tuan."
Andrew berdecak kesal dengan kelakuan sang pengawal. Merasa tak enak, ia melirik pada Freya lalu membungkukkan tubuhnya. Andrew meminta maaf atas kelakuan sang pengawal. Freya, mengangguk seolah mengatakan kalau itu tak masalah. Hal yang biasa bagi gadis kelahiran Elfleur ketika bertemu dengan pria di luar desa, terutama mereka yang menatap pada manik mata yang menarik atensi. Seolah ada magnet yang menarik hingga sulit untuk dilepaskan, pesona musim dingin, lalu suara lembut yang menghangatkan hati layaknya musim semi, postur dan aroma tubuh yang buat hasrat menggebu layaknya musim panas, kecantikan yang memupuskan hari pria yang bukan menjadi pilihan mereka layaknya guguran daun di musim gugur.
"Sea, My lady." Suara lain terdengar. Seseorang dengan wajah yang mirip sekali dengan Andrew kini berdiri menatap pada Sea dengan senyum yang merekah.
"Tuan Andy?" tanya Sea sambil menatap Andrew yang berdiri dengan memicingkan matanya. Freya tau kalau Tuan Andrew tak tau alasan mengapa Andy kini berdiri di sini, di hadapannya.
Andy mendekat, memeluk Freya akrab dan segera melepaskannya. "Aku butuh dirimu, hmm?"
"Anda belum membuat janji Tuan." Sea mengingatkan.
"Aku tau, tapi ini mendesak, Andrew tak memberitahuku kalau kalian ada di sini. Hanya saja, aku benar-benar membutuhkanmu. Ini mendesak dan aku ingin menuntaskannya dengan puas." Andy mengatakan itu buat Bein dan pengawal Andy, Fir saling menatap.
"Anda akan melayani Tuan Andy Nona?" tanya Kim, yang jelas saja akan segera menarik Freya segera untuk pergi dari sana jika sang nona mengatakan tidak.
Freya terdiam, saat tuan Andrew berpamitan untuk segera meninggalkan tempat itu dengan menatap saudara kembarnya dengan kesal. "Baiklah, anda terlanjur datang. Silahkan masuk, aku akan melayani Anda dengan sangat-sangat baik," ucap Freya mempersilahkan.
Andy tersenyum senang, permintaannya berhasil mendapatkan persetujuan. Kim hanya hela napas saat Andy melingkarkan tangannya ke pinggang sang nona lalu mengajak Freya masuk ke dalam kamar.
Setelah Bein, kini Kim berdiri di samping FIr yang sama saja dengan Bein. Kim memerhatikan tatapan Fir yang penuh hasrat buat Kim ingin mencongkel bola mata Fir tempatnya.
Seperti itulah malam berlalu bagi Freya. Menghabiskan waktu dengan melayani para pelanggan untuk bisa meluapkan apa yang ingin mereka lepaskan lalu membuat pikiran mereka lebih tenang dan rileks.
***
Kemudian paginnya ia kembali terbangun, berjalan mecari kim yang tengah duduk di dapur seraya menikmati secangkir kopi. Freya mendekat, buat Kim segera berdiri, tangan Freya mengayun meminta sang pengawal tetap pada tempatnya.
"Habiskan kopi milikmu, setelahnya aku ingin ke taman."
"Sekarang nona?"
"Hmm, kemudian kita akan berjalan-jalan dan membeli sarapan."
"Baik," Kim segera menghabiskan kopi miliknya saat Freya duduk di samping Kim.
"Minum dengan perlahan aku akan menemani sang."
"Anda ingin sesuatu?" tawar Kim.
Frea menatap Kim dengan tatapannya yang sendu, cantik. Kim menggelengkan kepalanya buat Freya terkekeh karena sedetik yang lalu Kim larut dalam pesona Freya.
Keduanya kemudian segera berjalan ke luar dari apartemen Freya, berjalan menuju lorong kemudian masuk ke dalam Lift yang kosong. Wanita berusia tiga puluh tahun itu ,mengenakan kacamata hitam, setelah blazer berwarna cream. berdiri sedikit di belakang saat ada dua wanita paruh baya berpakaian glamor, berhiaskan aneka perhiasan masuk ke dalam lift. Salah satunya mengenakan pakaian berwarna magenta dan lainnya berwarna kuning. Keduanya kakak beradik yang ditinggal di lantai yang sama dengan Freya Madame Ola dan Madame Ova.
"Hmm aku katakan itu kalau wanita itu bernama Sea. Seperti apa yang aku katakan tadi tentang Tuan Loody." Ola si wanita berbaju magenta buka suara.
Kim refleks menatap Freya yang hela napas panjang, lalu merapikan kacamata yang ia kenakan.
"Ya, aku tau mereka katakan kalau ia penghancur hubungan Loody dan Jenny." Ova menyahut dengan wajah seolah tau dengan jelas apa yang terjadi.
"Ah, dia seorang Konkubine tentu saja." Ola menambhan.
Kim ingin bergerak maju untuk hentikan cibiran yang ia dengar, hanya saja Freya menahan langkah sang pengawal dengan mengangkat tangan kanannya.
Ova membuat mimik jijik, memutar bola matanya dengan kesal. "Dia pelacur?"
"Ova, jaga mulutmu. Aku takut Lift ini punya mata kau tau kan wanita itu satu lantai dengan kita?" Ola mengingatkan.
Pintu terbuka di lantai dasar, Ola dan Ova turun sementar Freya berdiri mematung. Kim melirik, menatap Freya, ia tak bisa membaca bagaimana reaksi Freya karena wajahnya tertutup dengan kacamata yang ia kenakan.
"KIt6a kembali saja Kim." Freya memerintahkan mendengar apa yang bicarakan dua orang tadi jelas buat dirinya kehilangan mood untuk berjalan-jalan di taman.
Kim menekan kembali tombol lift membawa keduanya kembali ke lantai apartemen Freya. Pintu terbuka kini Freya dihadapkan pada Yuji yang berdiri dengan berdecak kesal karena harus bertemu dengan Freya perempuan yang paling ia benci di apartemen ini karena pekerjaan gadis itu.
"Anda tak masuk?" tanya Kim.
"Aku tak suka berada di satu ruangan dengan ..," ucapan Yiju terputus lalu melirik Freya, meremehkan.
"Jalang sepertiku?"
Yuji terkekeh, "Kau mengakuinya sendiri."
Freya menahan pintu lift kemudian berjalan ke luar. "Masuk, aku sudah tak berada di sana."
Yuji menatap wanita yang kini berada di sampingnya. "Aku akan naik tangga."
Yuji baru saja akan melangkahkan kakinya sebelum freya memegangi tangan pria berkulit putih itu, buat Yuji dengan refleks menepis Freya buat tubuh Freya sedikit terhuyung ke belakang beruntung Kim menahannya. Kim ingin melangkah maju untuk melindungi sang nona, tapi Freya menahannya.
"Kau pikir kau pantas menyentuhku?!" Yuji marah, apa yang dilakukan Freya buat Yuji meradang.
Freya mendekat, dekat sehingga ia bisa menatap pori-pori wajah Yuji. Freya lalu menyentuh tubuh Yuji berkali-kali buat pria putih itu dengan segera mendorong tubuh wanita itu.
"Kau pikir kau itu siapa Tuan Yuji Foster?! Bertingkah layaknya orang tersuci di kota Del?!"
"Nona," Kim coba ingatkan. Freya terlalu emosi karena ia kelelahan semalam.
Yuji melirik sinis, membersihkan pakaiannya dengan mengibas-ngibaskan tangannya. "Kau, kau yang harusnya tau diri ja-lang."
Yuji berjalan cepat meninggalkan tempat itu sementara Freya menahan tangan Kim yang berniat mengejar Yuji. Freya tak pernah terpancing selama ini atas hujatan yang ia terima. Hanya saja kali ini ia merasa begitu lelah dan apa yang ia dengar hari ini buat hatinya terasa sakit. Memang seharusnya tak masalah untuknya, dan kali ini ia kalah menahan emosinya.
"Aku akan istirahat Kim," ucap Freya lalu memutuskan kembali ke lift untuk segera menuju apartemen dan beristirahat.