Morning Del

Kota Del, ibu kota Crushvales negeri yang indah dengan hamparan garis pantai kota pesisir dengan bangunan modern dipadu gaya kuno inggris abad 80-an. Pulau yang jika dilihat dari peta memiliki bentuk yang serupa dengan lumba-lumba. Meski kini dunia telah memodern-kan diri, kota Del tetap memiliki kesan klasik yang seolah dipupuk oleh masyarakatnya. Meski abad telah menunjukan angka ke-20 tapi, Del tetap memiliki kesan 80-an yang tetap dihidupkan mereka yang lahir di sana. Kesan itu didukung dengan pemerintahan mereka yang masih menjunjung tinggi sistem monarki absolut. Raja ke delapan belas Alland Carter, dan Ratu Briana menjadi salah satu yang terbaik, keduanya bisa memimpin kerajaan Delphileis dengan baik. Tak sedikit orang dari negara lain kemudian memutuskan untuk tinggal dan berada di sana. Menurut mereka Del tenang dan menyenangkan meski internet di kota itu lambat.

Pagi seperti biasanya kesibukan kota ini tak jauh beda dengan masyarakat di kota lain mereka bekerja dibidang masing-masing, pasar, swalayan, kantor, bank dan pajak. Del adalah kota impian terkenal dengan masyarakatnya yang ramah dan kota yang sangat damai.

Di salah satu apartemen, Freya Allen wanita tiga puluh  tahun itu tengah memanjakan diri duduk menikmati pijatan dari dua perawat kecantikan yang tengah memijat wajah, juga melakukan perawatan pada tangan dan kaki. Pekerjaannya menuntut ia untuk bugar. Tentu kalian terkejut dengan itu. Ya, anggap saja ia seperti yang kalian pikirkan 'jalang', perempuan bayaran. Karena semua menganggapnya seperti itu.

"Kim,"  ia memanggil pengawal pribadi yaang telah menemaninya selama delapan tahun belakangan setelah ibu angkatnya Nyonya Tinny meninggal karena sakit yang ia derita.

"Ya, Nona."

Kim Jun seorang pria keturunan korea yang dipilih mendiang ibu angkat untuk menjadi pengawal yang selalu berada di sampingnya. Lulusan terbaik di universitas ternama, menyandang sabuk hitam taekwondo, juara menembak antar negara. Alasan apa lagi untuk menolaknya? Kim sempurna sebagai orang yang ia percayai.

"Setelah ini aku akan bertemu dengan Tuan Loody." Freya memberitahu.

Kim terkejut dengan apa yang dikatakan Freya, lalu bertanya coba mendapatkan keyakinan dari apa yang dikatakan atasannya itu. "Lagi?"

Freya mengangguk. "Entahlah, mengapa ia tak juga bosan baru semalam aku mengurusnya dengan baik."

Kim mengangguk saja belum genap dua belas jam dan pria itu meminta layanan lagi. Freya sempurna dengan mata sayu yang cantik, bibir penuh peach yang indah, tepian indera penciumnya sempurna, tubuh jenjang dan lekuk yang membuat pria jelas terpana. Semua pelanggannya adalah pria mapan dan berpengaruh. Semua suka gadis cantik bukan? Dan para pejabat itu tau sasaran yang terbaik. Namun, wanita itu punya yang lebih baik dari itu.

Apalagi Freya berasal dari Elfleur, sebuah desa yang konon diberkati. Perempuan yang lahir di Elfleur tak ada yang biasa saja, semua punya kecantikan di atas rata-rata. Dengan mata sayu yang memikat, tubuh jenjang dengan kemolekan sempurna, kulit putih yang seolah berkilau saat mereka berjalan dibawah pencahayaan. Dan masih banyak lagi rahasia dari desa kecil itu.

"Apa tak sebaiknya Anda istirahat Nona?"

"Tak masalah, aku juga butuh olahraga hari ini. Kim, bisa kau hubungi Dokter Anna, katakan obatku habis aku akan mengambilnya hari ini setelah perawatan ini."

"Baik." Kim berjalan menjauh kemudian menghubungi Dokter Anna. Dokter pribadi Freya, sejak lama wanita cantik itu kesulitan tidur. Apalagi ia juga memiliki ketakutan sebelum melakukan pekerjaannya. Butuh stimulus untuk membuatnya melawan ketakutan itu. Semua berhubungan dengan masa lalunya.

Sepeninggal Kim, Freya kembali menikmati perawatan yang ia lakukan. Seraya mengambil sebuah kotak kecil di meja yang berada di sampingnya. Gadis itu lalu membuka kotak miliknya mengeluarkan sebuah batu berlian berwarna ungu yang selalu menemaninya.

***

Sementara di sisi lain kota itu ada si putih salju,  Yuji Foster. Seorang pengacara dengan kulit putih tak banyak pria di kota itu yang memiliki kulit putih dan Yuji salah satunya. Dan dalam keluarga Foster hanya Yuji yang memiliki kulit putih seperti itu. Namun, meski acap kali disapa dengan sebutan feefle (sebutan untuk butiran salju yang biasanya membentuk sebuah pusaran) Yuji tak kalah tampannya meski memiliki mata yang sipit, ia memiliki tatapan yang tajam, iris matanya indah seperti melihat musim gugur, lalu senyum semanis kucing kecil. 

Yuji terkenal dengan kemampuannya dalam menangani banyak kasus, semua berhasil ia menangkan. Selain itu ia juga terkenal dengan mulutnya yang pedas. Pria itu terbiasa melontarkan pemikirannya tanpa memikirkan orang lain. Mungkin terdengar jahat, hanya saja menurutnya kejujuran harus dikatakan secara jujur meski itu menyakitkan.

Pagi menjelang siang saat Arthur mengajaknya untuk mencari sarapan pagi itu Arthur menurut. Rekannya  itu memiliki senyum layaknya kuda. Bukan berarti Arthur tak tampan ... Dengan garis wajah tegas, hidungnya yang bangir, tatapan mata dengan iris kehijauan layaknya batu emerald, ditambah lagi Arthur berasal dari kalangan aristokrat yang cukup terpandang.

"Sarapan Bro?" tanya Arthur  sambil mengikuti langkah kaki Yuji yang tak segera masuk ke kantor pagi ini.

Yuji mendengkus melirik dengan kesal. "Aku terlihat sedang ingin berenang di matamu?" tanyanya sinis.

"He he he, santai sedikit. Aku hanya berbasa-basi," kekeh artur.

Yuji memutar bola mata jengah, "Basa-basi itu buang-buang waktu," ketusnya.

"Aish, ini alasan kenapa seluruh gadis di Crushvales takut padamu-" Arthur kemudian terdiam sejenak memikirkan sesuatu. "Ah tidak semua kecuali adikku Ainsley. Sebagai keluarga Lloyd rasanya dia yang paling tak mempunyai harga diri."

Yuji terkekeh. "Aku pikir kau sama saja."

"Sama apanya?"

"Sama-sama tak punya harga diri," jawab Yuji cepat lalu berjalan memasuki restoran yang mereka tuju.

"Sialan," maki Arthur, ia kemudian mengikuti langkah cepat sahabatnya.

Kindley Breaky nama tempat yang disambangi keduanya. Menyajikan aneka menu sarapan yang nikmat khas anak perantauan dengan harga yang bisa dibilang tak menguras kantong. Sementara Arthur dan Yuji bukannya tak memiliki uang, mereka hanya terlanjur tersihir dengan masakan Rob dan Richie duo kembar pemilik restoran itu. Telur mata sapi dari telur organik yang dibumbui lada dan garam himalayan, ditambah tumisan buncis, bunga telang dan paprika. Ada lagi ayam panggang yang telah dimarinasi selama dua malam dengan bumbu rahasia, dimakan dengan tambahan smash potato yang dilengkapi keju juga saus racikan sepesial.

Yuji kini duduk di salah satu kursi yang letaknya tak jauh dari pintu masuk, di sebelah jendela dengan kaca besar buat ia kini bisa menatap jalan besar kota kelahirannya itu. Arthur sibuk dengan ponsel miliknya membaca artikel. Mereka tak perlu memesan, saat berjalan masuk tadi keduanya hanya bermain mata dengan Richie yang artinya 'seperti biasa'. Itu buat Richie mengangguk dan meyebutkan 'Lloyd dan Foster' sebagai tanda bagi Rob yang kini bertugas di dapur.

"Bagaimana dengan persidangan terakhirmu?" tanya Arthur.

Yuji menoleh. "Yang mana?"

Arthur berdecak kesal, maksud pertanyaan dari sahabatnya itu jelas. Artinya, aku menangani banyak kasus dan aku sibuk. Tidak sepertimu yang pengangguran. "Aku menyesal bertanya." Arthur kemudian meletakan ponsel miliknya.

"Kau terlalu sensitif," celoteh Yuji kemudian terkekeh menunjukan apa yang ada di pikiran Arthur itu benar.

"Sudahlah, aku malas."

Yuji masih terkekeh saat Richie membawakan minuman pagi mereka. Yuji memesan espresso juga sebotol air mineral. Lalu Arthur dibawakan secangkir teh chamomile degan madu tanpa gula. 

"Terima kasih Richie," ucap yuji.

"Terima kasih aku rasa kau butuh pelayan." Arthur memberikan saran.

"Kau bisa meminta bantuan Arthur. Rasanya tak masalah, dia pengangguran. Hahahaha," ledek Yuji buat Arthur berdecak kesal lalu memalingkan wajahnya.

"Aku akan mempertimbangkan saranmu Yuji, terima kasih.'' ucap Richie kemudian kembali ke tempatnya bekerja.