♦
Ⅴ
♦
Aku membuka mata dan terkejut bahwa tubuh ini telah berada di kamar sendiri. Mata ini melihat ke arah samping ranjang dan kudapati You sedang menunduk, tunggu sebentar—bukankah ini mirip seperti kejadian awal tadi?
"You, kau tadi menghilang ke mana? Aku sangat khawatir padamu." Aku mencoba bangkit dari tidur dan menyenderkan tubuh ini ke ujung ranjang.
"Mave? Syukurlah kau sudah sadar, kau tadi tiba-tiba pingsan." You memelukku dengan erat seperti biasa.
"Iya, tadi aku kembali pingsan saat sedang mencarimu di pantai. Kau tadi ke mana, You?" Aku melepaskan pelukannya dengan pelan.
You terlihat memiringkan kepalanya. "Hah?! Pantai?? Kita tidak pernah ke pantai, Mave. Kau saja pingsan dari tadi saat sarapan dan sekarang sudah jam tiga sore!?" ucapnya dengan wajah terkejut.
"HAH!!??"
Aku bahkan lebih terkejut darinya. Aku baru saja bangun dari pingsan yang tadi pagi? Sungguh tidak mengerti apa yang sedang terjadi, apakah kejadian tadi itu hanyalah gambaran atau mimpiku saja?
Berarti dari tadi aku tidak pergi ke mana-mana, aku masih berada dalam pingsanku?!
Apa-apaan itu?!
"Jangan bercanda, You!? Aku tadi pergi denganmu ke pantai dekat sini, kok. Aku tidak mungkin sedang meracau!?" tegasku heran.
"Justru kau yang bercanda, Mave!? Aku menunggumu sadar dari pagi, loh!" sahutnya.
Gawat, aku tidak tahu apa yang terjadi tadi. Namun, kejadian sekarang mirip dengan kejadian yang terekam otak ini tadi. Mulai dari posisi You duduk hingga reaksi pertamanya saat aku baru sadar dari pingsan.
Bagaimana mungkin itu bisa terjadi?
"Itu mungkin mimpimu yang terlihat seperti nyata, Mave." You memberikan minum kepadaku.
"Tapi ini seperti Déjà vu, You. Aku seperti sedang mengulang kejadian yang tadi kualami."
Tujuanku sekarang adalah membuang semua ketidaklogisan itu, tapi otak ini malah kembali berpikir tentang dunia lain.
Bagaimana jika tadi aku berpindah ke dunia lain?
Dasar otak bodoh!! Jika yang bisa kau pikirkan hanyalah keberadaan dunia lain, lebih baik fokus saja dalam mencari ingatan yang sudah kau hilangkan itu!!
Dasar otak tidak berguna!!
You beranjak dari tempat duduknya dan menyinggahi sisi kasur. Benar-benar seperti Déjà vu.
"Mave, kau tadi kenapa tiba-tiba pingsan?" tanya You.
"Aku tadi memikirkan sesuatu tentangmu, tapi aku sudah mendapatkan jawabannya pada saat bermimpi tadi."
"Tentangku? Jawaban? Apa maksudmu?"
"Ya, tentang masalahmu yang sering dilecehkan oleh teman-temanmu di SMA," balasku.
Wajah You tenggelam dalam kebingungan yang nyata, matanya tidak berkedip dan mulutnya hendak mengeluarkan beberapa patah kata.
"Ba—bagaimana bisa ... kau tahu itu?"
"Aku juga bingung, tadi itu seperti kejadian nyata, You. Aku yakin bahwa tadi itu bukanlah sembarang mimpi."
"Mungkin kau harus mencari tahu arti dari mimpi yang seperti kejadian nyata itu, Mave." You menatapku dengan serius.
"Iya, menurutku juga seperti itu."
"Sudah lupakan tentang mimpimu itu, Mave! Sekarang bergegaslah mandi dan ayo kita ke pantai untuk melihat Matahari tenggelam." You memegang pundakku dan tersenyum manis.
Pantai? Apakah You akan mengajakku ke pantai yang sama dengan kejadian awal tadi? Baiklah, aku akan menganggap kejadian awal tadi sebagai sebuah mimpi. Yah ... padahal tadi sudah senang bisa bermain air dengan You.
Pokoknya, kejadian tadi harus diwujudkan kembali!? Aku ingin melihatnya tersenyum kesal kembali.
●●●
Sesampainya di pantai, aku ingat benar bahwa pantai ini ada di mimpi tadi. Namun, kenapa ada banyak orang, ya? Aku melihat ke sisi lain pantai, akan tetapi tidak ada pembatas apa pun di area ini.
Apa-apaan itu?! Aku sungguh tidak mengerti apa yang sedang terjadi!?
"Mave, ayo kita buat istana pasir yang megah!" ucap You melambaikan tangannya.
Benar-benar Déjà vu.
"Tunggu sebentar, aku akan segera ke sana."
Aku berjalan menuju You yang sedang menyiapkan lahan untuk istana pasirnya itu. Ada banyak orang yang memandangi keberadaan You, aku harus menyuruh You untuk mengurangi sikap mencoloknya itu.
"You, lebih baik kau tidak usah ganti ke baju renang! Ada banyak mata mengawasimu." Aku membisikkan kalimat itu kepada You.
Aku memakai baju biasa, begitu juga You. Masalahnya adalah, jika dia melepaskan pakaiannya itu dan menggantinya dengan pakaian renang, akan banyak masalah. Jadi secara logis, aku menyuruhnya untuk memakai pakaian biasa saja.
Siapa yang ingin adik manisnya jadi tontonan pria, sih?? Tentu saja tidak ada!!
"Eh? Padahal aku ingin membuat istana pasir dan bermain air denganmu, Mave," ucapnya lesu.
"Kita akan melakukan kedua hal itu, tapi dengan kau yang memakai baju biasa saja. Aku tidak ingin ada seseorang yang melihatmu sebagai wanita murahan, You." Aku memegang pundak You dan menatapnya.
"Baiklah aku mengerti. Selama aku bisa bermain bersamamu, itu bukan lagi masalah, Mave," ucapnya sembari memberikan sekop pasir kepadaku.
"Oke, sekarang mari kita buat istana pasir yang megah, You!!?"
"Diterima, Kapten!!?"
Kami mulai membangun istana pasir yang megah, dimulai dengan mengumpulkan pasir dan air. Kami membentuk komponen dasar berupa pondasi yang kokoh, membuat dinding istana yang kokoh, lalu membuat atap istana yang megah. Akhirnya setelah berjuang keras, istana itu telah jadi.
"Yey!? Istana kita telah jadi. Terima kasih, Mave, karena telah membantuku." You memegang pundakku dan tersenyum.
"Ini adalah fungsi kakak yang sebenarnya, kan?"
"Kau memang terbaik, Mave!!" teriaknya sembari memelukku.
Aku melihat sekeliling dan menyadari sudah tidak ada lelaki busuk yang memandangi You. Jika dia berani berbuat macam-macam kepada You, sungguh akan aku tenggelamkan orang itu hingga ke dasar samudra di depan!
"Mave?"
"Ada apa, You?"
"Coba kau berdiri dan membelakangiku, aku ingin mencoba sesuatu!" perintah You kepadaku.
Mencoba sesuatu? Apa-apaan itu? Jangan bilang kau akan berbuat sesuatu yang memalukan. Se—setidaknya tunggu di rumah nanti dan kita akan melakukan sepuasnya.
"Kau barusan berpikir jorok, kan?"
Bagaimana bisa? Tidak, bukan itu yang harus dipikirkan sekarang—yang lebih penting—wajahnya berubah menyeramkan!!
"Ba—baiklah, apakah seperti ini?" Aku berdiri dan memutar membelakangi You.
Tidak ada pilihan lain, aku menurutinya. Namun ....
Plasshh!? Air dingin terasa mengalir di punggungku. Dingin sekali. Tulang belakang itu kini seperti mati rasa. Sekarang, tidak ada alasan lagi untuk berdamai dengannya!!
"Yuukiho Satourii, ayo ke sini kau!!" Aku berbalik dan mengambil air laut untuk membalasnya.
"Uwaa, jangan dendam padaku, Mave?!" You berlari menjauh dariku.
Aku berusaha mengejarnya kemudian menyiramnya dengan air yang berada di tanganku.
"Mave, awas kau, ya!!" You kini berbalik mengejarku dan aku menghindarinya.
Mengabaikan rasa malu terhadap pengunjung lain, kami berdua berlarian layaknya anak kecil. Kami menghabiskan waktu sore hari ini dengan bermain air di pantai ini. Alhasil baju kami basah kuyup semua, ini sudah pernah terjadi sebelumnya, haha. Akhirnya aku mewujudkan hal yang berada dalam mimpi saat pingsan tadi.
"You, duduk sini dan lihatlah pemandangan Matahari yang terbenam itu!" Aku menyuruh You untuk duduk di sampingku.
"Kau sudah seperti tidak mengalami hilang ingatan saja, Mave," ucapnya sembari duduk di sampingku.
"Semoga saja ingatanku cepat pulih, You, sehingga kakakmu yang asli bisa kembali lagi."
"Aku juga berharap seperti itu, tapi aku tak menyangka kenapa hanya identitasmu yang sangat sulit untuk diingat kembali, ya?"
"Aku pun juga heran, aku bisa mengingat banyak tentang dunia ini. Namun untuk identitas, aku belum ingat apa pun. Bahkan aku juga belum bisa mengingatmu, You." Aku mengelus kepala You dengan pelan.
"Aku paham, Mave, pokoknya kau harus berusaha untuk mengingatku kembali, ya!" ucapnya sembari memandangiku garang.
Tatapannya seperti tadi malam saja, dasar You aneh.
"Aku akan berusaha." Aku mengepalkan tanganku dan memandang You.
Matahari sudah mulai memadamkan sinarnya, itu artinya waktu kami telah habis di sini. Perut pun sudah berbunyi yang menandakan sudah lapar sekali, aku harus makan yang banyak setelah ini.
"Ayo pulang, You! Matahari sudah hampir tidak terlihat." Aku berdiri dan menarik tangan You.
"Matahari yang terbenam di pantai ini sungguh indah, ya, Mave?"
Deg.
Dadaku perih sekali, bukankah ini adalah perkataan wanita yang ada di mimpi tadi? Kenapa aku sedih setelah mendengar kalimat tersebut. Kenapa??
"Iya, aku juga menyukainya." Aku menahan air mata yang akan keluar.
"Baiklah, mari kita pulang dan masak sesuatu yang enak. Ayo Mave!"
Aku tidak boleh menunjukkan bahwa aku sedang sedih. Tentu saja begitu, aku sendiri tidak tahu kenapa tiba-tiba bisa sedih setelah mendengar kalimat tadi.
"Ayo, aku sudah tidak sabar untuk menikmati masakanmu."
"Tapi ...." You menghentikan langkahnya dan berbalik menghadapku.
"Tapi?" Aku menelan ludah.
"Tapi jangan pingsan lagi, ya, janji?" You menyodorkan jari kelingkingnya.
"Oh itu ... aku janji." Aku tersenyum dan menyambut jari kelingkingnya.
●●●
Perutku sudah penuh dengan masakan enak buatan You, aku berpikir dia seharusnya jadi juru masak saja. Sekarang adalah masa untuk berdiam diri dan menunggu seluruh makanan turun ke lambung. Dengan kata lain, kami masih berada di kursi dengan piring kotor di depan pandangan.
"Masakanmu enak seperti kemarin, You."
"Syukurlah pelanggan setiaku masih menikmati masakanku."
"Tentu saja, masakanmu adalah yang terbaik. Kenapa tidak buka restoran saja, You?"
Di kursinya itu, dia menatapku kesal.
"Kau ini, Mave, aku kan harus melanjutkan kuliah terlebih dulu." You mengunyah sendoknya sehingga memberikan bunyi yang tidak enak.
"Hentikan suara itu, You!? Kenapa sendok saja kau kunyah?"
"Ehehe ... habisnya kau tadi bicara yang aneh-aneh, aku bisa memasak juga karena ibu kita yang mengajarkannya."
Jadi You mendapat pelajaran memasaknya dari ibu kami? Ah sudahlah, orang tua kami telah tenang di atas sana, aku tidak boleh memikirkan yang tidak perlu.
"Mave?" panggil You.
"Ada apa, You?"
"Mi—num o—bat!"
You mengambil obat dan meletakannya di depanku.
Sialan, aku masih harus berurusan dengan benda ini ternyata. Lagi pula aku tidak merasakan efek apa pun dari obat ini. Apa jangan-jangan ... Dokter itu gadungan?
"Aku tidak merasakan apa pun dari minum obat ini, You." Aku mengangkat obat tersebut dan mengibaskannya.
"Mave, jangan banyak alasan. Bilang saja kau dendam sama Dokter itu, kan? Minum saja obatnya!" You mendekatiku dan menatapku garang.
"Ba—baiklah, Bu, aku akan minum obatnya." Aku tertunduk lesu meratapi nasib.
"Nah gitu dong!?"
Setelah melahap obat tersebut dengan air yang manis, aku yang tidak tahan dengan namanya obat, berpikir. Kenapa obat itu harus pahit? Apa tidak ada inovasi dari para Dokter membuat obat yang layak dikonsumsi?
"Sekarang mari tidur, Mave!" ucapnya lalu menggandeng tanganku.
Awalnya kukira kami akan berjalan menuju kamar masing-masing ... tapi apa ini?
"You, kenapa kau ikut ke kamarku?" ucapku dengan mengeluarkan raut wajah heran.
"Mave ... aku takut karena tadi ada kecoak di ranjangku ...."
Kecoak? Yang benar saja ada kecoak? Lalu, di ranjangnya?! Apakah kecoak itu juga jatuh cinta kepada adikku ini?
"Kapan kau mengeceknya? Kan dari tadi kau bersamaku?"
"Saat kau pingsan tadi," ucapnya lesu.
"Ayo ke kamarmu, aku akan membunuh makhluk biadab itu!?" Aku berjalan hendak keluar dari kamarku.
"Jangan, Mave, ini sudah malam. Lebih baik aku tidur bersamamu saja." You menarik tanganku dan memeluknya.
Janganjanganjangan—pokoknya jangan sampai aku tidur satu ranjang dengan You. Tidak boleh You tidur denganku dalam satu ranjang—tidak—tidak boleh hukumnya. Aku bisa mati kekurangan darah jika tidur dengannya.
"Permintaanmu ditolak mentah-mentah!!" Aku mendorong punggung You ke luar kamar ini, tapi sepertinya dia memberikan gaya perlawanan.
Saat ini bukanlah saatnya untuk bermain Hukum III Newton, sialan!! Harga diriku sedang dipertaruhkan!!!
"Baiklah, jika kau tidak mau satu ranjang denganku, aku akan tidur di sofa itu." You mengabaikan gaya dorongku dan berjalan menuju sofa yang ada di kamar.
Aku tidak bisa membiarkan dirinya tidur di kamarnya karena ada kecoak di ranjang. Lalu aku juga tidak bisa membiarkannya tidur di ranjangku karena dia adalah wanita. Terakhir, aku juga tidak bisa membiarkan seorang wanita tidur di sofa.
Sial!! Aku tidak diberikan pilihan olehnya!!? Setidaknya beri aku pilihan dong, You!!?
"Baiklah, aku yang akan tidur di sofa. Kau pakailah ranjangku saja, You." Aku berjalan untuk menutup pintu kamar.
You yang sudah sampai di sofa itu terlihat bingung akan ucapanku baru saja. "Apakah tidak masalah kau tidur di sofa, Mave?" ucapnya sembari menguap.
Aku berjalan pelan menuju sofa. "Daripada kau kan yang tidur di sofa, lebih baik aku saja."
"Kalau begitu, kita tidur di kasur saja bersama!!"
Sialan!? Dia benar-benar menguji harga diri ini. Aku tidak akan kalah semudah itu, You. Hal tersebut karena akal yang dimiliki tubuh ini masih sehat. Namun sejenak aku berpikir—benar juga—dia tidak takut lagi tentangku yang katanya mesum itu.
Aku berdiri di depan sofa, sementara itu You masih belum ada tanda-tanda untuk beranjak dari sofa itu. "Sudahlah, You, tidur saja di kasurku itu. Kau sudah ambil bantalmu, kan?"
"Gawat, aku lupa, Mave. Aku kan mengikutimu langsung ke kamarmu tadi." You memegang kepalanya dan menatapku.
Wanita ini ....
"Sudah pakai yang di kasur saja, aku akan mengambil bantal di lemariku."
"Terima kasih, Mave." You mencium pipiku dan berlari ke kasur.
Apa itu—baru saja? Dia mencium pipiku? Heiheihei—bukankah itu tidak baik? Jika terus seperti ini, aku akan dianggap pecinta adik sendiri.
Aku tidak percaya. "You, apa yang kau lakukan barusan? Kita kakak beradik, loh!?"
"Mencium pipi kan wajar Mave, kecuali jika bibir bertemu bibir." You berbicara dengan bantal yang menutupi mulutnya.
Apakah itu wajar? Jika menurutnya hal tersebut wajar, aku tidak masalah dengan itu.
"Baiklah, sekarang tidurlah! Selamat malam, You."
"Selamat malam juga, Mave."
Aku merebahkan tubuh ke sofa, tidak disangka aku mendapatkan kecupan dari adik sendiri. Apakah dia sangat menyayangi kakaknya seperti itu? Omong-omong tentang kecupan, apakah aku memiliki pacar di kehidupan lama? Ah—lupakan saja, yang terpenting adalah aku telah melalui hari pertama di dunia baru ini.
Meskipun terdapat hal yang aneh hari ini, aku bersyukur karena masih bisa melihat You tersenyum. Aku berharap besok pagi ingatan itu akan kembali, sehingga aku bisa mengingat kembali tentang You.
Setelah itu, aku kembali bermimpi tentang seseorang yang sedang menemaniku di suatu tempat.
"Kau tidak sendirian di dunia ini, aku ada di sini, tepat di hatimu yang akan berisi kehangatan."