4. Pagi yang tidak cerah

Flora berdecak pelan, untuk yang kesekian kalinya gadis itu sangat membenci yang namanya hari senin. Bagaimana bisa jarak waktu dari hari minggu ke hari Senin hanya beberapa jam. Sedangkan Flora harus menunggu enam hari lamanya untuk bisa menikmati hari liburnya. Meskipun tidak benar-benar libur karena dia harus membantu mamahnya di toko.

Dan kesialannya semakin membuat gadis itu meradang. Motornya tiba-tiba mati, sedangkan sepuluh menit lagi dia harus sampai di sekolah. Karena hari ini hari Senin dan otomatis akan ada upacara di lapangan.

"Shit," umpatnya. Flora turun dari motor, memeriksakan ban dan juga bensinnya. "Bensinnya masih ada kok, kenapa bisa mati gini," kata gadis itu. Flora menoleh ke kanan dan kirinya, mencari apakah ada bengkel terdekat atau mungkin ada anak yang mengenakan seragam yang sama dengannya atau tidak. "Mana masih jauh banget lagi," gerutunya lagi.

Flora mengirimkan bibir bawahnya, gadis itu membuka tasnya. Mencari keberadaan ponsel yang semalam sudah dia charge. "Duh, ini dimana lagi ponsel gue," katanya. Dadanya sudah mulai berdebar, khawatir dengan sesuatu yang terlintas di dalam kepalanya.

Flora mau memarkirkan motornya, gadis itu lebih memilih untuk mencari keberadaan ponselnya terlebih dahulu. Karena dia bisa menghubungi Cinta atau Ayra untuk meminta salah satu dari mereka menjemputnya.

"Aduh mamahh," rengek Flora. Tubuhnya melemas ketika dia sadar jika dia meninggalkan ponselnya begitu saja di atas kasur. Karena tadi pagi dia terlalu sibuk membuka instragram, akhirnya dia telat untuk siap siap dan berakhir dengan kelupaan untuk membawa ponselnya.

Flora terduduk lemas di trotoar dekat lampu merah. Gadis itu menundukkan wajahnya, membuat wajahnya tertutup oleh sebagian rambutnya.

Sebuah motor besar berhenti di depan Flora, membuat gadis itu mengerutkan kening tanpa mengangkat wajahnya.

"Anak Nusin bukan?"

Dan suara berat itu berhasil untuk membuat Flora mengangkat wajahnya.

*****

Flora menyelinap masuk, untung saja tadi dia dibantu oleh kakak kelasnya. Ya karena dia tidak melihat jelas seperti apa mukanya. Flora langsung menganggukan kepalanya ketika pemuda itu menawarkan bantuan. Dia juga membantu Flora untuk membawa motornya ke bengkel yang ternyata tidak jauh dari tempatnya menangis tadi.

"Lo kemana aja?" tanya Ayra yang melihat Flora, gadis cantik itu langsung menarik tangan Flora agar tidak diketahui jika gadis itu telat mengikuti upacara bendera. "Ko bisa masuk?" tanya gadis itu lagi.

Flora hanya menggelengkan kepalanya, gadis itu mencobanya mengatur nafasnya. Selain gugup dia juga takut jika ada yang melaporkannya karena telat. "Tadi dibantu sama orang," jawab Flora apa adanya.

"Siapa?" tanya Cinta. Gadis itu berdiri tepat di hadapan Ayra.

Flora kembali menggelengkan kepalanya. "Nggak tau, tapi dari dasinya si kelas dua belas,"

"Kelas dua belas telat?" tanya Cinta.

Flora nengangguk pelan. "Iya," jawab gadis itu. "Tapi kok dibolehin masuk ya?" tanyanya lagi.

"Emang siapa si?" tanya Ayra masih penasaran.

"Jangankan namanya Ay, mukanya aja gue nggak tau,"

"Nggak pernah liat?"

Flora menggeleng pelan. "Bukan, emang dia pakai helem full face jadi gue nggak bisa liat mukanya," kata Flora lagi.

"Jadi penasaran gue," kata Ayra. "Sejak kapan siswa yang telat di bolehin buat masuk," katanya lagi.

Flora hanya mengangkat bahunya. "Mungkin dia anak yang punya sekolah kali,"

"Kak Alvin?" tanya Cinta. Gadis itu sangat tergila-gila dengan kakak kelas mereka yang bernama Alvin.

"Emang anak yang punya sekolah namanya Alvin?" tanya Flora bingung.

"Emang lo nggak tau?" tanya Ayra. Gadis ur saling pandang dengan Cinta.

"Alvin yang biasa diomongin elo cin?" tanya Flora lagi masih belum yakin.

Cinta mengangguk cepat dengan senyuman manis yang terukir dibibir gadis cantik itu. "Iya," jawabnya. "Lo sama dia?"

Flora menggeleng. "Kayaknya bukan deh,"

"Dia peke mobil?" tanya cinta.

"Pake motor," jawab Flora.

"Oh berarti bukan," kata Ayra. "Tapi kenapa dia boleh masuk?" tanya Ayra. Gadis itu sudah sangat kepo dengan pemuda yang telah membantu sahabatnya. Bagaimana bisa siswa biasa bisa dengan mudahnya masuk ketika pintu gerbang sudah tertutup rapat?

"Nggak tau Ay, gue nggak tau," jawab Flora. "Udah deh gue capek," kata gadis itu lagi.

"PERHATIAN PERHATIAN, UNTUK NAMA NAMA YANG SAYA PANGGIL SILAHKAN UNTUK TETAP TINGGAL DI LAPANGAN.

BAGUS PRAYOGA DARI KELAS SEBELAS IPS EMPAT, DIANDRA ARUMI DARI KELAS SEBELAS IPS SATU, AYUNDA DARI KELAS DUA BELAS IPS TIGA, ELANG NARENDRA DARI KELAS DUA BELAS IPS SATU DAN ROSDIANA FLORA DARI KELAS SEBELAS IPA DUA," Bu Niken, guru BK yang katanya paling tegas dan paling tega memanggil nama-nama anak yang bermasalah di hari Senin ini. Dan Flora menjadi salah satu dari mereka, dan satu satunya anak IPA yang akan menerima hukuman hari ini.

"SAYA ULANGI NAMA YANG SAYA SEBUTKAN BARU SAJA UNTUK TETAP DIAM DI LAPANGAN," kata Bu Niken lagi. "ELANG," panggilnya pada salah satu pemuda yang sudah bersiap menyelinap untuk keluar dari barisan. "DIAM DI TEMPAT, ATAU HUKUMAN KAMU SAYA TAMBAH," katanya lagi.

"Artinya PD liat elo telat Flo," kata Cinta pelan.

Ya PD adalah penegak disiplin, yang sampai saat ini tidak diketahui siapa saja anggotanya dan siapa ketuanya. Mereka seakan seperti organisasi gaib, tidak ada perekrutan dan tidak pernah terlihat berkumpul di sekitar Nusin.

"Seenggaknya ada kak Elang Flo," kata Ayra, terkikik kecil. Padahal Flora saja tidak tau siapa pemuda yang bernama Elang.

"Elang?" tanya gadis itu.

Cinta mendesah pelan. "Udah udah nggak usah dibahas," kata gadis itu. "Nanti kita tunggu di kantin ya," kata Cinta lagi. "Jam pertama kosong," lanjutnya lagi.

"Sumpah?" tanya Flora. "Tau gini gue nggak buru-buru dan milih nggak ikut upacara aja," kata gadis itu lagi. Coba saja ponselnya tidak tertinggal pasti dia akan lebih memilih untuk menghubungi.Ayra atau Cinta, agar mereka memintakan izin untuknya.

"Nasi udah jadi bubur Flo, percuma elo nyesel juga," kata Ayra. "Ya udah kita ke kantin duluan ya. Tenang hukumannya nggak berat kok, paling cuma suruh bersih-bersih aja," lanjutnya lagi.

Flora memajukan bibir bawahnya. Gadis itu mengangguk pelan. "Tas gue bawain dong," kata gadis itu.

*****

"Kalian tau kenapa kalian dikumpulkan disini?" tanya Bu Niken pada mereka berlima.

Flora hanya diam, sedangkan empat yang lainnya ada yang mengangguk dan juga menggelengkan kepalanya.

"Salah saya apa si Bu?" tanya pemuda yang Flora belum tau namanya.

"Kamu tidak tau salah kamu apa Elang?" tanya bu Niken.

"Oo Elang," kata Flora pelan. Dia ada ditengah-tengah. Dua siswa laki-laki ada di sebelah kanannya dan dua siswi perempuan ada di samping kirinya. Dan yang namanya Elang ada dibarisan paling ujung.

"Ibu tau, kamu kan yang buat jalan pintas buat anak-anak yang telat di deket gudang," kata bu Niken.

Elang menggelengkan kepalanya. "Nggak Bu, ko saya si. Saya aja nggak tau apa apa,"

"Nggak usah bohong, ibu punya semua buktinya," kata bu Niken lagi. "Hukuman kalian sudah ibu siapkan, sekarang kalian silahkan balik ke kelas masing-masing, sepulang sekolah nanti silakan datang ke ruang BK," katanya.

*****

"Oh ini yang tadi di panggil ya?"

"Yang sama kak Yunda?"

Suara bisik bisik terdengar jelas ditelinga Flora. Dan dia tau mereka pasti sedang membicarakannya.

"Ko bisa si dia dihukum?" kata suara yang lain lagi.

"Iya emang," saut temannya yang masih memperhatikan Flora. "Harusnya sadar ya kalo nggak cantik minimal berkelakuan baik lah," lanjutnya lagi.

Mendengar itu Flora menghentikan langkahnya, kakinya sudah sampai di pintu kantin sekarang. Dan dia juga melihat dua sahabatnya sedang melambaikan tangannya.

Flora mendesah pelan. Padahal dia sama sekali tidak merugikan siapapun, dan upacara juga masih tetap berlanjut meskipun dia datang terlambat.